Friday, July 20, 2012

[Catatan Ramadan] ASI-1 : Semangat Yang Muncul Pada Diri dan Lingkungan

gambar pinjem di sini 


          “Ayooo…, tunjuk tangan, siapa yang memiliki pengalaman memberi ASI pertama kali yang membutuhkan “sedikit” perjuangan?”

          Hari ini, di hari pertama puasa di bulan Ramadan 1433 H, aku ingin berbagi pengalaman seputaran ASI lagi nih. Syukur-syukur selama 30 hari ke depan, bisa istiqomah nulis sesudah sahur, seperti tahun-tahun lalu. Amin

Terus terang, selama ini, pengalaman memberikan ASI untuk pertama kali, hanya kudapatkan dari pengalaman pribadi. Kalaupun ada informasi ataupun cerita seputar pemberian ASI yang pertama kali, kudapatkan dari teman-teman di dunia nyata ataupun di dunia maya.

          Namun, beberapa hari terakhir ini, aku mendapatkan kesempatan untuk menerima pengalaman seputar pemberian ASI pertama kali, langsung dari dua perempuan muda yang baru melahirkan dan keduanya masuk dalam lingkup keluargaku.

          Berdasarkan pengalamanku, ketika pertama kali memberi ASI baik untuk Billa maupun Aam, kupikir semua ibu yang baru memberi ASI memiliki semangat yang sama dengan diriku. Jauh sebelum melahirkan Billa ataupun Aam, aku selalu meminta suami untuk mendukung ASI eksklusif. Aku juga rajin melakukan beberapa tips yang kudapat seputar persiapan ASI, seperti massage pada payudara, membersihkannya serta mencari info seputar asupan makanan yang bagus untuk ibu hamil dan akan menyusui.

          Nah, ketika Billa atau Aam lahir, aku langsung bilang ke suster dan dokter anak, bahwa aku akan memberikan ASI eksklusif. “Mohon dibantu, untuk tidak memberikan air putih bahkan susu formula, ya Sus,” kataku ketika itu.

          Kepada orang tuaku pun, aku minta untuk didukung memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Beruntung orang tua ku tak pernah memperdebatkan hal ini. Mereka sangat percaya denganku, bahwa pilihan yang kulakukan sudah dipikirkan masak-masak. Sementara dari pihak mertua, lebih cenderung “mengalah” karena menghormati keputusan anak dan menantunya. Meski faktanya di perjalanan pemberian ASI eksklusif, tak jarang mereka mempertanyakan, “kenapa belum diberi pisang? Kenapa gak dikasih air putih?” dan seterusnya. Nah kondisi ini ternyata pengaruh lho ke ibu menyusui. Jika si ibu jadi bete dan stress dengan pertanyaan dan tuntutan seperti itu, boleh dibilang dapat mempengaruhi psikis dan hormon menyusui si ibu. Jadi, si ibu, kudu pinter-pinter memanage hati dan perasaan ketika dihadapi dengan pertanyaan seperti itu.

          Kembali ke niat awal tulisan ini, aku hendak berbagi cerita, ketika dua perempuan yang baru melahirkan ini dihadapkan pada keadaan dimana lingkungan maupun dirinya sendiri tak mendukung pemberian ASI untuk pertama kalinya.

          Adalah Nyonya E, melahirkan anak keduanya secara normal. Alhamdulillah hari pertama, kolostrumnya sudah keluar, sehingga bisa menyusui anaknya dengan baik. Namun ternyata itu hanya terjadi di hari pertama hingga ke tiga saja. Ketika si ibu dan bayi pulang ke rumah, lingkungan yang kurang kondusif mulai datang menghampiri.

          Baby B, putri nyonya E ini seharian menangis terus. Saat itu aku tak begitu tahu kondisinya. Namun aku kira, semangatn Nyonya E memberikan ASI menurun, bisa jadi karena masih merasakan sakit akan jahitan pasca lahiran tersebut, ditambah suasana rumah yang belum kondusif, karena banyaknya ikut campur kakak dan orang tua, ditambah lagi, harus beradaptasi dengan Baby B, termasuk kegiatan memandikan yang membutuhkan kehati-hatian.

          Singkat cerita, suamiku siang itu pulang ke rumah dan berkata “Baby B sepertinya dikasih sufor tuh, kira-kira kenapa ya?”

          “Hah? Kog dikasih sufor? Bukannya ibunya sudah keluar ASInya?” tanyaku kaget.

          “Kurang tau juga,Abang. Coba Dian ke sana dan lihat serta jelaskan ke mereka. Kasihan Baby B, kalau haknya atas ASI digantikan Sufor.” Kurang lebih demikian jawaban suamiku kala itu.

          Akupun bergegas naik motor bersama suami. Kebetulan memang kami hendak menjemput Kakak Billa dari sekolah. Si Aam aku titipkan dengan Mama dulu sebentar.

          Setiba di rumah Nyonya E, aku langsung memberi salam, masuk dan menemuinya langsung.

          “Kabarnya baby B dikasih sufor ya E?” aku langsung tembak aja dengan pertanyaan.

          “eh iya, Un. Tadi malam menangis terus. Kata Mamak, ASIku dikit, jadi kurang itu ASINya, makanya Baby B nangis,” jawab nyonya E kaget dengan pertanyaanku.

          “Lho, bukannya wajar kalau ASI di hari-hari pertama itu sedikit. Kata kamu, beberapa hari lalu, sudah keluar kolostrum dan baby B sudah bisa menghisap dengan baik?” tanyaku lagi. Akupun segera menemui Baby B, mengajaknya bercakap-cakap. Sebuah kebiasaan yang selalu aku lakukan terhadap bayi, untuk membujukkan semangat belajar minum ASI.

          Tak lama, baby B menangis. Kuangkat Baby B dan kuberikan ke ibunya. Tak begitu kuperdulikan pandangan sodara-sodara yang lain. Nyonya E kuminta mencari posisi duduk yang nyaman, lalu kuserahkan Baby B, sembari aku minta Nyonya E menekan daerah aerola, untuk melihat ASI yang keluar. Subhanallah, ASInya keluar dengan baik.

          Lalu aku mulai sedikit ceramah. Hehehe.

          “Kalau pakai sufor kan mahal, kasihan suamimu harus beli susu, sementara ASImu ini cukup. Percayalah dengan Uni, tak penting banyak atau dikit, yang penting CUKUP untuk Baby B. Dirimu harus semangat memberi ASI. Setiap kali Baby B menangis, langsung aja sodori ASI. Makin sering kamu kasih ASI, makin banyak produksi ASInya kelak, insyaAllah. Ayooo dirimu harus terus semangat kasih ASI, ya!” paparku panjang lebar. Sengaja kujelaskan di depan keluargaku tersebut.

          “Jadi, susu formula yang aku beli itu gimana? Kan mahal?” tanyanya ragu.

          “Ya, kamu minum aja. Gak masalah kog… ,” jawabku sambil tersenyum.

          Alhamdulillah, 3 minggu kemudian, ketika aqiqah, si Baby B terlihat sehat, berat badannya naik nyaris 1 kilo sejak kelahirannya, si ibu juga terlihat nyaman memberikan ASI dan tak repot harus merebus air dan mensterilkan botol susu segala.

          Sementara, kisah perempuan muda satu lagi, lain lagi.

          Aku hadir ketika ia pertama kali belajar memberi ASI. Kutanyakan “Apa kolostrumnya sudah keluar?”. Dengan wajah sedih Nyonya K menggelengkan kepalanya.

          “Sabar aja, ayooo, tetap semangat! Gak boleh sedih-sedih. Kalau mau jadi ibu yang menyusui, harus percaya diri bahwa akan segera ada ASI keluar dari tubuh kita. Lagipula upayakan banyak minum dan suami kudu mendukung ya!” kataku sembari melirik suami Nyonya K. Si suami mengangguk setuju.        

“Sip! Suaminya mendukung nih!” pikirku.

Ketika Baby R datang untuk pertama kalinya session pemberian ASI, kulihat Baby R tertidur lelap dan tak menangis. “Duuuuh, semoga belum dikasih sufor nih oleh suster atau pihak rumah sakit.”

“Emmm, K, dirimu bilang gak ke pihak rumah sakit bahwa kamu pengen ASI eksklusif? Uni khawatir baby R dikasih sufor nih, kog anteng banget,” tanyaku.

“Gak bilang, Un. Ntar deh aku bilang,” jawab nyonya K. Ia terlihat meringis kesakitan. Baru 7 jam pasca melahirkan memang, jadi aku tau banget gak nyaman dan sakit tubuhnya.

“Mau nyoba kasih ASI? Mau uni temenin dan bantu?” tanyaku menawarkan bantuan.

Nyonya K mengangguk dan berusaha duduk. Aku tahu, pasti sulit sekali melakukan hal ini. Proses pemberian ASI untuk pertama kalinya, selalu menjadi moment penting, betapa ibu dan anak harus mau bekerja sama.

Sayangnya, baby R tak mau menghisap ASI sama sekali. Aku betul-betul curiga, bahwa baby R sudah diberi minum susu. Karena, jika dibandingkan dengan kondisi waktu Billa dan Aam lahir, mereka terlihat kelaparan dan segera menghisap ASI dengan lahap, meskipun prosesnya juga butuh keringat dan “berdarah-darah”. *semoga bisa aku sharing di lain waktu cerita ini.

Kulihat aura menyerah mulai muncul di wajah Nyonya K. Aku berusaha mengibur, lalu menawarkan cara memassage payudara, serta mengajari posisi memberi ASI yang cukup nyaman serta beberapa tips lainnya. Sepertinya sih Nyonya K cukup mengerti. Meski ternyata aku salah mengartikannya. Lho kenapa gitu?

Soalnya, beberapa hari setelah lahiran, ketika acara Aqiqah Baby B, aku bertemu dengan Nyonya K dan Baby R yang baru berusia 4 hari. Dan dengan sedih, kulihat dan kuperhatikan, Nyonya K telah memberikan sufor untuk Baby R.

“ASInya belum keluar ya, K?” tanyaku hati-hati.

“Iya, Un. Sudah 3 hari belum keluar juga,” jawabnya memelas.

"Jadi baby R dikasih sufor?" tanyaku pelan. 

Nyonya K mengangguk. 

"Tak apa-apa dikasih sufor, asal dirimu tetap terus berusaha memberi ASI di setiap kali baby R ingin minum. Karena ASI akan keluar jika mendapat stimulasi dari bayi juga." jawabku mencoba memberikan masukan. Namun reaksi yang diberikan tidak terlalu positif. akhirnya kupilih untuk diam.  Aku akhirnya memilih untuk membaca situasi. Kuperhatikan Nyonya K sibuk ber-BBM-ria, sembari membahas kira-kira susu apa yang tepat untuk baby R dengan  ibunya Nyonya K.

Aku menarik nafas sedih. Ini yang aku tidak terima. Sikap give up dan memudahkan urusan dengan langsung memberi sufor, tanpa upaya untuk terus mengusahakan ASI keluar. Namun karena ini juga pilihan si Ibu, makanya aku diam saja dan mencari sela untuk mendukungnya kembali agar memberi ASI.

Kesempatan itu tiba, yakni ketika Baby R menangis lapar. Nanti, kalau udah jadi ibu, umumnya seorang ibu faham banget suara bayi yang lapar, haus serta kesakitan. ^_^V

“Nah, tuh Baby R lapar, ini kesempatan untuk memancing hormon ASI nya nih K. kalau bayi lapar, biasanya dia akan kuat menghisap. Ayo dicoba dulu diberi ASInya, sebelum dikasih sufor,” bujukku perlahan. Aku sedikit khawatir sikapku ini menyinggung perasaan nyonya K dan ibunya.

“Gak akan keluar kog Un, ini juga udah disiapin susunya oleh Ayahnya baby R,” jawab nyonya K setengah cuwek.

Dugh! Hatiku sedih banget. Lalu memilih untuk mundur teratur.

Inilah, kalau semangat menyusui dan memberi ASI tak muncul dari diri serta mendapat persetujuan dari lingkungannya ya?.

Hari itu aku belajar, ternyata tak sekedar persiapan mental si ibu ketika akan memberi ASI yang perlu disiapkan, -seperti yang aku lakukan terhadap anak-anakku-, namun juga persiapan diri secara personal dalam menghadapi kesulitan keluar ASI atau proses pemberian ASI untuk pertama kalinya, serta lingkungan yang kurang mendukung pemberian ASI dengan alasan ASI tak ada atau kurang.

Aku hanya memandang sedih ke arah Baby R. Meskipun aku tahu, susu formula juga bukan sesuatu yang salah, namun aku sedih, karena hak Baby R sebetulnya masih bisa diperjuangkan.

Aku juga sedih memandang Nyonya K, yang telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan limpahan pahala, karena Allah menjanjikan banyak pahala dalam setiap tetes ASI yang dikeluarkan oleh seorang ibu kepada anaknya.

 

***

Pamulang, Puasa hari pertama. Meski aku tak berpuasa. 

65 comments:

  1. tipe ibu bedabeda.. jadi ikut gemes sama nyonya K.. kasian ya baby R-nya.. ibunya gampang menyerah..
    salut deh uni, tetap sabar kampanyekan asi.. kayanya jaman sekarang semua keluarga ikut campur bikin "pikiran" ibu jadi berubahubah..

    ReplyDelete
  2. Ya sama halnya dengan anak jaman sekarang yang terlalu diprotect tapi kenyataan tidak ada kasih sayang dibaliknya. Jadi walaupun anaknya melanggar yg disalhkan pihak sekolah atau yg lain.

    ReplyDelete
  3. makasiy share nya Uni...

    *sambil mikir... kapan bisa punya baby lagi ya...?*

    ReplyDelete
  4. Nyonya K itu persis banget kayak kk-ku *sebel. Gampang banget nyerah. Omong-omong, memangnya ada ya Uni suami yg gak mendukung pemberian ASI eksklusif? Biasanya krn apa?

    ReplyDelete
  5. Jadi ingat masa memberi ASI ketika anak masih kecil dulu, gemeees menikmati proses itu....

    ReplyDelete
  6. Emang bener ya, Uni, asi itu perlu kesungguhan.. Mungkin juga ngrasain capeknya bangun malem2 vs bisa digantiin yang lain ngasih susunya bisa mengendorkan semangat ngasih asi.

    ReplyDelete
  7. berbagi pengalaman ya uni, dulu waktu si khansa lahir, emaknya ini memang sudah bertekad memberikan asi eksklusif selama 6 bulan. alhamdulillah bapaknya si khansa mendukung. di rumah sakit jg begitu. setelah lahir si khansa belajar menyusu, dua malam di rs, hari kedua di rumah, asi baru keluar. diiringi tragedi lecet2 juga. jadi pas si khansa lapar, menangis, dikasih asi dia diem, gantian emaknya yang mbrebes mili kesakitan. tapi insha Allah semua terbayar, khansa jarang sakit, gak pernah gendut, tapi lincah, gak pernah kenal pacifier, dan botol dot. belajar minumnya langsung lewat sippy cup, gelas atau disendokin. sebulan sebelum 2 tahun, khansa berhenti asi:)

    ReplyDelete
  8. saya numpang komen aja, uni

    *komen asal ninggalin jejak... xixixixi

    ReplyDelete
  9. iya... memang setiap ibu punya batas semangatnya ya mbak tin... saya juga ati2 dalam kasih masukan.. kalau sodara kandung beda dengan sodara ipar... :)

    iya, kadang ikut campur keluarga kalau mendukung ASI mah asyik aja... tapi kalau yang apa2 sudah sufor, itu yang kasihan ibunya...minimal berusaha dulu.

    ada temen itu malah 2 bulan pertama sufor karena asi nya bener2 gak keluar. nah bulan ke 3 asinya keluar, sejak itu ASI terus...:)

    ReplyDelete
  10. analogi yang aneh...:)

    boleh uni tahu korelasi anak yang diprotect tapi tidak ada kasih sayang dengan cerita uni ini dimana ya moes?

    ReplyDelete
  11. sekarang udah punya berapa momongannya mbak? ^_^

    mudah2an segera diberi lagi ya... sehingga bisa menikmati proses ASI ini.. saya pribadi tadinya gak gitu ngotot, tapi setelah tahu setiap tetes ASI itu mengandung berkah pahala yang besar, makin semangat deeeh...hehehe

    ReplyDelete
  12. memang proses ngasih ASI itu tidak mudah sama sekali Yayan. butuh kesabaran dan tingkat stress yang rendah..:) karena hormon yang memproduksi ASI kabarnya dipengaruhi juga oleh mental si ibu...

    mungkin batas sabar kakaknya Yayan yang gak tinggi..:)

    ooo banyak kog suami yang gak mendukung ASI eksklusif, alasannya bisa karena tidak tahu sama sekali, mengira anaknya akan kurang gizi kalau dikasih ASI, bahkan karena merasa sufor lebih cepat bikin anaknya gemuk...
    tapi umumnya lebih karena kekurang tahuan saja, sehingga bentuk dukungannya tidak kelihatan...:)

    *ntar insyaAllah uni mau share deh cerita dukungan ayah billa ke uni.. insyaAllah..

    ReplyDelete
  13. alhamdulillah sekali jika menyenangkan ya mbak mia... ada juga beberapa teman kita yang "menderita" akibat desakan kiri kanan untuk kasih sufor... :(

    ReplyDelete
  14. iya ibuk...

    kalau ada yang bantuin kasih sufor, kecenderungan jadinya nyaman buat ibu untuk tak kasih ASI ya..hehhe

    tapi kalau sendirian, mending semangat ASI ditingkatkan...gak kebayang ah bangun tidur harus ngaduk2 ngukur2 dan mastiin sufornya tepat takarannya..hehehe

    ReplyDelete
  15. tak sabar memberi ASI
    moga lancar keluarnya ntar aamiin ^_^

    ReplyDelete
  16. alhamdulillah...

    pengalaman yang menyenangkan untuk dibagi ya mbak Nurah...memang ASI is the best... tapi kita pun harus kasih terus semagnat bagi ibu2 muda yang mungkin belum rejeki merasakan kenikmatan pemberian ASI tersebut ya..:) insyaAllah kasih ibu tetap sama, jika niat memberi sufornya karena ketidaktahuan, atau kesehatan si ibu...:)

    ah khansa .... mirip si kakak billa juga ternyata..:) *kapan ya bisa ketemu mbak nurah dan khansa...? lebaran gak pulang ke indonesia ya mbak? *kayak bakalan ketemu aja kalau mbak nurah pulang...qiqiqiq

    ReplyDelete
  17. numpang komen, asal dibaca sharing uni, alhamdulillah om jampang...siapa tau bisa jadi masukan untuk jadi breastfeeding father buat istri kelak...amin

    ReplyDelete
  18. sekarang lagi hamil minggu ke berapa mbak sukma?

    anak pertama kah?

    minta suami dan keluarga untuk selalu support ASI nya yaaa...:) tetap semangaaat!!!

    ReplyDelete
  19. Pengalamanku, kalau malam malah gampangan yg ngasih ASI drpd sufor. Waktu yg sulung, ASI, bangun malam tinggal 'jejelin' aja. Adik2nya pake sufor, bangun, harus tuang air, susu, kocok2, botol susunya harus dipegangin sampe abis....lebih capek

    ReplyDelete
  20. hari ini tepat 32 weeks Mbak
    iya, suami udah dijejelin pengetahuan tentang ASI sejak awal hamil
    juga iming-iming kalau ASI bisa ngirit budget hehe
    trims ^^

    ReplyDelete
  21. aku sudah banyak nemu kasus seperti ini Un.
    Kita yang jadi sedih ya kalo ada ibu yg menyerah duluan, bukan karna mereka tidak tahu ilmunya tapi karena sebagian tidak mau tahu :(

    ReplyDelete
  22. iya nen.. enakan ASI gak repot..:)

    tapi kalau ada yang "bantuin" ngurusin sufornya itu lho.. kan si ibu tetep tidur nyenyak..heheeh

    ReplyDelete
  23. semoga dimudahkan dan dilancarkan..

    kalau mendadak mellow, minta suami untuk selalu support yaaa..:)

    memberikan ASI memang tidak semudah kelihatannya.. tapi hanya di awal saja, ketika ibu dan bayi sama-sama belajar memberi dan menerima ASI..:)

    ReplyDelete
  24. kalau udah gini, emang sedih banget...

    satu2nya cara ya kampanye diam-diam gini, support sodara yang lagi hamil untuk selalu yakin ASI itu paling baik, juga iming2 pahala berlimpah kalau kasih ASI...

    tantangannya emang besar... dan tak terduga..hehehe

    ReplyDelete
  25. AiiiIh kadang orang sekitar yg bikin ibu jd ga pede. Pdhl dipikir2 mama atau ibu mertua dulu kasi asi kan ya? Tp koq skrg mereka lebih percaya sama sufor?? :((

    Aku jg sempat bersitegang sama mertua soal asi, yg katanya asi ku ga cukup lah, badanku kecil ga ada gizi asi lah, dll. Tp akhirnya beliau kini sering memuji2 diriku yg kasi asi pd ipar2ku yg kasi sufor :D

    ReplyDelete
  26. Iya uni banyak yang asinya byk ngga nge-asi krn ngga mengerti, mg kita yg busui bisa kampanye walo dikit2 ya..bismillah..

    ReplyDelete
  27. Naah....ini yang kadang (eh sering deh) bikin aku suka agak sebel sama kampanye ASI eksklusif. Se-akan2 ortu yg ngasih sufor tuh kurang mau berjuang untuk anaknya. Padahal kan ASI cuma salah satu faktor dalam tumbuh kembang anak, yaitu nutrisi, lainnya masih banyak kaaan.
    Tekanan bahwa ibu yang menyusui itu lebih baik dari yg ngasih sufor juga bisa bikin stres untuk ibu lho.
    Tapi memang susah ya, karena ini bahasa Public Health, jadi memang kadang bisa kebablasan, padahal kalau menurutku sih harus dilihat kasus per kasus juga......

    ReplyDelete
  28. Wah, senangnya ada Uni yang siap membantu dan kasih support! Mudah-mudahan kalau tiba masanya aku bisa mencontoh semangat Uni ya. Amin!

    Karena seperti kata @nendenros, banyak juga teman-temanku yang keburu patah semangat duluan karena tekanan kampanye ASI ekslusif.

    Menurutku redaksi dan pendekatan yang tepat yang harus diusahakan adalah supaya ibu-ibu muda ini tetap happy menjalani peran ibu, bukan lebih ditakut-takuti kalau ngga bisa kasih ASI seolah-olah tidak jadi ibu yang baik.

    Kalau happy, pasti semangat. Kalau semangat, pasti lebih mau berusaha. Seperti yang Uni paparkan di atas, aku juga ga kebayang kalau nanti punya bayi, belum apa-apa udah dibikin riweuh ama (baca:nasehat) kiri-kanan yang merasa paling benar, ...wah...gimana kalau keburu bete, ntar malah ga semangat, kan berabe ya! :D

    ReplyDelete
  29. iya.. lingkungan pengaruh banget.. kadang2 kita jadi nyerah karena yang bicara itu orang tua yang kita hormati..:)

    ibu saya juga kasih asi dan juga sufor. untuk saya beliau kasih asi dan sekali2 sufor.. untuk adik saya sufor full dan yang bungsu kasih asi tapi sufor dulu karena prematur....

    jadi emang seperti uni bilang.. tergantung diri dan lingkungan..:P)

    ReplyDelete
  30. amiiin.. bisanya emang seperti itu ya dew.... memberi masukan positif..:)

    ReplyDelete
  31. betul... memang harus dilihat kasus per kasus..

    yang udah bisa kasih ASI ke anak juga gak boleh "songong",.,,hahaha

    sama kayak yang baru pake jilbab, terus desak2 orang lain pake jilbab...hihihi

    prinsipnya, yang terbaik untuk anak .... kalau emang bisa ASI mengapa tidak?

    kalau harus sufor, ya berikan juga dengan kasih sayang.. jangan disuruh baby sitternya..hihihi *kecuali si ibu kerja.. ya kebijakan si ibu juga kan ya.. ^_^V

    ReplyDelete
  32. hehehe.. karena uni ngalamin juga anne, makanya uni upayakan pendekatannya beda2...

    kalau adik kandung tentu beda dengan adik ipar..
    kalau orangnya sensitif tentu beda..

    ya ini semua kembali ke para ibunya saja.. yang terbaik untuk anak tentu yang utama..

    lagi pula.. ASI gratis dan sehat banget.. bonus pahala lagi.. jadi harus happy dan semangat donk berupaya kasih ASI nya..hehehe

    semoga nanti anne bisa lancar dan menjalani proses ini dengan kondisi yang asyik dan menyenangkan. amiiin

    ReplyDelete
  33. Iya Uni, kalo kayak saya ya mending asi lah.. Duit buat sufor biar dialokasikan buat makanan2 enak ibunya hehehe. Tapi kalo di indo kan biasanya didukung keluarga besar. Jadi tangan yang nyiapin sufornya banyak.. Plus pihak rumah sakitnya juga rajin kampanye sufor.

    ReplyDelete
  34. Uni ...selamat memberi ASI :)
    meskipun gak puasa, Uni tetap nungguin sahur ya ?
    dulu waktu lagi menyusui dan gak puasa, abis nyiapin sahur, saya tidur lagi ..hahahaha
    istri "sholehah" bener deh :-D

    ReplyDelete
  35. Aku juga seneng kasih ASI.....ibunya disuruh-suruh makan yang banyak terus biar ASI-nya bagus. Asik kan...*dasar rakus*

    Kalo pake sufor, ibunya malah harus makan seperlunya aja, duitnya abis buat beli susu soalnya, hahaha.......

    Kalo sufor, ortu-nya harus ekstra hati2, krn seringkali pembantu kurang bersih nyuci botolnya, terutama dotnya. Sisa susu akhirnya jadi sarang jamur n bakteri, jadi diare deh. Aku juga waktu udah balik ke Jkt, biarpun ada yg nyuciin botol, tetep kadang harus ngulang nyuci dotnya.

    ReplyDelete
  36. alhamdulillah dulu sangat lancar keluar asi langsung habis lahiran, tapi mungkin rejeki menyusuiku memang hanya 7 hari saja :)

    paling sakit justru setelah kepergian tije, ada yang menuduh: "jangan2 karna kurang asinya?"

    *pengen nyusul tije rasanya dengar tuduhan itu, dulu"

    ReplyDelete
  37. *duduk manis sambil belajar tentang menyusui* buat bekal yah uni, makasih infonya

    ReplyDelete
  38. Ikut sedih, mudah-mudahan mba Ari tetep kuat ya, jangan kepengaruh omongan tajam-ngga-pake-mikir kayak gitu.. Mari berbaik sangka dengan rencana Allah :)

    Aku juga pernah ngalamin hal yg sama soalnya, daripada stress masuk kiri keluar kanan aja deh, orang cuma bisa komen doang soalnya.

    ReplyDelete
  39. Waduh iya ya.. Apa hubungannya hehehe
    Maaf lagi eror nie otaknya.. Maaf ya bun.. Mus dukung asi untuk balita hingga 2 tahun kalau perlu.

    ReplyDelete
  40. sekarang udah gak banyak rumah sakit yang rajin kampanye sufor deh rinda..tapi gak tau juga ya..beberapa rumah sakit yang uni temui, kebanyakan disponsori oleh susu ibu hamil dan menyusui..tapi mungkin belum merata..:)

    ReplyDelete
  41. heeheh..makasih shant..:)

    bang asis kan jarang bisa puasa di rumah... tahun ini bisa puasa lebih banyak dan insyaAllah mungkin bisa lebaran hari pertama di rumah..:) jadi uni nikmati secara maksimal.. lagi pula uni senang sahur, karena setelahnya sering dapat banyak ide2 untuk menulis.. pikiran kinclong gitu.. kalau dibawa tidur, suka sakit2 badan.. dulu waktu masih gadis dan belum kenal dunia menulis, uni suka tidur juga..:)

    ReplyDelete
  42. waa uni, ternyata kita 'sehati' ya urusan per-asi-an :) *ngaku2*. saya juga suka menghimbau teman2 dan saudara2 utk memberi asi kpd bayi2nya. Mencoba menjelaskan apa yg sdh sy pahami. Memberi rekomendasi link2, milis atau grup yg bisa diikuti. Cuma mgkn baru sebatas itu. Blm seaktif uni. Dan lagi, kalau melihat objek himbauan sy keliatan ga tertarik atau udah nyerah duluan, sy biasanya lgs mundur :p
    Yg sy pahami ttg asi dan menyusui, bhw 1001 masalah selalu ada solusinya. Tinggal bgmn kuatnya usaha dan mental si ibu utk mencari solusi dan menyelesaikan masalahnya. Utk mental ini, mmg tgtg diri dan support lingkungan. Jd, jika pnya lingkungan yg mendukung (atau setidaknya gak ngerecokin), seharusnya mnrt sy pemberian asi jg akan lancar dan kalau ada masalah pasti bisa diatasi.

    ReplyDelete
  43. lebaran tahun ini kita belum bisa pulang ke indonesia uni, emaknya khansa baru mulai kerja, jadi belum dapat libur yang agak panjang. penginnya tahun depan pulang, insha Allah kalo semua lancar. Iyaaa nanti ketemu billa dan de amar, pasti seru :)

    ReplyDelete
  44. makanya kalau bakat ndut kayak saya, Nen bakalan susah nurunin berat badan..hehehe

    iya, yang kudu diperhatiin emang sterilisasi botol dan alat minum si bayi ya kalau pake sufor...:)

    ReplyDelete
  45. tuh orang gilan deh komen kayak gitu.. kagak ada perasaannya,...

    gak usah didengerin deh komen gak penting gitu ri.... *ikutan panas jadinya..:(

    ReplyDelete
  46. amiiiin...mudah2an berhikmah..:)

    ReplyDelete
  47. kalau udah gitu bener ya... kata2 itu lebih tajam dari silet sekalipun..:(

    been there done that...rasanya emang pengen nonjok orang deh kalau ketemu yang ngomong tajam-nggak-pake-mikir kayak gitu.....

    ReplyDelete
  48. tadinya uni kira, kamu salah komen atau apa moes...kan MP suka gitu beberapa kali ya.. hehehe

    its ok...:)

    ReplyDelete
  49. hehehe.. mbah... diriku baru-baru aja nulis ASI ini, karena emang punya bayinya juga baru 4 tahun kemaren ini...:)

    sama-sama kita saling mengingatkan, dengan tetap memperhatikan cara yang baik, agar yang diberi masukan tak tersinggung..:)

    tetap semangat ya mbaaaak..:)

    ReplyDelete
  50. semoga ada jodoh ketemu ya mbak nurah... pengen ketemu khansa langsung...:)

    ReplyDelete
  51. Semoga Aam selalu sehat wal'afiat, juga bundanya :)
    Setiap hari nulis dibulan Ramadhan ya Yan.. :)
    Seperti biasanya...

    ReplyDelete
  52. amiin..

    insyaAllah gitu bos.. ini tahun ke 3 ya kalau gak salah dian merutinkan diri tiap hari nulis di bulan Ramadan..:)

    ReplyDelete
  53. insyaAllah akan ada lagi...:) amiiiin

    ReplyDelete
  54. insya Allah sekarang sudah kuat mb, makasihhhhh :)

    ReplyDelete
  55. hmhhhhhh hehehe it would make me stronger, i hope, mb dian...

    ReplyDelete
  56. sebenernya baca2 catatan ASI mb dian ini bikin aku teringat tije terus, karena kepergiannya hanya beberapa saat setelah aku susui dengan nikmat dan dalam tidurnya yang damai dalam pelukan kami berdua... tapi makin kuat juga kog aku bacanya... makasih ya mb dian...

    ReplyDelete
  57. Makasih sharingnya Uni, bermanfaat bgt buat Uniq.. :) Smg nantinya Uniq bs memberi ASI ekslusif.. InsyaAllah.. Hubby jg Alhamdulillah mendukung bgt.. Selama hamil bagusnya makan apa biar produksi ASInya selama lahiran bagus? Ada tante yg krn kesakitan menyusui akhirnya ndak menyusui lagi dan anaknya akhirnya mnm sufor..

    ReplyDelete
  58. insyaAllah demikian ujian itu turun dari Allah untuk kita.. untuk makin naik "kelas".... :)

    ReplyDelete
  59. maaf ya ari... jika catatan ini membuka kesedihan ari..

    saya juga ingat tante saya yang sudah 15 tahun menanti kelahiran anaknya, dan ketika lahir, hanya bisa menyusui 3 hari saja, karena kondisi si bayi yang ternyata tak sehat, akhirnya meninggal dunia juga.
    asinya melimpah-limpah, dan ia menderita sebentar...sekarang beliau sudah sangat kuat. saya banyak bercermin dari pengalaman beliau.

    jadi, insyaAllah ari juga akan makin kuat.

    mudah2an nanti ada adiknya tije, dan catatan asi saya ini sedikit memberikan info untuk ari... amin...

    ReplyDelete
  60. makanan mah apa aja selama hamil uniq...

    justru setelah melahirkan nanti makanannya dijagain...:)

    yang penting, uniq harus selalu happy dengan kondis menyusui..

    tante yang uniq ceritakan berarti gak lulus kesabaran dan rasa sakit..hehehe

    semangat memberi asi yang tinggi akan mengalahkan segala rasa tak enak dan rasa sakit. percayalah sama uni..:)

    semoga uniq sehat..*semalam uni nyaris sms uniq, sekedar ingin tahu kabar uniq...heheeh

    ReplyDelete
  61. Alhamdulillah, do'ain smg kami smg sehat selalu. Semoga begitu jg dgn Uni sekeluarga.. Aamiin..

    Akhir2 ini jarang nengok MP, 2 minggu kemarin di kntr sibuk bgt, plg rmh kl dah lewat jam 7 malam ngantuk berat, dah gak bs ngapa2in hehehe..

    ReplyDelete
  62. syukurlah kalau karena pekerjaan, tadinya uni khawatir yang lain2...insyaAllah disehatkan ya uniq...selamat beraktivitas... gak puasakan ya?

    ReplyDelete
  63. Lainnya krn Hubby lg off skrg ...*malu2 hehehe*

    ReplyDelete
  64. o alaaa....hihih *iyaaa deeeh...:))

    ReplyDelete