Sunday, July 22, 2012

[Catatan Ramadan] ASI-3 : Lain Anak, Ya Lain Cerita


          Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita, mengenai pemberian ASI pertama kali untuk Kakak Billa dan untuk Dek Aam. Lain anak, emang lain pengalamannya ya?

          Mungkin sebagian besar teman di MP sudah pernah baca, kalau Billa sebenarnya memiliki saudara kembar. Yup, Allah berbaik hati padaku dengan memberikan dua janin dalam rahim dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, setelah menanti 9 tahun lamanya. Allah juga yang Maha Paling Tahu dengan kondisi diriku, sehingga anak yang dititipkan kepadaku dan suami hanya satu orang, perempuan, yang dilahirkan dalam kondisi premature (33 minggu).

          Singkat cerita, aku melahirkan Billa dan almarhum Miftah secara caesar pada tanggal 30 Agustus 2008. Miftah sendiri sudah meninggal (diperkirakan)  pada tanggal 29 Juli 2012 (sebulan sebelumnya). Pasca operasi yang berlangsung pada jam 11.30 malam itu, aku cukup lama mengalami “tidur” karena obat bius, meski waktu operasi, aku dibius lokal saja.

          Nyaris 24 jam kemudian, aku baru belajar untuk duduk. Itupun karena komentar dokter anak yang cukup keras. “Katanya mau ASI Ekskslusif, harusnya sudah bisa berjalan menuju ruang intermediate untuk menyusui anaknya.” Demikian kalimat sang dokter kepada Bang Asis ketika membesuk Billa. Akibat kondisi premature dan ada masalah sedikit pada pernafasan dan pencernaannya, Billa diletakkan di ruang intermediate (lebih ringan ketimbang di NICU). Sehingga jika mau menyusui, aku harus datang ke ruang tersebut.

          Dengan perjuangan yang kuat, karena masih mengalami rasa sakit dan masih memakai kateter, aku diantar oleh suster dan Bang Asis, dengan menggunakan kursi roda menuju ruang intermediate.

          Sesampai di sana, aku tertegun melihat kondisi Billa. Karena tubuh Billa penuh kabel dan selang. “Duh, bagaimana cara menyusuinya?” pikirku ragu. Tanganku menggenggam erat tangan Bang Asis. “Dian takut, Bang. Bisa gak ya?” bisikku pada Bang Asis. Bang Asis tersenyum dan meyakinkan aku, bahwa aku pasti bisa belajar menyusui Billa.

          Ketika suster memberikan Billa kepadaku, rasanya tangan ini gemetar minta ampun. Aku takut sekali menjatuhkan Billa yang mungil, karena beratnya kurang lebih 2 kilo saja. Apalagi selang dan kabel di tubuhnya, plus suara mesin di sekitarnya, membuat jantungku berdegup makin kencang.

          Perlahan aku mencari posisi yang “nyaman”, dengan tetap memakai kateter, memeluk Billa dengan sesantai mungkin. Aku khawatir Billa tahu kalau aku “ketakutan”. “Assalamualaikum, Billa… Ini Bunda. Kita sama-sama belajar memberi dan minum ASI, ya Nak,” sapaku perlahan. Billa terlihat masih tertidur. Gerakannya halus sekali, sehingga aku tak yakin, apakah Billa mau menyusui atau tidak.          

          Tengah malam menjelang dini hari, Aku dan Billa sama-sama belajar memberi dan minum ASI. Peluh mengalir perlahan di punggungku. Aku tak yakin, apakah karena kondisi ruang intermediate yang suhunya diatur agar terasa hangat atau karena kekhawatiran hati ini?

          Alhamdulillah, sebagai bayi yang lahir premature, Billa termasuk bayi pintar yang segera mampu menghisap dengan baik. Suster yang menjaga memuji kondisi ini. Dokter anak yang kebetulan hadir malam itu pun memberi reaksi positif atas keadaan ini, karena ternyata, tak banyak bayi premature yang langsung mampu menghisap ASI dengan baik.

          Ah, aku merasa makin percaya diri. Kondisi Billa yang sedikit “menyulitkan” untuk menyusui, tak menjadi halangan bagiku untuk terus memompa keyakinan, bahwa ASI ku pasti keluar. Billa ternyata sangat membantu “mengajariku” untuk bersabar dalam belajar memberi ASI.

          Sejak malam itu, meski Billa tidak rakus kala menyusu, perlahan berat tubuhnya naik. Walaupun banyak pihak yang “membujuk” agar Billa dibantu susu formula karena lambatnya berat badan Billa naik, aku tetap bertahan untuk ASI eksklusif. Padahal Billa juga kena billirubin di atas score 20. Akhirnya setelah 28 hari, Billa menginap di RS Pondok Indah, aku pun membawa pulang Billa dengan berat 2,4 kilo, dan score billirubinnya kurang dari angka 10.  

          Akupun terus memberikan ASI, hingga lulus ASI Eksklusif. Proses pemberian ASI terus berlangsung hingga usia Billa 2 Tahun 10 bulan. Hehehe.. Lama ya?

          Tak lama setelah aku berhenti memberi ASI, Allah pun dengan kasih sayangNya memberikan kepercayaan padaku dan suami untuk menjaga seorang anak lagi. Alhamdulillah, jika Billa dan almarhum Miftah harus kudapatkan melalui proses yang panjang dan menyakitkan, maka kehadiran Dek Aam justru diluar dugaan. Tanpa terapi, aku hamil.

          Kelahiran Aam juga tidak berlangsung semulus yang aku harapkan. Aku berharap dengan jarak usia 3,5 tahun dengan Billa, aku dapat melahirkan secara normal. Semua dokter yang kutemui, sangat mendukung pilihanku untuk melahirkan secara normal. Namun Allah Sang Maha Menetapkan, telah memutuskan agar aku kembali dioperasi caesar.

          Kepergian Papaku secara mendadak, membuat kondisi mentalku drop. Posisi Aam di minggu 37 sudah masuk ke dalam panggul, namun aku terlalu sering menangis dan merasa letih batin. Aku tak yakin memiliki semangat yang sama lagi seperti sebelumnya. Meski aku tahu ini tak baik, tapi kepergian Papa benar-benar memukul hatiku. Apalagi Papa pergi di hari yang seharusnya Papa bertemu denganku di Jakarta.

          Jika kelahiran Billa tidak diprediksi, karena keburu kontraksi dan bocor ketuban, maka kelahiran Aam, benar-benar direncanakan tanggal kelahirannya. Aku pilih minggu ke 38, tepat tanggal 20 Maret 2012, aku melahirkan Aam dengan kondisi sangat prima. Tekanan darahku stabil. Aku menjalani operasi caesar di pagi hari.

          Aku cukup cepat mengalami fase sadar pasca operasi. Merasakan sakit pasca caesar juga lebih cepat. Namun karena ini pengalaman operasi yang ke dua, aku cukup percaya diri akan kondisiku.

          Sama seperti waktu melahirkan Billa, akupun berpesan pada suster untuk memberikan ASI eksklusif. Kali ini, karena kondisi Aam baik, dengan berat 3,2 kilo dan panjan 47 cm (berbeda dengan Billa yang lahir 2 kg dengan tinggi 43 cm), aku tak perlu menemui Aam di ruang bayi.

          Aku ingat betul, sekitar 4-5 jam pasca melahirkan, suster datang menemuiku dengan menggendong Aam. “Halo Bunda, ini baby nya datang. Mau mimik ASI. Yoook, kita ambil posisi untuk kasih dedeknya minum ASI.” Kata suster jaga, disela-sela teriakan menangis kelaparan milik Aam.

          Aku sempat kaget. Waduh gimana posisinya nih? karena aku belum bisa duduk, masih pakai infus dan kateter. Kondisiku masih belum pulih 100 %. Namun aku coba tenang, aku harus ingatkan diri, bahwa ketenangan hati akan membuat nyaman diri, sehingga ASI insyaAllah dapat diproduksi dengan baik.

          Akhirnya, Aam diletakkan disamping tubuhku, aku dibantu suster dan Bang Asis mengambil posisi tidur agak miring sedikit, dan mencari kenyamanan senyaman mungkin untuk memberi ASI.

          Subhanallah, Aam pintar sekali minum ASInya. Tak perlu berlama-lama,  Aam langsung mencari sumber ASI dan segera menghisapnya dengan baik. Aam betul-betul kelaparan, karena terasa sekali kolostrum yang kuproduksi, dihisapnya dengan lahap. Proses minum ASI pertama kali ini berjalan kurang lebih  hampir satu jam, serta sangat lancar. Aku tak mengalami fase baby blues, tak ada perasaan khawatir tentang kecukupan ASI dan sangat percaya diri akan kondisiku.

          Meski, ternyata sama seperti Kakaknya, si Aam memiliki score billirubin yang cukup tinggi, yakni angka 16. Sehingga aku harus lebih semangat dan sering lagi memberikan ASInya. Seorang suster sempat menyarankan, “Bunda, gak dibantu susu formula saja, supaya score billirubinnya cepat turun?”. Aku langsung menggelengkan kepala. “Meskipun saya tahu, score billirubin akan lebih lama turun jika minum ASI, saya tetap pilih ASI, Suster. Kakaknya dulu scorenya malah di atas 20, dan saya tetap memberikan ASI tanpa bantuan susu formula sekalipun.”

Aku terdengar sangat gigih ya? Itu tak lain, termasuk salah satu caraku menguatkan hati untuk memberikan yang terbaik untuk Aam. Aku ingin Aam cepat sehat, namun tetap minum ASI. Toh, aku cukup beruntung, karena alhamdulillah, biaya rumah sakit diganti kantor Ayah anak-anak, jadi aku tak perlu pusing memikirkan biaya, cukup fokus memberikan ASI untuk Aam. Itu saja tekadku waktu itu.

Aam hanya 10 hari di rumah sakit, Ia keluar dari rumah sakit dengan berat hanya 3 kilo saja, billirubin masih score 12, namun sudah dikhitan. ^_^V.

 Sampai saat aku menulis di blog ini, Aam masih menjalani ASI eksklusif, insyaAllah hingga bulan ke 6 (sekitar tanggal 20 September 2012) nanti. Berat Aam sekarang hampir 7 kilo di usianya 4 bulan. Senyum lebar selalu menghiasi wajahnya setiap kali aku menyapanya, untuk mengajak minum ASI. Mudah-mudahan Aam lulus ASI ekslusif dengan baik, serta terus mendapatkan ASI hingga 2 tahun. Amin.

 

***

Pamulang, hari ke tiga puasa. Kecapekan beresin kamar depan, membuat aku gagal bangun untuk menyiapkan sahur. Hiks hiks.

51 comments:

  1. Di atas, ditulis Aam lahir 20 Maret 2008 Uni :)

    Aam montoook :D haha ngegemesiiin.

    ReplyDelete
  2. wahhh dek aam makin besar dan sehatttttt

    ReplyDelete
  3. uni dobel nih postingannya :)

    ReplyDelete
  4. delete reply
    debapirez wrote today at 8:43 PM
    wah, pengalamannya "seru". di hari pertama anak saya lahir, sktr jam 1 malam saya keliling minimarket utk cari dot dlm rangka "menipu" dedek bayi-nya krn ASI istri saya msh sulit keluar :-)

    ReplyDelete
  5. udah diedit ya Yayan.. hehehe... :) makasih yaaa

    ReplyDelete
  6. iya, alhamdulillah ari...:)

    ReplyDelete
  7. iya, kenapa ya bisa double? padahal udah hati2 tadi postingnya..:)

    makasih udah dikasih tau ya mbak nurah...

    ReplyDelete
  8. om dedi..

    komennya yang dipostingan sebelum ini saya pindah ke sini ya..:) maaf ya.. yang satu lagi saya individual settingkan..:)

    waaaah... kog ya kecil2 udah kena "tipu" ayahnya nih si dedek bayi...wakakakak

    ReplyDelete
  9. Matanya adik Aam mirip mb Intan dehh...

    ReplyDelete
  10. Ealahhh mau nulis mb Dian keliru mb Intan...maap mbakk..saking terpesonanya ama matanya Aam nehhhh

    ReplyDelete
  11. Aam hidungnya mirip bundanya, persis.

    ReplyDelete
  12. Dek aam mirip capa ya uni? :D
    Btw itu dek aam lahirannya 2012 ya? Disitu ditulis 2008 :D
    Uni, billa ciyan banget diselang2 gitu :( :'(

    ReplyDelete
  13. Tahun lahir Aam msh thn 2008 Dian :). Aduh, terharu baca Billa, bayi premie yg bersemangat juang tinggi, subhanallah. Sehat2 ya Billa, sudah lincah sehat skrg.

    ReplyDelete
  14. Katanya kl anak cowok, lebih kuat ASInya ya?

    Ada jg tmn Uniq yg kena baby blues, dia merasa bersalah banget krn di 3 hari pertama blm keluar ASI.. Alhamdulillah di hr ke 4 asinya keluar (katanya PDnya sakit banget tp dia tetap semangat mo ngasih Asi).. Di 3 hari pertama sempat diberi sufor krn kasihan lihat anaknya nangis terus..

    ReplyDelete
  15. subhanallah.. dah tambah montok aja..
    Dek Aam dah bisa apa ?

    ReplyDelete
  16. Uni, saya rada bingung kalo ada yang bilang ASI-nya belum keluar, hari ke-sekian baru keluar... Apa kolostrumnya gak keluar sama sekali ya? Atau kolostrum gak dianggep ASI?
    Soalnya kalo saya sih dari 7 bulan hamil udah keluar kolostrum (dan bagi saya sih kolostrum ya ASI, kan first milk)... Jadinya kalo ada yang bilang ASI-nya belum keluar saya anggap ASI putihnya yang belum keluar. Tapi bener gitu gak sih?

    ReplyDelete
  17. @mbak rinda : uniq pernah lihat ada yg dah keluar asi dari hamil 7 bln. kl itu kolostrum (yg katanya hanya keluar saat pertama kali keluar asi) saat bayi lahir dan menyusui ndak dpt kolostrum lg?

    ReplyDelete
  18. Mbak trewelu+ mbak unique: IMHO kalo yg saya baca kalo pas hamil udah keluar asi itu bukan kolostrum tp asi biaya yg nutrisinya ga sebesar asi+kolostrum setelah lahir, pertanyaan mbak uniq pernah anty tanyakan juga k dokter krn alhamdulillaah asi ku udah keluar pas 7bulan kmrn, kata dokter kolostrum cuma akan keluar pas abis lahiran tok dan kabar gembira buat yg sudah keluar asinya, insya Allaah asi nya nanti melimpah :) semoga ya, aamiin.

    ReplyDelete
  19. Rinda: pengalaman mba Mia, ngga pernah sama sekali keluar ASI selama hamil, semua 3 anak, ASI keluar di hari ke 3-5 pasca lahir :) Memang subhanallah ya, tiap ibu titipan rejeki Asinya beda. Tp anak ke 2 sukses ASI saja tanpa susu formula selama 22 bln

    ReplyDelete
  20. @anty : alhamdulillah jd lega bacanya.. Yg uniq lihat asinya memang melimpah, sampe netes2 dan merembes di baju.. Skrg anty dah brp bulan? Trus asinya masih keluar jg ya mpe skrg?

    ReplyDelete
  21. mb Rinda, awalnya saya juga berpikir begitu, bukannya sejak hamil 7bln itu sudah ada ASI bening yg keluar (kolostrum) ya ? *hamil anak pertama sudah pake' breastpad sejak hamil 7bln karena asi sering merembes*
    tapi ternyata ketika hamil anak kedua, ASI baru keluar di hari kedua melahirkan (dari bening sampai putih)
    jadi seperti kata Uni Dian, lain anak lain cerita emang :))

    ReplyDelete
  22. Afaik, kolostrum yang warna kuning, sejak hamil yang kuning itu keluar sampai bayi lahir. Mungkin gak keliatan keluarnya, tapi ketahuan dari keraknya. 2-3 hari setelah bayi lahir, baru asi warna putih yang keluar. Kalau nutrisinya saya nggak tau, cuman percaya aja kalo pasti cukup buat bayi.

    ReplyDelete
  23. Mbak uniq: iya memang gitu mbak, berasa buanjiiir,merembes2 hehee skrng masuk 9 bulan mbak uniq, mohon doanya ya..
    Iya masih keluar smpe skrng:)
    Mbak trewelu: ooh gitu yaa... Klo gitu baby nanti pas lahir ga dpt kolostrum kah? Krn udah keluar duluan apa gmn? :( waaaah... Aku sih putih biasa mbak..

    ReplyDelete
  24. aduuuuh... ini anak siapa ? huhuhu... *uni intan suri ya maksud bulik>? heheh

    ReplyDelete
  25. kedip-kedip ke bulik kriwil....:) *biar tambah terpesona...:P

    ReplyDelete
  26. wakakkakka....idungnya aam berbatang om moes..kalau idung bundanya waduuuh.... gak banget deeeh..wakakakak

    ReplyDelete
  27. hhihi iya.. tadi perasaan udah edit deeeh.. ternyata bgelum ya..

    ugh uni kalau ngebayangin waktu billa dulu ...ampun deh anti..:((

    ReplyDelete
  28. sekarang terlalu lincah mbak mia...saya kehabisan sabar teruuuus...hiks hiks...

    mudah2an sayanya dikuatkan untuk gak sering2 ngomelin billa..:(

    ReplyDelete
  29. iya, ada beberapa seperti itu... untuk bayi umumnya masih bisa bertahan 2 x 24 jam tanpa makan minum, sampai asi ibunya keluar...tapi harus usaha juga, untuk terus dihisap bayinya...karena bisa memancing hormon asi soalnya uniq...jadi nanti kalau lahiran..jangan mudah putus asa yaaaa :)

    ReplyDelete
  30. dah bisa ketawa ngekek...hahaha saya kaget pertama kali dengar suaranya ngekek gitu..hehehe

    alhamdulillah asi nya cukup untuk aam nih Lia..:)

    ReplyDelete
  31. bisa jadi gitu...

    adik ipar saya kemaren itu malah tak keluar kolostrum sama sekali...
    gak tau gimana sekarang ya...:)

    uni sendiri baru keluar 24 jam kemudian ibuk... jadi mungkin tiap2 ibu lain2 waktu keluar kolostrumnya kali ya? *uni belum detail juga belajar soal kolostrum ini... ntar dicari infonya deh...:)

    ReplyDelete
  32. rasa2nya gak seperti itu deh logikanya... asi yang waktu hamil dengan asi setelah melahirkan mungkin beda kali ya..

    errr...ntar dicari orang yang tepat menjelaskan ya..*mungkin mbak pritta kali ya?

    ReplyDelete
  33. iya.. seinget uni dulu dapat info seperti yang anti tulis ini deeh..:) makasih infonya ya anti....

    ReplyDelete
  34. dian mirip nih sama mbak mia...:)

    iya mbak... rejeki ASI ini emang tiap ibu beda2 kali ya..:)

    ReplyDelete
  35. heheh.. iya... uni rasa seperti kata mbak mia... lain anak lain rejeki asinya..:))

    ReplyDelete
  36. insyaAllah demikian...

    semangat memberi asi harus disertai positif thinking seperti ini kan ibu rinda yaaaa..>:)))

    ReplyDelete
  37. tenaaaaang.. Allah Maha Pengatur..

    insyaAllah tetap dpt yang terbaik dari ASI nya nanti kog baby anti...amiiin

    ReplyDelete
  38. waahhh dedek aam cakep yah.....sehaatttt

    ReplyDelete
  39. ikutan sharing ya uni....setau sy, semua ibu itu dr awal melahirkan sebenarnya sudah keluar asi-nya, yaitu kolostrum td. selama fase kolostrum td mmg katanya tdk dirasakan sensasi keluar asi (mgkn utk sebagian ibu). Kalau diperah pun belum bisa, hny bisa keluar oleh isapan bayi dg perlekatan yg benar. volumenya pun sedikiiit sekali, menyesuaikan dg lambung bayi yg msh segede kacang almond. Tp mengandung zat antibodi yg banyak, makanya disbt cairan emas. Dlm wkt skitar 2-4 hr baru kolostrum itu berubah menjd asi matang, dan kerasa deh PD bengkak lalu asi menetes. oiya, fase kolostrum ini ternyata mmg sdh mulai produksi sejak hamil trisemester ke 2 dan terus berlanjut stlh melahirkan.

    ReplyDelete
  40. makasih tante larasss...:)

    ReplyDelete
  41. alhamdulillah..makasih sharingnya ya mbak zehan...:)

    ini informasi berharga juga buat saya... insyaAllah bermanfaat... amiiin

    ReplyDelete
  42. Sama2 uni....btw, sy dipanggil zehan aja deh uni. biar kerasa lbh 'akrab' :)

    ReplyDelete
  43. ow, oke zehan...:) makasih yaaaa..... :)

    ReplyDelete
  44. ya ampun mengiri, langsung kuruuuuuuuuuuuusssss.. resepnya punya bayi saja kali ya biar bisa kurus lagi habis melahirkan..

    asi eksklusifnya lancar jaya nih.. billa dan aam bisa langsung dapat asi eksklusif tanpa halangan.. hebat ya billa dan aam padahal bilirubin.. semangat nih bundanya..

    ReplyDelete
  45. Jadi kangen sama Aam...udah sering ketawa ya Yan :(
    Cium sayang buat Aam dan Billa ..

    ReplyDelete
  46. Bayi Aam lucu bangeeet!

    ReplyDelete
  47. hiks.. siapa yang kurus mbak tin?

    mukanya doank.. perut dan area lainnya masih nduuuut.. hiks hiks..

    amiiin.. insyaAllah doain ya mbak, semoga lancar ASIX nya..:)

    iya, kudu semangat bundanya..:)

    ReplyDelete
  48. iya mam.. tapi sekarang kog bunyi ketawanya ilang ya..hehehe

    ReplyDelete
  49. kata kakak billa, dek aam itu warna kulitnya putih tua tante anne.. hihihhi

    ReplyDelete
  50. Billa ada-ada aja.. lebih gelap dik Aam sih ya, Billa kan putih ya, Uni?

    ReplyDelete
  51. iya, si aam ikut kulit uni..:) billa ikut kulit ayahnya..:) *tapi ayahnya sekarang rada gelap sejak kerja di offshore..heheh

    ReplyDelete