Wednesday, October 16, 2013

[Traveling Mom] Ke Negeri Singa Muntah Air

Rasanya, sudah lama sekali, aku tak bercerita tentang keluargaku. Padahal keinginan untuk ngeblog yang santai itu selalu memanggil-manggil. Setahun yang lalu, nyaris setiap hari aku nulis di multiply, tapi sejak awal tahun ini, rasanya sangat jarang ngeblog dan curhat tak penting kulakukan di dunia maya.

Malam ini, kusempatkan sedikit bercerita tentang suka duka menjadi ibu ketika traveling bersama satu anak berusia 5 tahun 2 bulan, yang sedang cerewet-cerewetnya, dan seorang batita usia 19 bulan yang sedang aktif-aktifnya.

"Bund, jadi ya ikut Ayah ke Singapura. Siapin semua perlengkapan untuk seminggu di sana. Kita nginep di hotel Orchard Parade Hotel. Ayah pulang dari offshore tanggal 5, tanggal 6 nya kita berangkat." Demikian si Ayah ngasih kabar.

http://www.kaleidoscopeadventures.com/wp-content/uploads/2011/05/PackingList.jpg


Dan ini termasuk merepotkan, karena sering sekali, Ayah anak-anak, suka order sehari sebelum berangkat, dan beliau sendiri tak bisa ngepacking kopernya, karena minimnya waktu.

Maka, sejak hari Kamis, aku mulai menyicil keperluan berangkat, mulai dari beli susu formula kalengan, (aku yakin di Singapura bakalan mahal susunya), lalu pop mie, karena aku tak ikut sarapan (jarang dapat hotel yang memberi voucer untuk dua orang kalau keluar negeri - karena Ayah Billa berangkat dalam rangka training, bukan liburan) dan menyiapkan obat-obatan anak-anak. Khawatir di sana tak sama mereknya.

Ini sebenarnya adalah kepergian yang ketiga kalinya ke LN. Tapi ini adalah kali pertama bagiku membawa dua anak.

Pertama kali dulu, ke Guangzhou (tahun 2010), bersama Billa saja. Lalu ke Singapura tahun 2012, dalam keadaan hamil si Aam. Nah tahun  ini, berarti bawa dua anak yang super aktif. Aku harus bawa perbekalan selama di pesawat, supaya mereka gak heboh karena bosan.

@Beijing Lu


@Sentosa Island 2012 


Koper pertama, kuisi pakaian mereka berdua. Ukuran kopernya tanggung. Alhamdulillah cukup. Koper kedua kuisi pakaianku dan suami, tapi juga termasuk makanan instan, susu formula, pop mie dan buku. Jadilah koper kedua ini ukurannya besar. Lalu aku juga bawa koper tarik kecil milik Billa yang kuisi popok sekali pakai, beberapa buku novel karyaku, beberapa mainan Billa dan Aam, dan obat-obatan serta perlengkapan mandi anak-anak.

Aku sendiri membawa sebuah tas punggung berisi pakaian ganti anak-anak, sebuah journal, dompet berikut isinya dan gadget. Juga sebuah tas makan kecil, berisi kebutuhan snack dan makanan Aam serta Billa. Sementara Ayah Billa membawa sebuah tas ransel agak besar, berisi 2 laptop, perlengkapan sholat, dan berkas milik dia.

Alhamdulillah, semakin hari, semakin terbiasa aku mempacking koper. Jika dulu butuh berkoper-koper dan beragam tas jinjing. Sekarang cukup dengan 3 koper (besar, sedang dan kecil) serta 2 tas punggung dan 1 tas makan, kami siap berangkat. Dengan bangga kuperhatikan bekal itu semua, karena aku siapkan sendiri.

Taksi sudah dipesan, paspor disiapkan, dan semua detail telah kutuliskan. *meski ujung-ujungnya, ada saja yang tertinggal, mulai dari krayon si Billa hingga terbawa juga buku tak penting..:P hehehe

Tantangan berikutnya, bukan lagi packing. Tapi bagaimana menghandle anak-anak. Beruntung Billa sudah tak sulit lagi diatur, kecuali saat moodnya lagi jelek banget karena lapar atau ngantuk.

Sepanjang perjalanan, Billa menyenangkan sekali. Mulai dari antusiasnya bertanya tentang negeri Singapura, yang selanjutnya disebutnya sebagai "Negeri dengan Patung Singa Muntah Air" . Sejak dalam pesawat, dia dengan semangat melatih bahasa Inggrisnya yang masih tertatih-tatih, tapi selalu mengharukan mendengar perkembangan bahasa Inggrisnya. Billa sudah diberitahu, bahwa ada banyak bahasa di Singapura, dan salah satu yang digunakan adalah bahasa Inggris.

Sementara Aam adalah tantangan nomor satu. Mulai dari keaktifannya, lalu ketidakmampuannya untuk berbicara, membuat dia harus marah, menjerit dan menangis, jika tak dimengerti kemauannya. Apalagi menjelang berangkat, Aam tertidur pulas, sehingga selama di pesawat, adalah perjuangan tersendiri untuk membuatnya tenang.

Aam di Pesawat
Aku mulai dengan menyusuinya selama take off. Cukup berhasil, tapi sebentar. Lalu sibuk membolak-balik majalah Garuda. Kemudian utak-atik tombol televisi, kemudian menjerit, minta gendong dan banyak lagi hal lainnya. Perjalanan pesawat yang nyaris 2 jam itu, diisi dengan kehebohan Aam selama kurang dari 1,5 jam. Sisanya Aam keletihan dan tertidur menjelang landing. *fiuuuuh lap keringet.

Keluar dari airport Changi dimulai dengan koper yang gak ada, dan ternyata berada di lost and found. Hehehe.
Keasyikan jepret sana-sini oleh Ayah anak-anak, membuat koper kami dinyatakan tak diambil, dan harus diambil di lost and found. Pola pikir, bakalan lama ambil koper seperti di Soeta, ternyata tak bisa diterapkan di Changi.

Billa si Pramugari Cilik 
Selesai dari sana, kami antri taksi. Beruntung karena bawa bayi dan balita, aku dan keluarga dapat menggunakan jalur cepat, dan mendapat taksi tanpa lama. Perjalanan pun nyaman, tanpa macet. Its what i love about Singapore, no traffic jam like Jakarta...or even Pamulang...:)

30 menit kemudian, sampai di hotel Orchard Parade Hotel, yang berada di antara Orchard road dan Tangling road. Dan kami berada di wilayah yang 24 jam kondisinya "berdenyut" terus... alias selalu ramai. Lumayan asyik sebetulnya.

Kelebihan hotel ini, hanya pada posisinya yang dekat ke stasiun kereta, mall dan beberapa tempat makan yang halal. di depan hotel juga kalau kita menyeberang ada taman dan juga ada stasiun untuk naik bus Hop up Hop in.

http://hotels.online.com.sg/DB/hotelpics/singapore/Orchard_Parade_Hotel-Facade.jpg

Hari-hari selama di sana, aku dan suami isi dengan jalan-jalan. Awalnya sih ingin lihat perpustakaan dan mesjid, tapi terkendala waktu suami yang padat untuk training, maka kami memilih jalan-jalannya setelah sore hari. Dan itu berarti belum tentu bisa ke perpustakaan, apalagi ini keinginan sepihak, alias hanya dariku sendiri. :)

Pilihan kenyamaan anak-anakpun jadi utama. Kami memilih naik Sighseeing bus yang harganya lumayan bikin bolong kantong, karena untuk dewasa 33 dollar, dan anak2 23 dollar. Nyaris 1 juta rupiah, dihabiskan untuk naik bus yang bisa digunakan selama 24 jam itu. Tapi untuk keliling Singapura yang tak terlalu luas, pilihan ini cukup tepat. Karena aku dan anak-anak (terutama anak-anak terlihat antusias) memilih duduk di bangku atas yang terbuka. Sehingga bisa melihat semuanya.

Billa teriak-teriak kesenangan. Aam yang pendiam, juga tertawa-tawa. Ayahnya aja yang sedikit nyengir, karena harus mengeluarkan uang lumayan banyak. hehehe
http://www.singapore-tourist-info.com/hippo-city-sightseeing.jpg


Kami bisa melihat semuanya. Sekali-sekali berhenti di Marina Bay, jalan sedikit ke arah Patung Singa Muntah Air, juga ke little India, dan beberapa tempat lainnya. Kelebihan bus ini adalah selama 24 jam itu free, karena sudah bayar sekali. Kita bisa naik turun dimana saja yang ada stasiunnya, dan semuanya dekat dengan wilayah pariwisata.

Aku dan suami terkendala sikap anak-anak yang kadang kalau capek, bosen, lapar atau ngantuk jadinya tantrum. Jadilah kami berdamai antara ingin memaksimalkan uang yang keluar, dengan kenyamanan anak-anak. Maka tak semua wilayah kami datangi secara dekat, tapi cukup difoto-foto saja, atau hanya melihat saja dari jauh. Meski rasanya tidak puas, apalagi suami yang ngeluarin uang, terlihat bete sedikit...hihihi... Tapi secara mental, sudah cukup menyenangkan menyaksikan Singapura dengan bertukar-tukar bus Sighseeing tersebut.

Kegiatan lainnya kami isi dengan berenang di hotel, jalan-jalan di Orchard Road, kemudian naik MRT dan menikmati Sentosa Island di malam hari.

Meski bukan ini yang sebenarnya kuinginkan, tapi tentu harus ditepikan keinginan pribadi. Kalau ditanya, aku sih maunya ngelihatin, semua perpustakaan Singapura yang terkenal dengan cozy dan kelengkapannya, meski tak sebanyak Paris yang kabarnya samper 500an perpustakaan, tapi Singapura termasuk memanjakan para pembaca perpustakaan.

(Lewat Video you tube ini aku jatuh hati untuk melihat lebih dekat perpustakaan di Singapura, tapi tak tercapai cita-cita ini...:()



Uniknya, aku susah mencari toko buku, karena ternyata toko buku di sana, kalau di Mal, adanya toko Kinokuya, atau toko kecil untuk anak-anak seperti yang di Forum Mal, atau sekalian di Bras Basa Road, yang kabarnya pusat toko buku seken. Entahlah, yang ini aku tak melihat langsung.

Harga bukunya bikin ajib-ajib deh... alias elus-elus dompet. Aku hanya membeli satu buku, D for Dahl, buku tentang seputar diri Roald Dahl, yang bagiku adalah harta karun, karena hanya ada satu, dan harganya bikin elus dada. Kalau dikurskan ke rupiah, lebih dari 120 ribu rupiah. Aku memilih mengurangi jatah makan siangku, demi membeli buku ini.

*Nasib turis hotel berbintang tapi kantong backpakeran...:) soalnya hotelnya gratis dari kantor Ayah anak-anak, sementara isi kantong, hanya dari tabungan dan uang arisan...hihihi

Dari sekian banyak kejadian selama di Singapura, hal yang justru berkesan bagiku adalah, kehadiran dua teman di dunia maya (dari dunia blog multiply) yang sudah pernah kujumpai, dan kali ini dalam hitungan berjam-jam, berjumpa untuk ngobrol kemana-mana.

sempat promosi buku karyaku juga lhooo 


Moment bercanda bareng Fe dan L 

Didatangi oleh Wayan Lessy dan Yudith Fabiola, adalah berkah buatku. Ilmu, sharing, cerita dan hal-hal menarik mengalir deras di dalam obrolan kami. Tak cukup rasanya 5 jam berbicara dengan dua perempuan cantik nan cerdas serta soleha ini. Alhamdulillah sekali bisa berjumpa dua perempuan menarik ini.

Suka sekali dengan relationshipku dengan Fe dan L 

Bagiku, perjalanan di negeri tetangga ini terasa begitu lengkap dengan silaturahim yang kudapatkan. Allah Maha Baik, mengenalkan aku pada teman-teman soleha itu. Segala keletihan, keram kaki dan beragam konflik kecil yang muncul sepanjang perjalanan di Singapura, menjadi terbayarkan jika mengingat silaturahim yang kurasakan.

Mudah-mudahan, setiap perjalanan dan rejeki pergi ke negeri orang, selalu penuh hikmah, pengalaman, cerita dan berkah seperti kepergian ke Singapura tahun ini.

Perjalanan pulang ke Indonesia juga berjalan lancar. Aam tidur sepanjang perjalanan, Billa juga sangat kooperatif, dan banyak cerita yang bisa aku dan suami bagi bersama selama perjalanan di taksi menuju rumah. Sebuah hubungan yang berkualitas, mengingat selama ini, kami sangat jarang ngobrol sangat lama diluar konteks anak-anak. Perjalanan macet di Jakarta, juga menjadi penutup perjalanan kami dengan obrolan seru tentang Syiah, Suriah dan kisah beberapa teman. :)

Alhamdulillah...



*fiuuuh... berhasil juga ngeblog santai, tanpa mikir eyd, isi dan apapun. Ini adalah tulisan sebagai terapi jiwa. hehehe



10 comments:

  1. Tetep bagian kopdarnya yang paling keren hehe :)

    Jadi kakak Billa praktekin bahasa Inggrisnya gak Uni? ngomong sama warga lokal, staf hotel atau sama siapaaa gitu? *kasihjempol*

    ReplyDelete
  2. Uniii..., dan ternyata kita belum berjodoh untuk kopdar ya...
    Bepergian ama bocah-bocah kecil nan atraktif itu sungguh seru ya uni :D
    Ujian kesabaran.. hahahaha...

    ReplyDelete
  3. @Yayan... iya bangeeet..:)

    ada beberapa kali dia gunakan, biasanya kalau lagi moodnya bagus, selebihnya ia lebih pede ngomong sama uni. tapi kalau ditanyain staf hotel atau yang jual souvenir, dia tetap jawab..:)

    ReplyDelete
  4. @dee an...

    iya, mudah2an ada waktu di bulan depan yaaa..amin..

    iya, ujian semua hal deeeh...k esabaran, keikhlasan...hahaha dan materi juga..hihihi

    ReplyDelete
  5. hahahaha.. iya bener! ujian materi dengan bepergian bersama bocah itu juga luar biasa, uni :)

    kalau berkenan, baca tulisan dian yang ini deh uni http://www.adventurose.com/2013/09/singapura-surabaya-by-jetstar.html

    ReplyDelete
  6. @dee an, kog gak ngelink ya...

    uni kudu kopas link dulu ya?

    ReplyDelete
  7. Travelling bawa anak-anak yang masih balita memang jadi keunikan sendiri ya, Dian. Jadi ingat lagi waktu kamu hijrah sementara ke Amrik dulu. Meskipun anak-anak sudah SD, tetep aja rempong. Pindahan ke luar negeri kudu bawa koper masing-masing 2 untuk 1 orang dengan alasan supaya di sana gak terlalu banyak pengeluaran utk beli-beli yg baru, ternyata oh ternyata, di sana itu banyak barang seken yg dijual murah meriah, hihihi. Jadilah totalnya 6 koper untuk kami bertiga, karena si Bapak sdh duluan berangkat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aih kak wyk. Gak ngeh kl ada komen Kakak.

      Ih Apalagi ke Anton dlm waktu lama ya kak. Hihihi

      Delete
    2. Typo Anton maksudnya Amrik

      Delete