Friday, October 06, 2017

(Travelling Mom) Menjadi Turis di Kampung Halaman



Siap-siap menuju Bandara
Menjadi turis di kampung halaman sendiri? Belum pernah kuniatkan, sampai akhirnya suatu hari Ayahnya anak-anak mendapat kesempatan berkegiatan di Palembang. 

Jadi, boleh dibilang, beberapa bulan terakhir ini, aku diijinkan Allah untuk pulang kampung ke Palembang sebanyak 2 kali. Padahal 3 tahun terakhir, aku tidak ada kesempatan dan ijin untuk pulang. Sekalinya diberi kesempatan, malah 2 kali dalam jarak yang tidak berjauhan, antara Maret dan Mei 2017. 

Kali ini, aku dan anak-anak, janjian dengan si Ayah, untuk jumpa di airport, mengingat ia masih ada meeting di kantornya. :) *Hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan sekarang. Karena baru-baru ini, aku juga ke Jogja, janjian di stasiun kereta dengan suami, karena ia belum kelar meeting. hehehe

finally jumpa ayah di airport terminal 3
Alhamdulillah, Aam sudah semakin terbiasa naik pesawat. Ia cukup kooperatif selama di pesawat, meski agak lebay sedikit, perihal kudu pegangan tangan, karena tempat duduk kami depan2an. hehehe

45 menit di udara, tak lama, kami tiba dengan selamat sampai di Palembang. Meski ada insiden keributan aku dengan seorang penumpang di belakangku. Ia menendang kursiku, karena aku protes, ia menerima telpon saat di udara, saat landing dan saat pintu dibuka. Aku benar-benar marah. Tak peduli sekitar, aku ajak ribut laki2 seusiaku atau mungkin lebih muda. Sampe merasa malu dia dimarahin emak-emak model aku. Aku dan suami juga melaporkan laki2 bodoh itu ke orang maskapai. *di kemudian hari, aku juga melaporkan ke kantor maskapai tersebut di Palembang. Pokoke lapor aja. Mudah2an dia gak bisa terbang lagi pake maskapai ini. Bahaya banget ih! Bisa-bisanya  menerima telpon di saat menit-menit mau landing... astargfirullah.... 


Aam senang bisa baca kalimat Welcome To Palembang
Padahal ini kali ke 2 dia ke Palembang di tahun ini 

Seneng banget bisa ketemu Padeknya lagi

Dijemput oleh adikku, kami langsung di antar ke hotel yang lokasinya tepat bersebrangan dengan rumah orang tuaku. Lucunya Mamaku sedang menginap di rumahku di Tangsel. Beliau ditemani 2 orang sepupuku di sana. :) 

(Jangan lupa baca : http://www.oenidian.com/2017/09/travelling-mom-hotel-aston-palembang.html )


Oh iya, waktu kepulangan pertama kali dulu, saat reuni 25 tahun FH Unsri 1992, aku gak sempat kemana-mana. Namun sempat foto sekeluarga bareng gitu. Alhamdulillah. Ini adalah foto keluarga di studio pertama kali sejak tak ada Papa. *duh jadi rindu almarhum. Aku dekat banget dengan Papa. Miss him so much. 


Digedein dan pejeng di ruang tamu rumah Mama

Adiku dan adik ipar sedang photo session :) 


Oke...

Berikut kegiatanku selama menjadi turis di kampung halaman. 

Pertama, aku pergi ke Benteng Kuto Besak. Ini memang lokasi paling digemari anak-anak remaja maupun turis lokal/luar, karena memang bisa menikmati pinggiran sungai Musi. Bahkan pada malam hari, semakin ramai. Tidak saja karena sering ada kegiatan musik, tapi juga penampilan Jembatan Ampera terlihat molek dari kejauhan. 

Kameraku tak mampu mengambil foto dengan cantik nih...


Instragamable nih kata Palembangnya.
Sayang rame banget. hahhaa


Kakak dan Palembang 

Wefie dulu aaah


Kesempatan foto berempat. Tapi lecek gini ya hahaha



Hahaha.. masih belum berhasil motonya nih!


Berikutnya, aku mupeng ke lokasi Quran terbesar di Dunia nih!..

Maka, keesokan harinya, menggunakan jasa taksi online, kami pergi ke kawasan Gandus. Aku sudah bertahun-tahun tidak ke daerah sini. Sungguh sudah ramai sekali lokasinya. Kebetulan, supirnya masih muda dan ramah. Ia bersedia menjelaskan kondisi terbaru dari kawasan yang kami lewati tersebut. 

Perjalanan sekitar hampir 30 menitan tanpa macet, karena si supir pinter cari jalan. Kami pun tiba di lokasi. 

Saat masuk, diterima oleh banner ajakan infaq


daftarin nama dan beli tiket masuknya 




Aku lupa harga tiketnya.
Tapi nggak mahal dan mereka mengajak infaq utk kelestarian quran raksasa tersebut
Quran raksasa ini dipahat di atas kayu tembesu. Bertempat di kawasan Soak Bujang, Gandus. Museum ini memiliki 30 juz quran yang dipahat dengan cantik. Sayangnya, karena biaya dan lokasi yang tidak cukup luas, maka, yang dipamerkan hanya sebagian juz saja. Sisanya menunggu terkumpul lagi uang donatur, infak atau sumbangan dari pengunjung atau pihak lain yang tertarik untuk membantu menyelesaikan museum ini. 

Aku terkagum-kagum dengan pahatan dan cantiknya quran raksasa tersebut. Kayu tembesu yang dipakai berwarna cokelat. Sementara pahatan ayat Alquran menggunakan tinta berwarna emas. Dari kejauhan, khas warna orang SumSel banget!

Bayt Alquran Al Akbar. 


Foto di dalam lokasi museum 


tangga menuju ke atas, tapi tak bisa digunakan
karena dikhawatirkan tidak kuat menerima beban pengunjung


lupa nama guide yang sekaligus ustaz ini. Beliau dengan senang hati menjelaskan semua
sejarah dan hal terkait quran ini, serta memoto kami


Berempat


In action dari luar 





Mari Wefie dulu
Padek dan Bundi datang menjemput kami :) 
Alhamdulillah, senang banget bisa menikmati wisata religi di kampung halaman sendiri. Jika tidak memaksakan diri dan berusaha ke sana, entah kapan aku bisa melihat langsung Quran raksasa yang cantik tersebut. 

Agendaku berikutnya adalah, keesokan harinya, membeli songket untuk para kolega kantor Ayah anak-anak yang akan pensiun, serta membeli kain untuk kami juga ;) 

Kali ini, aku tidak ke 16 ilir atau kawasan Hero. Tapi melimpir ke kawasan industri songket Palembang. *Duh aku lupa nama kawasannya. Ke arah Talang Semut atau Talang Kerangga gitu deh. Terus terang, aku senang dengan pemberian lokasi khusus bagi pengusaha industri kecil dan besar songket ini. Turis bisa diarahkan dengan tepat ke sana. Harganya juga jauuuh lebih murah dari harga yang di airport atau di mal sekalipun. 

Aku bangga deh jadi orang yang meski berdarah minang, tapi lahir dan besar di Palembang. Songket selalu menjadi kebanggaan orang Palembang, setelah makanan Pempek dengan variannya. :) 



gantungan kunci untuk souvenir


Koleksi Pak Hasan. Cakep cakep 


Bang Asis didandani oleh Pak Hasan, pemilik toko :)

Setelah membeli semua kebutuhan, aku yang kali ini dianter dan ditemani oleh adik bungsuku, Dhinang, mencari lokasi lain lagi. Yakni kampung arab di kawasan Ulu sana. Kabarnya lokasi ini menjadi lokasi syuting film islami juga beberapa waktu lalu. Jangan tanya judulnya ya .. hehehe

Kampung Al Munawar ini tak jauh dari kawasan rumah almarhum Omku di 2 ulu. Jadi aku sudah terbiasa dengan situasi tersebut. Bedanya kawasan ini bersih, dan khas warna pintu dan rumahnya. Biasanya (kata temen dan koran), kawasan ini sering ada kegiatan kesenian atau keagamaan islam yang bisa ditonton. Sayangnya, saat aku datang ke sana, cuaca panas banget dan tidak ada kegiatan apapun. 

Namun, kawasannya cakep untuk foto-foto lhooo :) 





Jendala gede. Khas rumah tradisional Palembang 



Lorongnya bersih banget yaaa 


Jenis rumah pinggi sungai musi yang khas.


Rumah panggung, yang bagian bawahnya dijadikan rumah juga :) 


Aam melihat kapal wara wiri di sini 


Halaman belakang rumah yang langsung ke arah sungai musi 


Akhirnya foto bareng adik bungsu yang super sibuk:) 
Sekali lagi, kuhaturkan syukur pada Allah. Tidak sia-sia kepulanganku ke kampung halaman kali ini. Bisa merasakan kelebihan lain dari Palembang, selain makanannya hehehe

Di akhir kunjunganku ke Palembang, adalah nyekar ke makam Papa. Bang Asis yang kedatangan pertama dulu tak sempat datang, kali ini menyempatkan diri ke sana. Aku sering kali tak bisa menahan air mata jika sudah berkunjung di sini. Aku tahu, tak perlu sedih. Cukup kirimkan doa bertubi-tubi untuk Papa. Sedekah, mengaji dan berbuat kebaikan atas nama almarhum akan menyenangkan hatinya. Tapi tetap saja, rasa rindu itu tak mau pergi. Makanya tak pernah bisa berlama-lama berada di makan almarhum. Biarlah kukenang selalu senyum keren dan mata indah Papa di hati ini. 

Al Fatiha  untuk Papa.... 


Ayah Billa Aam dan Makam Papa
Sebelum aku pulang ke Jakarta, aku sempat diajak jalan dan makan bareng 3 orang teman kuliahku. Mereka sahabat sejak semester 1 di Fakultas Hukum Unsri. Sungguh menyenangkan sekali berjumpa para emak-emak yang tidak bisa hilang aura premannya. Hahahah

Kisah-kisah indah jaman kuliah, dan pembicaraan yang memancing debat akan banyak hal, membuat suasana hati menjadi bahagia. Terima kasih atas traktiran dan obrolan berjam-jamnya ya Yanti Cemenk, Desi Bebek dan Lili .... I miss u all now...:) 



Ini pertemuan di kepulanganku yang pertama



Kangen deh!

Ah, tidak terasa..hari-hari berlalu. Dan aku kembali ke Tangsel. Meninggalkan banyak cerita indah dan kenangan. Dan aku merindukan kembali kota kelahiranku itu lagi...:) 
Para sepupu yang membuat semua orang senyum
masa kecil yang indah
Kakay, Aam, Billa dan Kal El 

2 comments:

  1. Sekali ke Palembang nyasar huhuhu....dan nggak sempat foto di jembatan ampera:(

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah...tidak ada teman sesama blogger yang bisa jadi guide kah Zwan?

      Delete