Sunday, October 20, 2013

[Cooking Mom] Menyeimbangkan Hidup Dengan Memasak? :)

Menu 20 Oktober 2013


Tak suka masak?

Yup! Aku ibu rumah tangga yang tak suka masak. Meskipun harus belajar masak, dan pernah bertahun-tahun menjalani fase memasak itu "wajib".

Ketika dunia menulis kurambah, langsung dunia masak-masakan, semakin jauh dariku. Kalau tidak penting atau request suami, atau keinginan diri sendiri, aku nyaris tak masak.

Lalu, makannya gimana?

Ya, kadang beli jadi, kadang dapat kiriman dari adik ipar (dulu ibu mertua yang rajin kirim masakan untuk suamiku :)) dan kadang ya masak seadanya, atau meminta tolong pembantu (yg pulang hari), untuk bantuin masak beberapa jenis, dengan panduan resep dariku.

Tapi, hari ini, aku memilih untuk memasak. Entah abis kesambet apaan, tapi yang terpikir tadi subuh adalah, bagaimana caranya memasak daging kurban yang tak banyak, tapi lumayan tersimpan di 4 tempat di freezer.

Pilihan pertama adalah membuat sop daging, karena Kak Billa suka sop daging. Pilihan berikutnya nyoba teriyaki daging, nyontek resep dari temen, dan juga ngecek ke internet. (sama dengan sop daging, kali ini aku pilih nyontek resep, karena selama ini bikin "sop-sopan" dengan bumbu bawang doank).

Pilihan selanjutnya adalah tumis kangkung, karena kebetulan kemaren beli sayur kangkung.

Beruntung, tadi tukang sayur yang pake motor, lewat. Pas aku sedang membuka gembok pagar. Jadi bisa belanja bumbu dan sayur yang kurang.

Mulailah kegiatan memasak jam 10an. Mumpung anak-anak masih tidur.

What? Masih tidur?
Yup... aku bukan ibu yang disiplin, jika hari libur, anak-anak cenderung bangun siang, kecuali ada niat mau jalan-jalan atau gimana-gimana. Kalau nggak, mereka kubiarkan tidur selama mereka mau, jadinya bangun nanti nyaman gak pake nangis, karena merasa kurang tidur.

Lanjut ya ceritanya...:)

Akhirnya, aku googling resep masakan di sini tabloid nova  untuk teriyaki dan untuk sop daging, aku googling di tempat lain, tapi aku lupa di link mana. Sementara untuk resep tumis kangkung, aku ingat-ingat sedikit resep ala Mama.

Berikut tahapan masaknya :

Pertama, aku tarok dulu contekan kertas kecil dekat bumbu-bumbu. Lalu kumulai mengupas bawang, wortel, kentang, dan lainnya.

Untuk masakan pertama, aku fokus pada Sop Daging  

Sebelum mulai masak, daging tetelan sudah kurebut dengan daun salam, daun jeruk dan serai sampe empuk. (ini tips dari adik ipar, yang pinter masak)

Lalu, aku siapkan 3 wortel dan 1 kentang, potong2, lalu 1 tomat, potong 4. Daun bawang secukupnya, daun seledri secukupnya. 1 butir pala (haluskan), 1 sdt garam (aku juga pake bumbu penyedap rasa daging sapi), 1/2 sdt merica bubuk, 1 sdm mentega, 5 bawang merah iris tipis-tipis, dan 4 bawang putih yang dihaluskan (bukan diiris). Lalu air secukupnya.

Daging yang sudah empuk, kupotong dadu, kuah kaldunya kelak kupakai untuk tambahan air.

Baru siapkan panci, masukkan mentega, tumis bawang putih, bawang merah di dalamnya, lalu setelah harus, masukkan daging, tumis beberapa saat, baru masukkan daging. Rebus sekitar setengah jam lebih, (40 menitan), baru masukkan sayur (kentang dan wortel). Rebus kembali dengan api kecil (sedang). Lalu masukkan garam, pala yang sudah dihaluskan, merica dan penyedap rasa (tanpa ini juga bisa kog..:) aku aja yang suka gak pede kalau gak pake ini).

Setelah dicicip, rasanya pas. Baru masukkan daun bawang, daun seledri dan tomat. Baru matikan kompor.

In sha Allah, rasanya lumayan. Tadi dimakan si Kakak Billa (yang sangat picky eater), dihabiskannya satu piring. Meskipun tidak request nambah sih (berarti tidak masuk level Lezat Sekali - kalau masuk level ini, si Kakak minta nambah nasinya...hihihi).

Lanjut, ke resep kedua.

Teriyaki Daging.

Untuk resep ini, aku sesuaikan dengan yang ada di dapur saja.

Daging yang ada kuiris tipis-tipis. Lalu jahe setelunjuk kuiris tipis-tipis juga. 4 siung bawang putih, juga diiris. bawang bombay 1 buah, iris tipis-tipis juga. Berhubung tak ada kecap asin, aku hanya menggunakan saus tiram, saus teriyaki dan sediki kecap manis. 2 sdt madu (ini juga ambil yang sachetan, karena itu yang ada di dapur). Lalu 1/2 sdt lada (ini ukurannya gak pas, aku tabur aja, karena aku suka pedas). Daun bawang iris tipis-tipis juga/

Semua itu kucampur jadi satu. (Oh iya, dagingnya sendiri kurebus dulu ya... gak sanggup kalau gak direbus dulu, gigi sudah tak kuat. Jenis dagingnya juga sembarang nih, yang ada di kulkas aja).

Jadi setelah semua dicampur jadi satu dalam wadah, kumasukkan minyak sayur secukupnya, harusnya pake minyak wijen juga, tapi aku gak punya, jadi ya cuwek aja...:)

Setelah semua dicampur, biarkan beberapa saat. (Nah sambil menunggu meresap semua bumbu tersebut ke daging, aku mengerjakan persiapan untuk kangkung tumis..:))

Sekitar 15 menit kemudian, aku siapkan kuali anti lengket. Lalu dimasak deh!

Berhubung tak punya paprika, (dan aku tak suka paprika), aku gunakan cabe rawit dan cabe merah. Oseng-oseng sebentar... sektiar 10 menit, hingga daging meresap dan lumayan lembut untuk digigit, angkat deh!

Berikutnya,

Tumis Kangkung kuah asam pedas manis. 

Nah,  kalau ini, adalah tumisan berdasarkan bumbu yang ada di kulkas.
Jadi, aku melihat ada cabai bawang yang sudah diblender (sisa bumbu bikin belado dendeng kemaren, yang sengaja kusisihkan sedikit).
Lalu kutumis dengan sedikit minyak, cabai bawang tersebut, kumasukkan teri medan sedikit, dan kuberikan air asam jawa sekitar 5 sdm. Lalu kumasukkan kangkung, dan tumis deh!

Tak lupa kuberi garam, dan sedikit penyedap rasa. Rasanya campur aduk, pedas, asam, dan sedikit manis, karena kumasukkan gula sedikit, dan asinnya datang dari teri medan.

In sha Allah sedap. Dan ternyata pas sekali dimakan bareng dengan teriyaki daging...hihihi

Kalau untuk dendeng belado, aku hanya memanfaatkan dendeng kering kiriman tante dari Padang, lalu kugoreng. dan kucampur dengan cabai bawang yang diblender (enaknya dihancurkan pake penggiling cabai), dan kuberi ketumbar halus 2 sendok makan. Gitu aja, tak begitu istimewa dan agak keras ternyata, karena aku salah cara goreng dendeng keringnya...

Demikian, cerita hari ini. Saking jarangnya masak, sampe diupload dan diposting di blog deh...:P

Wednesday, October 16, 2013

[Traveling Mom] Ke Negeri Singa Muntah Air

Rasanya, sudah lama sekali, aku tak bercerita tentang keluargaku. Padahal keinginan untuk ngeblog yang santai itu selalu memanggil-manggil. Setahun yang lalu, nyaris setiap hari aku nulis di multiply, tapi sejak awal tahun ini, rasanya sangat jarang ngeblog dan curhat tak penting kulakukan di dunia maya.

Malam ini, kusempatkan sedikit bercerita tentang suka duka menjadi ibu ketika traveling bersama satu anak berusia 5 tahun 2 bulan, yang sedang cerewet-cerewetnya, dan seorang batita usia 19 bulan yang sedang aktif-aktifnya.

"Bund, jadi ya ikut Ayah ke Singapura. Siapin semua perlengkapan untuk seminggu di sana. Kita nginep di hotel Orchard Parade Hotel. Ayah pulang dari offshore tanggal 5, tanggal 6 nya kita berangkat." Demikian si Ayah ngasih kabar.

http://www.kaleidoscopeadventures.com/wp-content/uploads/2011/05/PackingList.jpg


Dan ini termasuk merepotkan, karena sering sekali, Ayah anak-anak, suka order sehari sebelum berangkat, dan beliau sendiri tak bisa ngepacking kopernya, karena minimnya waktu.

Maka, sejak hari Kamis, aku mulai menyicil keperluan berangkat, mulai dari beli susu formula kalengan, (aku yakin di Singapura bakalan mahal susunya), lalu pop mie, karena aku tak ikut sarapan (jarang dapat hotel yang memberi voucer untuk dua orang kalau keluar negeri - karena Ayah Billa berangkat dalam rangka training, bukan liburan) dan menyiapkan obat-obatan anak-anak. Khawatir di sana tak sama mereknya.

Ini sebenarnya adalah kepergian yang ketiga kalinya ke LN. Tapi ini adalah kali pertama bagiku membawa dua anak.

Pertama kali dulu, ke Guangzhou (tahun 2010), bersama Billa saja. Lalu ke Singapura tahun 2012, dalam keadaan hamil si Aam. Nah tahun  ini, berarti bawa dua anak yang super aktif. Aku harus bawa perbekalan selama di pesawat, supaya mereka gak heboh karena bosan.

@Beijing Lu


@Sentosa Island 2012 


Koper pertama, kuisi pakaian mereka berdua. Ukuran kopernya tanggung. Alhamdulillah cukup. Koper kedua kuisi pakaianku dan suami, tapi juga termasuk makanan instan, susu formula, pop mie dan buku. Jadilah koper kedua ini ukurannya besar. Lalu aku juga bawa koper tarik kecil milik Billa yang kuisi popok sekali pakai, beberapa buku novel karyaku, beberapa mainan Billa dan Aam, dan obat-obatan serta perlengkapan mandi anak-anak.

Aku sendiri membawa sebuah tas punggung berisi pakaian ganti anak-anak, sebuah journal, dompet berikut isinya dan gadget. Juga sebuah tas makan kecil, berisi kebutuhan snack dan makanan Aam serta Billa. Sementara Ayah Billa membawa sebuah tas ransel agak besar, berisi 2 laptop, perlengkapan sholat, dan berkas milik dia.

Alhamdulillah, semakin hari, semakin terbiasa aku mempacking koper. Jika dulu butuh berkoper-koper dan beragam tas jinjing. Sekarang cukup dengan 3 koper (besar, sedang dan kecil) serta 2 tas punggung dan 1 tas makan, kami siap berangkat. Dengan bangga kuperhatikan bekal itu semua, karena aku siapkan sendiri.

Taksi sudah dipesan, paspor disiapkan, dan semua detail telah kutuliskan. *meski ujung-ujungnya, ada saja yang tertinggal, mulai dari krayon si Billa hingga terbawa juga buku tak penting..:P hehehe

Tantangan berikutnya, bukan lagi packing. Tapi bagaimana menghandle anak-anak. Beruntung Billa sudah tak sulit lagi diatur, kecuali saat moodnya lagi jelek banget karena lapar atau ngantuk.

Sepanjang perjalanan, Billa menyenangkan sekali. Mulai dari antusiasnya bertanya tentang negeri Singapura, yang selanjutnya disebutnya sebagai "Negeri dengan Patung Singa Muntah Air" . Sejak dalam pesawat, dia dengan semangat melatih bahasa Inggrisnya yang masih tertatih-tatih, tapi selalu mengharukan mendengar perkembangan bahasa Inggrisnya. Billa sudah diberitahu, bahwa ada banyak bahasa di Singapura, dan salah satu yang digunakan adalah bahasa Inggris.

Sementara Aam adalah tantangan nomor satu. Mulai dari keaktifannya, lalu ketidakmampuannya untuk berbicara, membuat dia harus marah, menjerit dan menangis, jika tak dimengerti kemauannya. Apalagi menjelang berangkat, Aam tertidur pulas, sehingga selama di pesawat, adalah perjuangan tersendiri untuk membuatnya tenang.

Aam di Pesawat
Aku mulai dengan menyusuinya selama take off. Cukup berhasil, tapi sebentar. Lalu sibuk membolak-balik majalah Garuda. Kemudian utak-atik tombol televisi, kemudian menjerit, minta gendong dan banyak lagi hal lainnya. Perjalanan pesawat yang nyaris 2 jam itu, diisi dengan kehebohan Aam selama kurang dari 1,5 jam. Sisanya Aam keletihan dan tertidur menjelang landing. *fiuuuuh lap keringet.

Keluar dari airport Changi dimulai dengan koper yang gak ada, dan ternyata berada di lost and found. Hehehe.
Keasyikan jepret sana-sini oleh Ayah anak-anak, membuat koper kami dinyatakan tak diambil, dan harus diambil di lost and found. Pola pikir, bakalan lama ambil koper seperti di Soeta, ternyata tak bisa diterapkan di Changi.

Billa si Pramugari Cilik 
Selesai dari sana, kami antri taksi. Beruntung karena bawa bayi dan balita, aku dan keluarga dapat menggunakan jalur cepat, dan mendapat taksi tanpa lama. Perjalanan pun nyaman, tanpa macet. Its what i love about Singapore, no traffic jam like Jakarta...or even Pamulang...:)

30 menit kemudian, sampai di hotel Orchard Parade Hotel, yang berada di antara Orchard road dan Tangling road. Dan kami berada di wilayah yang 24 jam kondisinya "berdenyut" terus... alias selalu ramai. Lumayan asyik sebetulnya.

Kelebihan hotel ini, hanya pada posisinya yang dekat ke stasiun kereta, mall dan beberapa tempat makan yang halal. di depan hotel juga kalau kita menyeberang ada taman dan juga ada stasiun untuk naik bus Hop up Hop in.

http://hotels.online.com.sg/DB/hotelpics/singapore/Orchard_Parade_Hotel-Facade.jpg

Hari-hari selama di sana, aku dan suami isi dengan jalan-jalan. Awalnya sih ingin lihat perpustakaan dan mesjid, tapi terkendala waktu suami yang padat untuk training, maka kami memilih jalan-jalannya setelah sore hari. Dan itu berarti belum tentu bisa ke perpustakaan, apalagi ini keinginan sepihak, alias hanya dariku sendiri. :)

Pilihan kenyamaan anak-anakpun jadi utama. Kami memilih naik Sighseeing bus yang harganya lumayan bikin bolong kantong, karena untuk dewasa 33 dollar, dan anak2 23 dollar. Nyaris 1 juta rupiah, dihabiskan untuk naik bus yang bisa digunakan selama 24 jam itu. Tapi untuk keliling Singapura yang tak terlalu luas, pilihan ini cukup tepat. Karena aku dan anak-anak (terutama anak-anak terlihat antusias) memilih duduk di bangku atas yang terbuka. Sehingga bisa melihat semuanya.

Billa teriak-teriak kesenangan. Aam yang pendiam, juga tertawa-tawa. Ayahnya aja yang sedikit nyengir, karena harus mengeluarkan uang lumayan banyak. hehehe
http://www.singapore-tourist-info.com/hippo-city-sightseeing.jpg


Kami bisa melihat semuanya. Sekali-sekali berhenti di Marina Bay, jalan sedikit ke arah Patung Singa Muntah Air, juga ke little India, dan beberapa tempat lainnya. Kelebihan bus ini adalah selama 24 jam itu free, karena sudah bayar sekali. Kita bisa naik turun dimana saja yang ada stasiunnya, dan semuanya dekat dengan wilayah pariwisata.

Aku dan suami terkendala sikap anak-anak yang kadang kalau capek, bosen, lapar atau ngantuk jadinya tantrum. Jadilah kami berdamai antara ingin memaksimalkan uang yang keluar, dengan kenyamanan anak-anak. Maka tak semua wilayah kami datangi secara dekat, tapi cukup difoto-foto saja, atau hanya melihat saja dari jauh. Meski rasanya tidak puas, apalagi suami yang ngeluarin uang, terlihat bete sedikit...hihihi... Tapi secara mental, sudah cukup menyenangkan menyaksikan Singapura dengan bertukar-tukar bus Sighseeing tersebut.

Kegiatan lainnya kami isi dengan berenang di hotel, jalan-jalan di Orchard Road, kemudian naik MRT dan menikmati Sentosa Island di malam hari.

Meski bukan ini yang sebenarnya kuinginkan, tapi tentu harus ditepikan keinginan pribadi. Kalau ditanya, aku sih maunya ngelihatin, semua perpustakaan Singapura yang terkenal dengan cozy dan kelengkapannya, meski tak sebanyak Paris yang kabarnya samper 500an perpustakaan, tapi Singapura termasuk memanjakan para pembaca perpustakaan.

(Lewat Video you tube ini aku jatuh hati untuk melihat lebih dekat perpustakaan di Singapura, tapi tak tercapai cita-cita ini...:()



Uniknya, aku susah mencari toko buku, karena ternyata toko buku di sana, kalau di Mal, adanya toko Kinokuya, atau toko kecil untuk anak-anak seperti yang di Forum Mal, atau sekalian di Bras Basa Road, yang kabarnya pusat toko buku seken. Entahlah, yang ini aku tak melihat langsung.

Harga bukunya bikin ajib-ajib deh... alias elus-elus dompet. Aku hanya membeli satu buku, D for Dahl, buku tentang seputar diri Roald Dahl, yang bagiku adalah harta karun, karena hanya ada satu, dan harganya bikin elus dada. Kalau dikurskan ke rupiah, lebih dari 120 ribu rupiah. Aku memilih mengurangi jatah makan siangku, demi membeli buku ini.

*Nasib turis hotel berbintang tapi kantong backpakeran...:) soalnya hotelnya gratis dari kantor Ayah anak-anak, sementara isi kantong, hanya dari tabungan dan uang arisan...hihihi

Dari sekian banyak kejadian selama di Singapura, hal yang justru berkesan bagiku adalah, kehadiran dua teman di dunia maya (dari dunia blog multiply) yang sudah pernah kujumpai, dan kali ini dalam hitungan berjam-jam, berjumpa untuk ngobrol kemana-mana.

sempat promosi buku karyaku juga lhooo 


Moment bercanda bareng Fe dan L 

Didatangi oleh Wayan Lessy dan Yudith Fabiola, adalah berkah buatku. Ilmu, sharing, cerita dan hal-hal menarik mengalir deras di dalam obrolan kami. Tak cukup rasanya 5 jam berbicara dengan dua perempuan cantik nan cerdas serta soleha ini. Alhamdulillah sekali bisa berjumpa dua perempuan menarik ini.

Suka sekali dengan relationshipku dengan Fe dan L 

Bagiku, perjalanan di negeri tetangga ini terasa begitu lengkap dengan silaturahim yang kudapatkan. Allah Maha Baik, mengenalkan aku pada teman-teman soleha itu. Segala keletihan, keram kaki dan beragam konflik kecil yang muncul sepanjang perjalanan di Singapura, menjadi terbayarkan jika mengingat silaturahim yang kurasakan.

Mudah-mudahan, setiap perjalanan dan rejeki pergi ke negeri orang, selalu penuh hikmah, pengalaman, cerita dan berkah seperti kepergian ke Singapura tahun ini.

Perjalanan pulang ke Indonesia juga berjalan lancar. Aam tidur sepanjang perjalanan, Billa juga sangat kooperatif, dan banyak cerita yang bisa aku dan suami bagi bersama selama perjalanan di taksi menuju rumah. Sebuah hubungan yang berkualitas, mengingat selama ini, kami sangat jarang ngobrol sangat lama diluar konteks anak-anak. Perjalanan macet di Jakarta, juga menjadi penutup perjalanan kami dengan obrolan seru tentang Syiah, Suriah dan kisah beberapa teman. :)

Alhamdulillah...



*fiuuuh... berhasil juga ngeblog santai, tanpa mikir eyd, isi dan apapun. Ini adalah tulisan sebagai terapi jiwa. hehehe