Aam usia 2,5 tahun |
Nama lengkapnya, Muhammad Ammar Al Mumtaz Onasis...
Tahu nggak, kenapa aku ngotot kasih nama Mumtaz...?
Karena aku bermimpi, di saat usia kandunganku masuk 6 bulan. Dalam mimpi itu aku memanggil seorang anak laki-laki kecil yang lincah ke sana ke mari, Kupanggil dia..."Hei Mumtaz!" beberapa kali.
Ketika bangun tidur, kuingat nama itu.
Ketika bisa di depan komputer kucari arti nama itu.
Kutemukan ini pada link tentang nama
Mumtaza - bahasa Arab - untuk Perempuan - artinya Yang Paling Istimewa. Sementara ada kata Mumtaz dalam bahasa Arab juga yang berarti : Istimewa, lebih menonjol dari yang lainnya.
Mumtaz - bahasa Spanyol - untuk laki-laki - artinya Yang Paling Pintar
Juga menemukan kalimat ini terkait kata Mumtaz di link ini :
Arti nama mumtaz adalah menyolok, dibezakan. sangat indah.Nama mumtaz bisa digunakan untuk nama bayi laki-laki. Nama Mumtaz berasal dari bahasa benggala dengan jumlah huruf sebanyak 6 karakter dan diawali dengan huruf M.
Singkat cerita, aku jatuh cinta pada nama Mumtaz. Dan kuutak-atik nama calon anak ke-3ku ini menjadi : Muhammad Ammar Al-Mumtaz Onasis. Kata Ammar adalah permintaan dari ayahnya, yang menginginkan anaknya menjadi Pemimpin. Kata Muhammad karena mengikuti sunnah, agar bisa meniru jejak sikap Sang Rasulullah.
Cara penulisan nama ini, mirip dengan nama Putra pertamaku, almarhum Muhammad Miftahurrahman Onasis. Kata Miftah kutemukan sebagai nama yang selevel dengan kata Salsabila, saudara kembar alm.Miftah. Salsabila berarti Mata Air Surga. Sementara Miftah berarti Kunci Pintu Surga.
Baiklah..., *lap airmata... i miss my miftah already....
Mari kita kembali bercerita tentang Aam.
Aam lahir secara caesar, di usia kandungan minggu ke 38. Itu adalah 17 hari setelah kepergian Papaku. Kisah tentang kepergian Papa yang begitu mengiris dan membuatku menjadi lemah fisik dan mental, pernah kutuliskan di blog, dengan judul Tiket Kepergian. Sehingga, yang awalnya aku berniat melahirkan secara normal, mengingat jarak kelahiran yang relatif jauh dengan kehamilan pertama, tapi ternyata aku give up, karena secara mental dan fisik, aku letih.
Aam, si anak kangguru, selalu ikut kemanapun aku pergi |
Aku baru pulang dari Singapore akhir Februari, dan mendarat di rumah sakit karena demam tinggi. Lalu awal Maret harus terbang ke Palembang, karena kepergian Papa secara mendadak. Padahal Papa sudah bersiap untuk ke Jakarta di tanggal 2 Maret tersebut, menemaniku melahirkan.
Tanggal 6 Maret aku sudah boyong Mama ke Jakarta lagi. Dan keletihan yang teramat sangat itu, mendorongku memilih untuk menyelamatkan Aam, karena aku tak memiliki lagi tenaga untuk melahirkan secara normal. Mentalku drop, fisikku ikut KO.
Akhirnya, lahirlah anak ke-3 ku ini, dengan suara tangisan yang kencang di RS Pondok Indah. 4 Jam kemudian, sudah dengan lahap dan pintar menyusu ASI padaku. Subhanallah, rasanya lengkap sekali karunia Allah untuk aku dan suami.
Semua berjalan menyenangkan. Aam lulus ASIX dengan sempurna. Lalu mulai mengenal makanan tambahan. Di sini kadang aku merasa kurang berhasil, karena aku jarang memberinya makanan yang buatan sendiri. Sebagian besar adalah kepingan roti dan bubur instan, sebagaimana kakaknya dulu kuperlakukan.
Aam, tapi termasuk bayi yang memiliki banyak kemampuan yang lebih dulu dari Billa. Jika Billa, putriku baru punya gigi dan baru bisa duduk di usia 9 bulan, dan baru bisa berjalan di usia 15 bulan. Maka beda dengan Aam, yang sudah tumbuh gigi di usia 6 bulan, kemudian duduk di usia 7 bulan, hanya melewati fase merangkak sekitar 4 minggu, lalu berjalan dan berlari di usia 9-10 bulan.
Ini adalah senyum dan tawa Aam sebelum usianya setahun. Terlihat normal sekali. |
Tenaganya luar biasa kuat. Ia mampu membalikkan keranjang dan semua benda yang menarik perhatiannya. Aam tetap tertarik pada foto hingga usia 13 bulan. Dan kemudian, semuanya mulai tidak menyenangkan.
Aam tidak mau berbicara satu katapun. Bublingnya terasa aneh di telingaku. Ia nyaris tak pernah menoleh jika dipanggil. Foto-fotonya tetap menarik perhatian, tapi ia sepertinya lebih tertarik pada benda-benda yang melingkar. Ia sanggup membalikkan sepeda roda 4 milik Kakaknya, hanya sekedar untuk memutar roda-rodanya.
Di usianya yang ke 16 bulan, Aam belum mengucapkan satu katapun (Terlambat Berbicara). Mulai rutin memutar-mutar roda, tidak aware atau peduli siapa aku atau siapa ibunya, tidak tertarik jika dipanggil atau diajak bermain bersama, suka spinning (memutar-mutar) sendiri, berjalan dengan kaki menjinjit dan ujung-ujungnya, yang membuatku semakin khawatir adalah, Aam mulai mengumpulkan benda-benda tertentu, lalu membentuk barisan. Tanpa makna sekalipun. Semakin membuatku khawatir, ketika ia mulai tantrum dan flapping tanpa sebab khusus. Entah ia senang atau marah atau takut.
Di usianya yang ke 16 bulan, aku mengkhawatirkan ciri-ciri yang muncul. Hingga aku tertarik untuk mempelajarinya melalui media youtube, dan aku tercenung mendapati beberapa link, tentang autis dan ciri-cirinya yang mirip dengan kelakukan Aam. Beberapa kemiripan kelakuan pada Aam, ada pada videoklip tentang autism sign and symptoms ini. Ada banyak video dan link terkait autisme yang kupelajari.
Kemudian, ketika ke dokter spesialis anak, spesialis tumbuh kembang, Aam didiagnosa Speech Delayed, dan direkomendasikan untuk Tes Bera (tes pendengaran) dan Konsultasi ke psikolog.
Hasil dari pemeriksaan itu, Aam dinyatakan baik pendengarannya, dan psikolog menetapkan ada diagnosa menuju autisme. Istilahnya High Functioning Autism.
Aku rasanya mau masuk ke dalam tanah. Rasanya langit runtuh.
Tak pernah dalam hidupku, akan berhadapan dengan diagnosa autisme pada anak yang kunantikan itu.
Kupilih second opinion, ke dokter spesialis anak, spesialis syaraf yang juga aktif di sebuah klinik terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Dokter ke dua ini tidak melabelisasi apapun pada Aam, tapi menyarankan terapi sensorik integrasi dan jika sudah banyak perkembangan positif, maka bisa dibarengi dengan terapi wicara. Dokter ke dua ini hanya bilang, ada masalah pada tumbuh kembang Aam, dan dapat dikejar dengan terapi yang rutin.
Maka, sejak itu, di usianya yang baru 17 bulan, Aam menjadi pasien terapi termuda di klinik di depan Pasar Modern BSD tersebut. Terapisnya sungguh sabar dan mampu membantuku untuk bisa menstimulasi Aam. Para terapis itu menandatangani surat keterangan kesehatan aam, dengan kata "diagnosa pdd-nos" (salah satu jenis autis). Kalimat itu sering membuatku miris dan sedih.
Aku bahkan sempat ngedrop dari segi kesehatan, nyaris jatuh semangat, setiap kali pulang dari terapi. Berbulan-bulan aku berupaya meyakini, bahwa aku bisa melewati fase ini, bahwa Aam akan berhasil menjalani terapi. Namun tetap saja, ada perasaan khawatir yang berlebihan. Akupun akhirnya terkena gejala vertigo dan keletihan yang besar.
Pertemuanku dengan seorang dokter umum, di sebuah rumah sakit swasta dekat rumah, membuatku bangkit kembali dan bersemangat. Dokter itu cerita memiliki seorang putri dengan IQ 89 dan dia berjuang untuk memberi kepercayaan diri anak tersebut. Anak gadis yang sekarang berteman denganku di dunia maya itu berhasil menuntaskan sarjana pendidikannya dan sekarang sering mendampingi ayahnya yang dokter spesialis tumbuh kembang anak (dokter pertama yang mendiagnosa Aam speech delayed), sebagai narasumber tentang mendidik anak berkebutuhan khusus.
Setelah menangis selama sejam di ruang praktek dokter umum itu, aku keluar dengan beban yang meringan. Semangatku naik. Dan itu berpengaruh pada diri Aam.
Memasuki usia ke 24 bulan, kata pertama yang Aam ucapkan adalah Ayah! dan dia mulai mengenali aku sebagai Bundanya. Dan usia 24 bulan itu menjadi momen terbukanya keran kemampuan Aam. Sejak itu, berbagai kejutan diberikannya kepadaku, ayahnya dan kakaknya.
Mulai dari kemampuan komunikasi yang sangat payah, hingga akhirnya bisa menatap mataku lebih dari 10 detik. Dari tak paham dengan namanya, hingga sekarang bisa menulis nama dan mengeja namanya dengan baik. Begitu banyak kejutan-kejutan yang diberikan oleh Aam, apalagi dia mulai diberikan terapi bicara di usia 24 bulan tersebut. Akhirnya 1 tahun lebih ia terapi, begitu banyak perkembangan positif yang kurasakan. Meski, jika dibandingkan dengan anak seusianya, Aam masih terbilang terlambat. Tapi kami berdua menjadi tim yang solid. Aam mulai mengenaliku dan kami masuk ke fase tidak mau kehilangan. Fase dimana Aam tidak mau ditinggal dan tak mempercayai orang lain. Ini juga butuh stimulasi dan terapi.
Usia kurang lebih 2 tahun, aam mulai bisa membentuk huruf dan angka menggunakan media apa saja. ini adalah kumpulan patahan crayon, yang dibentuknya menjadi huruf "J" |
Tak apa... aku mulai yakin dengan bantuan komunitas, teman-teman di dunia maya yang bersedia membagi pengalaman mereka tentang anak-anak mereka yang didiagnosa autis, terlambat bicara dan beragam diagnosa lainnya.
Akhirnya, Aam berhenti terapi, karena terlalu sering sakit. Aam ternyata memiliki alergi yang cukup berat terhadap udara lembab.
Kemdudian, Aam kumasukkan Paud dekat rumah. Meski hanya 1 semester, aku mulai mengenali beberapa ciri khas lain dari Aam, yang membuatku yakin, Aam bukan autis.
Ada lompatan kognitif yang dialami oleh Aam.
Sebelumnya, aku baru ngeh, jika pada anak, secara ringkas ada tumbuh kembang yang seharusnya dialami anak secara runut, Yakni Sensorik - Bahasa - Motorik - Kognitif - Moral. (Tulisan detail tentang ini, dapat ditemukan di artikel blog tentang Tahap Perkembangan Anak Usia Dini.) Aku sendiri menemukan istilah atau urutan itu di komunitas orang tua peduli anak gifted.
Nah istilah anak gifted ini muncul, akibat seorang teman di dunia maya mengenalkan group itu padaku. Ia melihat postinganku tentang kemampuan Aam yang melesat setelah usianya 30 bulan.
Aam memang terobsesi dengan puzzle sederhana berupa hurup dan angka. Di usianya ke 18 bulan, ia sudah dengan mahir memasukkan huruf-huruf tersebut di tempatnya, dan di usianya yang ke 20, ia belum bisa bicara, tapi sudah hapal huruf dan angka dengan baik.
Puncak kenyataan, bahwa Aam bukan autis, adalah ketika ia menemukan solusi pada sebuah masalah. Ia membuat kata POCOYO menggunakan puzzle hurufnya, namun karena huruf O, hanya ada 1 huruf, maka ia membuat O yang lain menggunakan clay/playdoh, lalu menyelipkannya pada kata P C YO, menjadi POCOYO.
Ini adalah momentum bagiku memandang Aam ia menyelesaikan masalah ini dengan keren banget! |
Dari situ, banyak teman yang menyelami masalah anak berkebutuhan khusus memberiku semangat, dan menyatakan, bahwa Aam tidak autis.
Aku mulai mempelajari perkembangan Aam, mempelajari informasi tentang anak gifted. *ada artikel menarik yang baru kutemukan saat mencari info tentang gifted child. Aku juga bergabung dengan komunitas terkait ortu yang peduli anak gifted, yang digawangi oleh mbak Julia. (berikut salah satu artikel tulisan ttg anak gifted berdasarkan penjelasan mbak Julia yang memiliki anak gifted).
Saat ini, di usianya masuk ke 3 tahun, Aam sudah meninggalkan ciri-ciri autis, seperti flapping, skimming, menjinjit, tertarik pada roda, terlambat berbicara, tidak respon pada panggilan dan ajakan bermain.
Aam yang sekarang adalah Aam yang sudah mulai bisa berkomunikasi dua arah, meskipun belum maksimal, sudah bisa berkata dengan 2 kata, merespon panggilan dan ajakan bermain dengan semangat, tidak pernah skimming dan tidak tertarik pada roda lagi. Ia sudah mampu mengetahui cara bermain mobil-mobilan yang tepat, mengerti semua fungsi mainannya dengan baik.
aam dan sebagian koleksi huruf dan angkanya |
Saat ini, Aam sangat terobsesi dengan alpabet dan huruf (termasuk hijaiyah dan bahasa asing). Menguasai alpabet dalam penyebutan English dan Bahasa Indonesia. Mengenal banyak huruf dan mampu spelling dengan baik (tapi harus membaca). Sudah bisa membaca, tapi tergantung moodnya. Untuk kata dengan 3-4 huruf, ia sudah bisa membaca, jika ia ingin. Aam juga malas bermain dengan teman sebayanya, apalagi jika yang diajari itu adalah sesuatu yang ia sudah mampu, seperti mengenal warna dalam dua bahasa, mengenal banyak kosa kata, dan yang sekarang lagi dinikmatinya, menjalankan program youtube dan menonton alpabet dalam bahasa Inggris dan Rusia (untuk yang terakhir ini, kadang bisa kucegah, kadang tidak. terkadang ia menyanyikan lagu dalam bahasa Rusia yang terasa aneh buat telingaku).
Untuk permainan atau penggunaan tab dan komputer, Aam hanya diajari sekali oleh kakaknya, sisanya ia menghidupkan sendiri dan memilih sendiri program-program yang diminatinya. Beberapa minggu yang lalu, di bulan Januari, Aam mengejutkanku dengan menulis alpabet dan huruf di atas lantai dengan menggunakan spidol.
Sumpah! aku tidak pernah mengajarinya menulis.
huruf A,B,C pertama yang dibuat Aam sendiri |
Lembar lain, lanjutan dari huruf sebelumnya. |
Lompatan kognitif inilah yang kemudian dicurigai sebagai kemampuan Aam yang dikategorikan gifted child. Aku tidak terlalu peduli lagi dengan labelisasi yang ada. Aku hanya berdoa dan berharap, Aam bisa mengikuti tumbuh kembang dengan baik. Mungkin saja secara IQ Aam diatas rata-rata (meskipun belum pernah dites), tapi secara emosi, Aam masih harus diajari tentang sopan santun, tentang pergaulan, dan banyak hal lain terkait sosial interaksi dengan sesama anak. Keberadaan Kak Billa (kakaknya) sungguh banyak membantu. Karena Kak Billa yang memiliki masalah dengan preposisi visual ini di usia 5 tahun, tapi memiliki kemampuan berbahasa yang sangat baik, justru membantu Aam dalam bersikap.
Untuk itu, aku bersyukur sekali, melihat perhatian Kak Billa yang besar terhadap adiknya. Kecerdasan Emosi yang dimilik Kak Billa, bisa jadi di atas normal. Ia sangat peduli dengan adiknya, serta banyak memberikan kehangata dalam berkomunikasi dan bersikap. Aku sungguh terbantu.
Aam menjelang 3 tahun . Terlihat intens memperhatikan sesuatu ini Aam sedang melihat cara membuat lego di salah satu toko mainan |
Di usianya yang ke 3 tahun, Aam tidak aware dengan hadiah ulang tahun.
Tapi ia sangat menyukai playdog/clay dan segera membentuk benda-benda, huruf serta angka dengan bahan tersebut.
Aku masih terus berusaha belajar mengenal perkembangan Aam yang penuh kejutan. Berdoa semoga Aam menjadi anak yang soleh, siapa tahu kemampuannya ini, akan menolongnya menjadi orang yang sosial tinggi, besar dan hebat demi agama dan keyakinannya atas hal-hal yang disukainya. Menjadi kebanggaan orang tua, keluarga, negara dan agamanya.
Semoga doaku pada namanya, sebagai seorang pemimpian yang istimewa, menonjol dan paling cerdas, dikabulkan Allah SWT. Amin.
Happy belated Birthday My Boy
Bunda tuliskan postingan ini, 9 hari setelah ulang tahunmu. Suatu hari, semoga Aam baca tulisan ini, dan tahu, betapa Bunda bangga memiliki anak seperti Aam dan Kak Billa. I love you son...