Saturday, November 15, 2014

(Sharing Parenting) Beberapa Cara Menstimulasi Anak Yang Punya Masalah Tumbuh Kembang

Putri pertamaku, Kak Billa (6 tahun 2 bulan), mengalami masalah dengan preposisi visualnya. Ia sering dan nyaris menuliskan semua huruf dan angka secara terbalik, tidak suka membaca dan lebih lagi, masih sulit membedakan kanan kiri, atas bawah, depan belakang serta keterangan waktu.

Sementara putra keduaku (bungsu), Aam (2 tahun 8 bulan), didiagnosa pdd-nos dan juga delay speech.

Berikut beberapa tips menstimulasi anak yang kulakukan selama ini.

Tentu saja, aku bukan "a perfect mom" juga bukan "super mom".

Jika aku membagi tips ini, karena sudah kulakukan dulu dan ada hasilnya sebelum dibagi ke teman-teman sekalian.

salah satu kegiatan anak-anak di rumah


1. Untuk anak-anak yg motorik halusnya kurang bagus, mengajak anak mewarnai, mencoba ronce kayu2an (ada jualannya), serta belajar menghubungkan titik-titik pd gambar, termasuk membantu menguatkan motorik halusnya.

2. Untuk anak bermasalah dgn preposisi visual, latihan dgn sering menggunakan kata lokasi atau posisi, akan membantu. Misalnya "Kak Billa, tolong letakkan buku itu di kanan televisi", atau "Kak, mundur 2 langkah dulu ya" atau banyak kalimat "perintah" terkait posisi. Selain itu, melatih membiasakan menggunakan puzzle sebagai alat bantu utk tahu kanan kiri, juga bisa. Its work with Billa.

3. Untuk preposisi visualnya cenderung "berat", seperti terlalu banyak yg salah dan terbalik ketika menulis  huruf, kebiasaan orang tua membacakan buku, mengajak anak menggambar dan membuat cerita (pic book), akan membuat anak menyukai huruf dan angka. Nanti lama-lama si anak bisa dibujuk menulis  cerita sendiri. hal ini ternyata membantu Kak Billa untuk mengalahkan masalahnya. Mudah-mudahan bisa dijadikan referensi untuk menstimulasi dan terapi terkait preposisi visual anak.

belajar bikin pic book sendiri
4. Untuk delayed speech seperti Aam, kebiasaan berbicara dengan melakukan kontak mata (ortu jongkong sehingga mata anak sama tinggi dgn mata ortu) harus sering dilakukan. (eye to eye level). Jadi kita sebagai orang tua, jongkok dan memastikan matanya melihat gerakan bibir kita. Karena pada prinsipnya, anak delayed speech tanpa gangguan pendengaran, lebih bisa konsenstrasi, jika diminta melihat gerakan bibir, daripada diajak berbicara tanpa melihat gerakan mulut.

Jadi, misalnya si anak menginginak sesuatu, tapi tidak ditunjukkannya, maka ibu/ayahnya harus jongkok berhadapan wajah (matanya dan mata kita sejajar), dan tanya ke anak kita..."mau minta bunda ambil apa?" sebutkan satu persatu benda yang diinginkan. Jika tidak bisa, ajak tangannya, minta ia menunjukkan benda yang diinginkannya. Jika sudah tahu bendanya, maka kita akan bilang "Aam mau minta bola, ya?"Lakukan sampe ia mengangguk.

Mungkin sedikit membosankan buat kita, yans udah fasih bicara,t api menguntungkan buat anak yang sulit bicara.

Setahun terakhir ini, jika aku mengajak Aam jalan, maka jika ia pegang batu, aku akan bilang "Aam sedang pegang batu,". Atau jika ia menunjuk pohon, aku akan bilang "iya, itu yang warnanya hijau itu, namanya pohon!". Seterunya, jika anak kita main, makan dan setiap saat. Ibu atau Ayah harus selalu bicara berhadapan dengan anak.

Aam dan koleksi puzzlenya


5. Penggunaan puzzle, koin masuk ke tabungan dan kelereng masuk dlm botol plastik, termasuk membantu anak delayed speech utk konsentrasi, sehingga sambil terapi itu, kita bisa mengenalkan 1-2 kata baru.

6. Menggunakan flash card, media youtube utk lagu dan video alpabet/angka/hijaiyah serta, video yg banyak kata2nya seperti serial Kak Diva, termasuk membantu Aam (anak visual learner) untuk menambah kosa kata. *untuk memahami anak tipe pembelajara visual atau bukan, masih perlu digali lagi. Ini hanya berdasarkan feelingku saja sebagai ibu, yang melihat Aam dan Billa lebih cepat faham jika digunakan alat bantu gambar atau video dalam menjelaskan satu hal.

7. Banyak lagi yg lain yg  bisa dilakukan sambil bermain, seperti menghitung batu-batuan saat jalan sore, menyebutkan benda-benda disekitar, dan yang terpenting lagi, ortunya fokus saat menstimulasi anak-anak.

kakak dan kesukaannya menggambar, untuk melatih motorik halusnya


Aku pribadi memilih mematikan tivi dan mengajak jalan-jalan jika memang harus fokus. Atau menyisihkan waktu khusus utk anak-anak sambil melupakan DL menulis  atau hal-hal yg penting utk diri sendiri.

Jika dirasa tak bisa fokus, aku memilih membiarkan anak2 bermain sendiri, dengan alat-alat bermain seperti puzzle, buku mewarnai, balok-balok dan mainan lainnya.

Meski masih sulit mengatur soal nonton tv, tapi sejauh ini, Kak Billa hanya nonton 2-3 jam sehari saat hari sekolah. Kalau besok libur, memang tidak saya batasi.

Kalau Aam, sudah tdk tertarik banget dgn televisi, lebih suka lihat youtube lagu huruf, angka dan hijaiyah.

Sejauh ini, beberapa stimulasi itu bisa dilakukan.

Sekedar info tambahan, utk Kak Billa terapinya baru dilakukan setengah tahun terakhir ini. Dan saat ini sudah bisa membaca dan tulisan terbaliknya sudah berkurang banyak. Sudah mulai faham keterangan waktu, tapi msh sering salah perihal arah kanan kiri :D

Untuk Aam, stimulasinya dilakukan sejak dia diterapi setahun lalu. Saat ini belum diterapi lagi, aku lanjutkan di rmh aja stimulasinya. Lumayan banyak kosa katanya dan sudah mulai sedikit-sedikit faham dgn kalimat perintah dan tanya.

Demikian sedikit sharingku, semoga ada sedikit manfaatnya buat teman pembaca sekalian.