Sunday, December 15, 2013

[Travelling Mom] Menuju Negara Serumpun Untuk Pertama Kalinya

Kali ini, rejekiku dan anak-anak adalah mengikuti suami yang ada training di Kuala Lumpur. Sesuai jadwal Ayah anak-anak, adalah tanggal 27 Oktober 2013 berangkat, dan pulang ke Indonesia kembali tanggal 31 Oktober.

Apakah aku excited? Ya, tentu. Tapi sekaligus nervous.

Dibandingkan kota Singapura yang sudah dua kali aku kunjungi, jelas menuju Kuala lumpur membuat aku kembali nervous. Ini hal yang biasa terjadi padaku ketika pertama kali mengunjungi satu negara.

Satu hal yang membuatku nervous pada negara tetangga ini adalah, apakah semua berita yang selama ini kudengar, akan terbukti?

Seperti misalnya, para penduduknya tak seramah orang Indonesia (terutama terhadap orang Indonesia)?, apakah aku akan dipanggil Indon oleh mereka, seperti berupa ejekan yang selama ini kubaca diberbagai media? Dan banyak hal-hal lain berkecamuk, termasuk pikiran jelek, jika tahu-tahu ada yang jahat memasukkan narkoba ke dalam koper atau tas-tas kami sekeluarga, lalu kami dipancung atau hukuman mati di negara sana. Hiks... benar-benar bikin nervous deh!

Belum lagi beberapa berita yang menceritakan tentang kondisi Kuala Lumpur yang sebetulnya tak beda jauh dari Jakarta, dan orang-orangnya lebih cuwek dan tak ramah. Aku sempat keder juga.

Oke, kalau di Singapura, aku faham jika mereka tak ramah. Kehidupan yang serba cepat, dan rumpun melayu yang tak kuat, bisa membuat mereka tak satu tipe dengan karakter Melayu yang cenderung ramah.

Tapi, baiklah... meski pikiran negatif bergelayut di otak. Aku tetap mencoba untuk tidak terlalu khawatir. Bagaimanapun juga, semua itu bukanlah pengalaman pribadiku.

Day One...

Kali ini, keberangkatn ke airport cenderung pagi. Jam 5 subuh, kami sudah harus meluncur bersama taksi blue bird, yang selalu kami pilih.

Untuk mengantisipasi rewelan anak-anak terutama membangunkan, memandikan dan sarapan, maka aku bersiasat.

Anak-anak sebelum tidur sudah kumandikan, sudah kupakaikan baju pergi, dan bekal sarapan sudah kusiapkan dalam tas.

Jadi, ketika taksi datang, Ayah anak-anak sigap memasukkan tas koper besar 1, koper sedang 1 dan tas punggungku 1, tas punggung Ayah 1 dan tas jinjing berisi makanan dan pakaian ganti. Kali ini aku membawa stroller baby untuk Aam. Gak mau dan kapok seperti ke Singapura, yang harus gendong dia terus..:)

Aku dengan sigap menggendong Aam dan membawanya masuk ke dalam taksi serta menunggu di sana. Ayah anak-anak lalu menggendong Billa (kedua anakku dalam keadaan masih tertidur lelap), lalu meletakkan Billa dalam taksi. Baru kemudian Ayah mengunci pintu dan segala tetek bengek pengecekan terakhir sebelum berangkat.

Kami sempat mampir ke rumah Nancy (adek Ayah anak2) untuk berpamitan dengan Acik (Papi mertua) yang sedang tinggal di sana.

Lalu meluncur ke airport. Jam 6.15 kami sudah cek in. Lalu sarapan lagi untuk Ayahnya. Jam 08.45 wib, pesawat Garudanya take off.

Alhamdulillah, kakiku menginjak Bandara Internasional Kuala Lumpur tepat pukukl 10.15 wib, atau 11.15 waktu setempat.

Kondisi airportnya sedikit crowded alias ramai, terlalu banyak toko-toko, dan sedikit membingungkan, karena ternyata lokasi pengambilan bagasi harus menggunakan monorail, lebih kurang 2 menit. Pengalaman pertama naik monorail di KL, justru adalah di airport. Jika di Singapura dalam ruangan tertutup, maka monorail di KL ini keluar gedung dan membuat kita mendapatkan pemandangan pesawat-pesawat yang sedang parkir atau bersiap take off.

Nice view, actually...:)

selalu heboh di pesawat

Selanjutnya, karena kami tak ada yang menjemput, maka Ayah anak-anak antri taksi untuk ke hotel. Mengantri sekitar 20 menitan, lalu mendapat taksi Premium. Yang sayangnya, kondisi taksi hanya menarik dari luar. Hitam dan ekslusif. Di dalamnya, gak beda jauh dari taksi yang suka nembak di airport Jakarta. :D.

Beruntung, supir taksinya ramah. Perjalanan dari airport ke KL ternyata melewati ribuan hektar perkebunan kelapa sawit. si Supir membawa taksi dengan lancar serta tak terlalu ngebut menuju Double Tree Hilton @ INtermark Mall. Untuk biaya taksi, kami dikenai 103 Ringgit Malaysia. Berdasarkan jarak dan jumlah orang.

Kamar hotelnya enak. Dan yang bikin super enak adalah, ternyata untuk anak-anak di bawah 4 tahun, laundrynya gratis tis tis .... keren kan! Baju Billa ada juga yang kumasukkan, dan tetap gak kena charge (meski Billa sudah berusia 5 tahun, tapi berhubung badannya kecil kali ya..:) jadi gak diitung juga sama pihak hotel).

Fasilitas lain, seperti craddle atau box untuk tidur bayi juga ada. Lumayan nyaman. Satu hal yang bikin berkesan adalah, welcome cookiesnya.. sedap sekaliiii. (Walhasil ketika pulang, aku beli dua kaleng cookies khas Double Tree Hilton, seharga 100 RM, dan habis dalam sebulan. taraaaa!) :)
part of the hotel 

Baiklah, kembali ke cerita travelingnya. Selesai packing, sholat zuhur langsung jamak ke ashar, aku dan keluargaku langsung melakukan kunjungan pertama ke Petronas di KLCC, tujuan utama adalah Petrosains. Ada shuttle bus dari hotel menuju ke sana dan gratis.

Sampai di KLCC, langsung menuju petrosains (info tentang museum petronas ini kudapat dari baca-baca blog), dan membayar 50 RM untuk satu paket keluarga (4 orang), kami langsung masuk.

front of petrosains 

 Aku baru ngeh setelah pulang dari KL, kalau kita sebetulnya punya juga museum science seperti ini, misalnya Science Centre di Trans Studio di Bandung atau Taman Pintar di Yogya. Sayangnya ketika aku ke Petrosains, aku belum ke Trans Studio atau mendapat info ttg Taman Pintar.

oh well, at least it is only a "robot" hehehe 

Walhasil, sepanjang menelusuri museum tersebut, aku terkagum-kagum. Namun yang bikin aku kagum adalah NASIONALISME yang sangat menguar serta kuat mempengaruhi pengunjung. Gimana tidak, ketika masuk, kami naik sebuah benda setengah bola, yang membawa kami menelusuri kegelapan, dan disambut dengan suara melayu serta gambar patriotisme dan nasionalisme seputar negara Malaysia. Aku merasa seperti menonton film nasionalis. Dan ada rasa iri serta jengkel, melihat tingginya Nasionalisme tersebut dibalut lewat science dan tehnologi.

kakak excited sekali bermain di petrosains 

Perjalanan sepanjang museum pun disukai Billa. Berkali-kali dia mengucapkan "Makasih ya Bunda... Makasih ya Ayah... Kakak suka di sini."

Begitu banyak informasi, pengetahuan dan yang pasti keramahan dan nasionalis para penjaga museumnya, asyik banget!

Aku sempat ditanyai oleh ketua panitia Science Fair (di KLCC sedang ada Science Fair juga, hari terakhir), tentang perasaanku mengunjungi Petrosains. Dan tentu aku jawab "its fun, knowledgable and really exciting!" ...bla bla bla..

Sebelum pulang, sempat foto-foto dulu di depan Petronas. Meski hanyalah sebuah gedung kembar yang bergelimang lampu, tetap saja iconiknya terasa. Hati kecilku sempat berucap, "sebetulnya Jakarta bisa bikin begini....:p"


petronas behind us 

Pulangnya kita nekad jalan kaki. Alasan pertama, emang karena gak tahu jalurnya, dan sudah larut. Taksi juga bingung nyari dimana. *penyakit turis nekad minim info. Alasan kedua, karena sepertinya cukup dekat. (mengingat kami sekeluarga demen jalan kaki juga sih...)... dan alasan ke tiga, pengen tahu, kalau malam hari gitu, aman gak ya? hihihi.

Alhamdulillah, meski kaki capek, karena sepertinya lebih dari 5 km perjalanan (atau aku salah hitung), kami sampai dengan selamat di hotel. Anak-anak kumandikan, lalu lanjut dengan tidur. Kulirik jam di hapeku, ternyata sudah mendekati jam 1 waktu setempat. :)


Day Two,...

Kegiatan pagi hingga jelang sore hari ini lebih banyak kulakukan bertiga anak-anak. Karena Ayah anak-anak sudah sibuk dengan trainingnya. Pagi ini aku ke Ampang Park Shopping Centre yang cukup dengan berjalan kaki melalui Pedestrian Junction yang menghubungkan Intermark Mall dengan Ampang Park Shopping Centre dan Stasiun Kereta Bawah Tanah.

pedestrian junction yang menghubungi lokasi hotel dengan ampang park serta stasiun kereta 


Sekedar lihat-lihat dan beli makan siang, yang alhamdulillah sangat mudah didapat, harga cukup terjangkau. Beda dengan Singapura yang sulit mencari makanan halal dan harganya yang selangit.:P

Sorenya kami berenang sekitar 1 jam, lalu pulang ke kamar hotel. Tak lama hujan gerimis turun.

Sore jelang malam, kami naik kereta ke Mesjid Jamik. Tau-tau hujan turun dengan deras. Kami berhenti dan berteduh di Mc D dulu untuk makan malam. Lalu lanjut ke Mesjid Jamik untuk sholat magrib dan isya.
Sempat berfoto-foto sebentar...

Lanjut lagi ke Pasar Seni, menuju Petaling Street.


Ini perjalanan nekad juga, karena kami perginya malam hari, dan salah ambil jalan ketika jalan kaki. Namun so far meski sempat takut, tapi tak ada masalah sama sekali, hingga sampai di kawasan Petaling Street.

Kawasan ini mengingatkanku pada pasar kaki lima Blok M. Namun pemerintah KL cukup jeli menjadikannya kawasan turis. Membuat hiasan dan peneduh (atap) agar tak kehujanan menjadi salah satu kiat dari pemerintah, sepertinya...:)

Aku dan keluarga ke sini, tujuannya hanya satu. Hendak membeli souvenir. Karena di mall, harganya mahal, maka kami cari yang di kawasan Petaling Street. Kamipun mendapatkan harga yang miring sekali, setelah melewati perdebatan dengan penjual. :) Beruntung penjualnya santun, gak mengerikan kayak mau belanja di Pasar Senen Jakarta, atau di Pasar-pasar di Medan sana! hiiiii... aku kapok kalau mau belanja sama abang atau kakak-kakak Batak! lebih banyak kena bentaknya daripada jadi belinya...:p

Selesai belanja, kami langsung pulang. Meski sempat foto-foto sedikit.

@petaling street 

Sampe di hotel, lagi-lagi larut malam. Anak-anak kumandikan, lalu kembali tidur. Kulirik lagi jam di hape, sudah lewat jam 1 dini hari waktu setempat....:D


Day Three...


Niat hati sih pengen ke Bukit Bintang, karena ada shuttle bus dari hotel ke sana. Sayangnya gak keburu, karena Ayah anak-anak baru keluar training jam 5 sore, sementara shuttle bus nya sudah tutup.

Akhirnya kami memilih untuk ke KLCC lagi. Untuk melihat taman air mancur di belakang Suria KLCC. Dan ternyata ini pilihan yang bagus!

sore hari di depan air mancur menari 
Air mancur menari dengan lampu keunguannya mulai bergerak dari jam 7 hingga puncaknya jam 8 malam. Begitu mengasyikkan.
ayah dan anak-anak bergaya sebentar 

Lagi-lagi hati kecilku berkata..."i wish Jakarta has a public area like this area... hiks... rasanya tentu menyenangkan jika di kawasan Sudirman, ada air mancur menari."

dicapture dari jendela kinokuya suria klcc 


Yup! banyak sekali turis dan para pekerja melepaskan lelah mereka di sini. Hiburannya sangat terasa, kondisi taman juga membuat tenang... sehingga penat pun hilang.

Setelah melihat Air mancur menari, kami makan di mall, yang sedang bernuansa perayaan Devawally, yang menarik juga untuk dilihat.
kakak di depan panggung perayaan devawali 

Sempat bermain dan beli 3 buku di Kinokuya KLCC, baru kemudian lanjut pulang ke hotel. Waktu menunjukkan belum jam 10 waktu setempat. Kami memilih untuk pulang, agar anak-anak juga cukup istirahatnya.


Day Four... 

Sepertinya hari ini, adalah hari silaturahim. Karena pagi hari, aku dikunjungi penulis Rena Puspa yang kemarin batal mampir, karena salah jalan. Kali ini Rena berniat menggunakan kereta, sehingga sampai dengan selamat dan cepat ke hotel Double  Tree Hilton...:)

Makasih atas pertemuan ini ya Rena. (Fotonya udah diupload di FB...:))


Siangnya, aku dijemput oleh Dek Nit (sepupu ayahnya anak-anak), untuk main ke apartemen mereka, dekat Universitas Malaya, tempat Dek Nit kerja dan sekolah doktoralnya. Aku sempat diajak melewati terowongan 9,7 km yang berfungsi sebagai jalan raya, sekaligus tempat larinya air, jika hujan deras dan gejala banjir mengintai. Kabarnya terowongan ini sudah distudi banding oleh Jokowi, untuk digunakan sebagai alternatif mengurangi banjir di Jakarta. Wallahualam...

Di apartemen Dek Nit, aku berjumpa Bu Ida (adik papi) dan anak-anak Dek Nit (Jason dan Kevin). Agak lama kemudian, menyusul Ayah anak-anak dengan Papanya Jason. ngobrol-ngobrol dan makan malam.

Jam 10an, dianter pulang oleh Dek Nit dengan mobil pribadi mereka. Makasih atas silaturahim ini yaaaa...:)

Dan Day Five... 

We're check out!

***


Beberapa catatan yang (tak) penting, yang kubuat untuk diriku sendiri, ketika mencoba membandingkan Jakarta, Singapura dan Kuala Lumpur, membuatku memperhatikan beberapa hal :

1. Masyarakat Singapura, jauh lebih cuwek. Sementara orang KL tidak secuwek mereka, dan tidak serude (sekasar) yang sering digembar-gemborkan oleh media massa Indonesia selama ini. Paling tidak itu yang kurasakan 5 hari selama di sana. Yang selama ini aku khawatirkan ternyata tak terbukti. KL cukup aman, ramah atau paling tidak, nggak kasar dan cuwek terhadap wisatawan. Mereka cukup friendly, meski memang tak terlalu sesering orang Indonesia dalam menebar senyum.

2. Selama di Singapura, aku menemukan banyak mobil mewah berseliweran. Mirip Indonesia. Berbeda dengan KL, aku jarang sekali melihat mobil mewah lewat. Jika di Singapura, rata-rata mobilnya bagus-bagus dan menengah ke atas, sementara di Indonesia (Jabodetabek) ada mobil tua sekali yang tak layak jalan, hingga yang sangat mewah seharga 10 rumah berseliweran di jalan, sementara di KL, rata-rata kendaraannya adalah kelas menengah, dan tak ada mobil buruk atau tua. Kata suamiku, ini mungkin menunjukkan, Singapura adalah negara yang ekonominya sangat baik, KL adalah contoh negara yang ekonominya stabil dan merata, sementara Jakarta adalah contoh negara yang gap atau kesenjangan ekonomi miskin dan kayanya sangat menyolok. Oh Well, bisa jadi seperti itu ya?

3. KL memiliki semangat nasionalisme yang sangat tinggi. Hampir di setiap pojok aku merasakan aura tersebut. Bahkan pakaian melayu berseliweran di perkantoran. Meski Jabodetabek juga berseliweran baju batik, namun itu lebih karena aturan, bukan karena keinginan orang Indonesia mengenakan batik untuk baju kerja mereka...:) sementara di Singapura, aku hanya merasakan "materialistis", karena semuanya adalah lampu, shopping dan semuanya mahal... :P aku tak merasakan unsur nasionalisme, namun toleransi dan tingkat penegakan hukum yang cukup baik terasa sekali di KL dan Singapura.

4. Keinginan untuk menyamankan masyarakatnya terwujud dalam transportasi massa yang relatif mendukung pengurangan macet dan penggunaan banyak kendaraan, sangat terasa di Singapura dan KL (meski di KL tak serapi di Singapura, dan sistem kereta di KL lebih mirip sistem di Guangzhou). Namun ini sangat perlu dicontoh. Entah kapan Jakarta or Indonesia kelak akan mampu membuat sistem KA bawah tanah yang baik seperti para tetangga. Karena kemacetan di Jabodetabek ini sangat luar biasa ...:(

5. Tips traveling yang akhirnya kudapat, jika keluar negeri (atau Singapura dan KL) lebih baik bawa stroller untuk anak, karena kebanyakan di sana kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki, terutama jika, kita tak begitu berani menggunakan bus. Gunakan stroller yang bisa dilipat dan tak besar. Hingga hari ini aku masih berusaha mendikitkan (travelling light) untuk koper pakaian, meski sering kali belum berhasil. Tapi dibandingkan bertahun lalu, aku sekarang sudah mulai faham berapa banyak pakaian yang perlu dibawa jika hanya 3 hari atau 5 hari atau seminggu. Meski, kuakui, aku tak suka difoto di satu tempat dengan pakaian yang sama...:) hehehe... akibatnya memang, jika kurang dari 5 hari, maka aku akan membawa 5 stel pakaian utkku, suami dan anak2... hihihi.. Tak patut ditiru, tapi itu bagus untuk hasil foto. Karena tak nyaman juga melihat foto dengan pakaian yang sama di berbagai tempat. Ah... mungkin aku belum bisa menjadi traveler yang setengah backpackeran...hehehe


Memiliki partner (ayah anak-anak) yang juga sangat mau capek dan mengurusi anak-anak, is a must. Jadi sebagai "mom travelling" aku merasa ada teman seperjuangan. Hihihi 





Tuesday, December 03, 2013

[Hari Guru] Sensasi Sehari Menjadi Guru Paud

perangko memperingati Hari Guru Nasional 2004


25 November adalah hari kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia. Sering dinobatkan sebagai hari Guru Nasional.

***

Aku sudah mengenal profesi guru sejak kecil. Nyaiku (nenek sebelah mama) adalah salah seorang figur guru yang kukenal. Beliau adalah pengajar sekaligus pendiri Kursus Kader Wanita Islam (Kurkawi) di Sumatera Selatan. 
*entah siapa yang melanjutkan kegiatan ini sekarang, karena mama tak berkenan melanjutkan (ada wasiat dari Nyai untuk tak melanjutkannya).

Selain itu, sejak kecil, seringkali, kalau ditanya apa cita-citaku? Selalu kujawab dengan pengen menjadi guru.

Ketika mendaftar untuk kuliah, jurusan FKIP pernah kulirik, sayangnya tak diijinkan oleh Papa. Alasannya, beliau tak mau, anak perempuan satu-satunya, bertugas praktek di kampung dan jauh dari orang tua…J

Akhirnya, kupilih kuliah di FH, dan ujung-ujungnya, sejak tahun 1997, aku resmi menjadi “guru” di Kampusku. Hingga tahun 2013 ini, aku mengajukan surat pengunduran diri menjadi dosen.

Mengajar mahasiswa, jauuuh lebih mudah. Karena manusia-manusianya adalah orang-orang yang sudah dewasa dan cenderung “patuh” pada ketentuan yang dibuat dosen (guru). Nyaris tak banyak masalah yang kuhadapi, ketika berprofesi menjadi dosen.

Namun, ketika mendapat tawaran mengajar 1 hari dari pihak sekolah TK tempat Billa (putriku sekolah) , dalam rangka Acara Parent Teaching, sebuah kegiatan tahunan di TK, dimana setiap tanggal 25 November, beberapa ortu yang dipilih guru, mengajar sehari penuh, menggantikan tugas para guru. Aku sempat deg-degan. Bukan apa-apa, bagiku, anak-anak balita itu sangat “menyeramkan”. Mereka sangat cerdas, polos, jujur dan apa adanya. Belum lagi yang duduk di bangku Kelompok Bermain. Usia mereka kisaran 2,5 – 4 thn. Sungguh mengerikan.

Ini kelas KB. Dan Tanun, temanku ini sungguh "berdedikasi". Kalau aku tak sanggup handle anak2 KB. :) 


Aku punya dua anak balita di rumah, Kak Billa (5 thn)  dan Aam (21 bulan), itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku pusing, pinggang sakit dan urut dada jaga kesabaran. :) 

Ketika, aku diminta menjaga kelas KB, sungguh, aku langsung menggelengkan kepala.
“Oh, No… !” Ngebayangin 26 monster kecil itu dalam satu kelas (meskipun berempat dengan ibu-ibu lainnya),  aku takut!

Aku sampai bilang ke kepala sekolahnya, “Beri saya 100.000 mahasiswa, saya mampu mengajar mereka seharian. Tapi jangan beri saya 26 anak kelompok bermain, karena bagi saya mereka adalah manusia cerdas dan menakutkan dalam wujud anak kecil,”. Hehehe. Demikian takutnya aku.

Akhirnya, setelah nego, akhirnya aku berhasil mendapat kelas TK-B. Kisaran usia 5 thn hingga 6,5 tahun. Tak terlalu menakutkan, karena mereka sudah cukup bisa memahami penjelasan orang dewasa. Meski pada prakteknya…. Sungguh luar biasa seru!

Tanggal 25 pagi, aku beruntung ayahnya anak-anak bersedia ada di rumah. Bang Asis menjaga Aam seharian. Aku mengantar Billa ke sekolah, lalu sedikit briefing dengan beberapa ibu lainnya mengenai mekanisme atau jalannya kegiatan hari ini.

Tema yang digusung adalah 3K : Kebersihan, Kesehatan dan Keamanan.

Aku membawa 3 buah buku cerita sesuai tema, dan berbagi tugas dengan Bu Erni (mama Kinar) dan Bu Vita (aku lupa ibu dari anak siapa ya? hehehe).

Memimpin pembacaan ikrar


Pagi itu upacara. Ada pengucapan ikrar dan nyanyi lagu Indonesia raya. Perutku mulai memutar dan nervous mulai menyerang. Aku terpilih memimpin pembacaan ikrar. Berbekal contekan kertas dari Kepsek, kupimpin pembacaan ikrar. Sekilas kupandang wajah Billa, yang senyam-senyum, melihat Bundanya berdiri memimpin ikrar. Peluh sempat menetes di keningku. Rasanya ajaib memimpin upacara di hadapan manusia-manusia kecil itu.

Meski sempat terbata di awal, semuanya berjalan baik. Lalu “ujian” pun dimulai. Ending upacara juga dilakukan pemberian kado berupa kue ulang tahun untuk para guru. Kami sempat menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun, dan mengucapkan terima kasih serta doa untuk para guru yang super sabar itu.

Lalu, kami –para ibu-ibu ortu murid- masuk kelas dan menjalani praktek mengenalkan diri, bercerita, bermain angka, membuat prakarya, olahraga dan lainnya.

Awal perkenalan 


Anak-anak terlihat suka mendengar dongeng, seru mengikut kegiatan prakarya dan olahraga. Mulai riweh ketika waktu makan dan istirahat.

melompat sambil belajar berhitung sekaligus menjaga keseimbangan tubuh. its fun!


Ya Allah, anak laki-lakinya kelas tk B2 itu super aktif. Atta menjadi kunci kegiatan. Anak kecil keturunan Makasar yang cakep ini, menjadi sumber keramaian. Aku sempat melakukan kegiatan membentuk benda-benda dengan clay. Dan cukup ampun menetralisir gerakan aktif. Semuanya asyik membentuk benda dengan clay. Aku juga bercerita lagi, dan semua menikmati.

salah satu karya Clay/Play dough anak B2


Sungguh, seru!



Akhirnya jam 11.20 mulai mendekat. Kami pun menyiapkan anak-anak untuk pulang. Ada rasa menyenangkan mendengarkan celotehan mereka seharian. Pengalaman yang seru dan menyenangkan. Rasa-rasanya, terlalu naif, kalau aku jadi ketakutan menghadapi mereka.
Di relung hatiku terbersit rasa senang, dan sedikit ketagihan untuk sesekali mengajar atau sekedar story telling… Wish someday I can learn about story telling, so it will more fun to do that again, in the future.


Terima kasih para guru TK Alzind Vila Dago Pamulang. Sungguh butuh kesabaran tingkat dewa untuk menjalani profesi kalian. Selamat ulang tahun…. J

Sunday, October 20, 2013

[Cooking Mom] Menyeimbangkan Hidup Dengan Memasak? :)

Menu 20 Oktober 2013


Tak suka masak?

Yup! Aku ibu rumah tangga yang tak suka masak. Meskipun harus belajar masak, dan pernah bertahun-tahun menjalani fase memasak itu "wajib".

Ketika dunia menulis kurambah, langsung dunia masak-masakan, semakin jauh dariku. Kalau tidak penting atau request suami, atau keinginan diri sendiri, aku nyaris tak masak.

Lalu, makannya gimana?

Ya, kadang beli jadi, kadang dapat kiriman dari adik ipar (dulu ibu mertua yang rajin kirim masakan untuk suamiku :)) dan kadang ya masak seadanya, atau meminta tolong pembantu (yg pulang hari), untuk bantuin masak beberapa jenis, dengan panduan resep dariku.

Tapi, hari ini, aku memilih untuk memasak. Entah abis kesambet apaan, tapi yang terpikir tadi subuh adalah, bagaimana caranya memasak daging kurban yang tak banyak, tapi lumayan tersimpan di 4 tempat di freezer.

Pilihan pertama adalah membuat sop daging, karena Kak Billa suka sop daging. Pilihan berikutnya nyoba teriyaki daging, nyontek resep dari temen, dan juga ngecek ke internet. (sama dengan sop daging, kali ini aku pilih nyontek resep, karena selama ini bikin "sop-sopan" dengan bumbu bawang doank).

Pilihan selanjutnya adalah tumis kangkung, karena kebetulan kemaren beli sayur kangkung.

Beruntung, tadi tukang sayur yang pake motor, lewat. Pas aku sedang membuka gembok pagar. Jadi bisa belanja bumbu dan sayur yang kurang.

Mulailah kegiatan memasak jam 10an. Mumpung anak-anak masih tidur.

What? Masih tidur?
Yup... aku bukan ibu yang disiplin, jika hari libur, anak-anak cenderung bangun siang, kecuali ada niat mau jalan-jalan atau gimana-gimana. Kalau nggak, mereka kubiarkan tidur selama mereka mau, jadinya bangun nanti nyaman gak pake nangis, karena merasa kurang tidur.

Lanjut ya ceritanya...:)

Akhirnya, aku googling resep masakan di sini tabloid nova  untuk teriyaki dan untuk sop daging, aku googling di tempat lain, tapi aku lupa di link mana. Sementara untuk resep tumis kangkung, aku ingat-ingat sedikit resep ala Mama.

Berikut tahapan masaknya :

Pertama, aku tarok dulu contekan kertas kecil dekat bumbu-bumbu. Lalu kumulai mengupas bawang, wortel, kentang, dan lainnya.

Untuk masakan pertama, aku fokus pada Sop Daging  

Sebelum mulai masak, daging tetelan sudah kurebut dengan daun salam, daun jeruk dan serai sampe empuk. (ini tips dari adik ipar, yang pinter masak)

Lalu, aku siapkan 3 wortel dan 1 kentang, potong2, lalu 1 tomat, potong 4. Daun bawang secukupnya, daun seledri secukupnya. 1 butir pala (haluskan), 1 sdt garam (aku juga pake bumbu penyedap rasa daging sapi), 1/2 sdt merica bubuk, 1 sdm mentega, 5 bawang merah iris tipis-tipis, dan 4 bawang putih yang dihaluskan (bukan diiris). Lalu air secukupnya.

Daging yang sudah empuk, kupotong dadu, kuah kaldunya kelak kupakai untuk tambahan air.

Baru siapkan panci, masukkan mentega, tumis bawang putih, bawang merah di dalamnya, lalu setelah harus, masukkan daging, tumis beberapa saat, baru masukkan daging. Rebus sekitar setengah jam lebih, (40 menitan), baru masukkan sayur (kentang dan wortel). Rebus kembali dengan api kecil (sedang). Lalu masukkan garam, pala yang sudah dihaluskan, merica dan penyedap rasa (tanpa ini juga bisa kog..:) aku aja yang suka gak pede kalau gak pake ini).

Setelah dicicip, rasanya pas. Baru masukkan daun bawang, daun seledri dan tomat. Baru matikan kompor.

In sha Allah, rasanya lumayan. Tadi dimakan si Kakak Billa (yang sangat picky eater), dihabiskannya satu piring. Meskipun tidak request nambah sih (berarti tidak masuk level Lezat Sekali - kalau masuk level ini, si Kakak minta nambah nasinya...hihihi).

Lanjut, ke resep kedua.

Teriyaki Daging.

Untuk resep ini, aku sesuaikan dengan yang ada di dapur saja.

Daging yang ada kuiris tipis-tipis. Lalu jahe setelunjuk kuiris tipis-tipis juga. 4 siung bawang putih, juga diiris. bawang bombay 1 buah, iris tipis-tipis juga. Berhubung tak ada kecap asin, aku hanya menggunakan saus tiram, saus teriyaki dan sediki kecap manis. 2 sdt madu (ini juga ambil yang sachetan, karena itu yang ada di dapur). Lalu 1/2 sdt lada (ini ukurannya gak pas, aku tabur aja, karena aku suka pedas). Daun bawang iris tipis-tipis juga/

Semua itu kucampur jadi satu. (Oh iya, dagingnya sendiri kurebus dulu ya... gak sanggup kalau gak direbus dulu, gigi sudah tak kuat. Jenis dagingnya juga sembarang nih, yang ada di kulkas aja).

Jadi setelah semua dicampur jadi satu dalam wadah, kumasukkan minyak sayur secukupnya, harusnya pake minyak wijen juga, tapi aku gak punya, jadi ya cuwek aja...:)

Setelah semua dicampur, biarkan beberapa saat. (Nah sambil menunggu meresap semua bumbu tersebut ke daging, aku mengerjakan persiapan untuk kangkung tumis..:))

Sekitar 15 menit kemudian, aku siapkan kuali anti lengket. Lalu dimasak deh!

Berhubung tak punya paprika, (dan aku tak suka paprika), aku gunakan cabe rawit dan cabe merah. Oseng-oseng sebentar... sektiar 10 menit, hingga daging meresap dan lumayan lembut untuk digigit, angkat deh!

Berikutnya,

Tumis Kangkung kuah asam pedas manis. 

Nah,  kalau ini, adalah tumisan berdasarkan bumbu yang ada di kulkas.
Jadi, aku melihat ada cabai bawang yang sudah diblender (sisa bumbu bikin belado dendeng kemaren, yang sengaja kusisihkan sedikit).
Lalu kutumis dengan sedikit minyak, cabai bawang tersebut, kumasukkan teri medan sedikit, dan kuberikan air asam jawa sekitar 5 sdm. Lalu kumasukkan kangkung, dan tumis deh!

Tak lupa kuberi garam, dan sedikit penyedap rasa. Rasanya campur aduk, pedas, asam, dan sedikit manis, karena kumasukkan gula sedikit, dan asinnya datang dari teri medan.

In sha Allah sedap. Dan ternyata pas sekali dimakan bareng dengan teriyaki daging...hihihi

Kalau untuk dendeng belado, aku hanya memanfaatkan dendeng kering kiriman tante dari Padang, lalu kugoreng. dan kucampur dengan cabai bawang yang diblender (enaknya dihancurkan pake penggiling cabai), dan kuberi ketumbar halus 2 sendok makan. Gitu aja, tak begitu istimewa dan agak keras ternyata, karena aku salah cara goreng dendeng keringnya...

Demikian, cerita hari ini. Saking jarangnya masak, sampe diupload dan diposting di blog deh...:P

Wednesday, October 16, 2013

[Traveling Mom] Ke Negeri Singa Muntah Air

Rasanya, sudah lama sekali, aku tak bercerita tentang keluargaku. Padahal keinginan untuk ngeblog yang santai itu selalu memanggil-manggil. Setahun yang lalu, nyaris setiap hari aku nulis di multiply, tapi sejak awal tahun ini, rasanya sangat jarang ngeblog dan curhat tak penting kulakukan di dunia maya.

Malam ini, kusempatkan sedikit bercerita tentang suka duka menjadi ibu ketika traveling bersama satu anak berusia 5 tahun 2 bulan, yang sedang cerewet-cerewetnya, dan seorang batita usia 19 bulan yang sedang aktif-aktifnya.

"Bund, jadi ya ikut Ayah ke Singapura. Siapin semua perlengkapan untuk seminggu di sana. Kita nginep di hotel Orchard Parade Hotel. Ayah pulang dari offshore tanggal 5, tanggal 6 nya kita berangkat." Demikian si Ayah ngasih kabar.

http://www.kaleidoscopeadventures.com/wp-content/uploads/2011/05/PackingList.jpg


Dan ini termasuk merepotkan, karena sering sekali, Ayah anak-anak, suka order sehari sebelum berangkat, dan beliau sendiri tak bisa ngepacking kopernya, karena minimnya waktu.

Maka, sejak hari Kamis, aku mulai menyicil keperluan berangkat, mulai dari beli susu formula kalengan, (aku yakin di Singapura bakalan mahal susunya), lalu pop mie, karena aku tak ikut sarapan (jarang dapat hotel yang memberi voucer untuk dua orang kalau keluar negeri - karena Ayah Billa berangkat dalam rangka training, bukan liburan) dan menyiapkan obat-obatan anak-anak. Khawatir di sana tak sama mereknya.

Ini sebenarnya adalah kepergian yang ketiga kalinya ke LN. Tapi ini adalah kali pertama bagiku membawa dua anak.

Pertama kali dulu, ke Guangzhou (tahun 2010), bersama Billa saja. Lalu ke Singapura tahun 2012, dalam keadaan hamil si Aam. Nah tahun  ini, berarti bawa dua anak yang super aktif. Aku harus bawa perbekalan selama di pesawat, supaya mereka gak heboh karena bosan.

@Beijing Lu


@Sentosa Island 2012 


Koper pertama, kuisi pakaian mereka berdua. Ukuran kopernya tanggung. Alhamdulillah cukup. Koper kedua kuisi pakaianku dan suami, tapi juga termasuk makanan instan, susu formula, pop mie dan buku. Jadilah koper kedua ini ukurannya besar. Lalu aku juga bawa koper tarik kecil milik Billa yang kuisi popok sekali pakai, beberapa buku novel karyaku, beberapa mainan Billa dan Aam, dan obat-obatan serta perlengkapan mandi anak-anak.

Aku sendiri membawa sebuah tas punggung berisi pakaian ganti anak-anak, sebuah journal, dompet berikut isinya dan gadget. Juga sebuah tas makan kecil, berisi kebutuhan snack dan makanan Aam serta Billa. Sementara Ayah Billa membawa sebuah tas ransel agak besar, berisi 2 laptop, perlengkapan sholat, dan berkas milik dia.

Alhamdulillah, semakin hari, semakin terbiasa aku mempacking koper. Jika dulu butuh berkoper-koper dan beragam tas jinjing. Sekarang cukup dengan 3 koper (besar, sedang dan kecil) serta 2 tas punggung dan 1 tas makan, kami siap berangkat. Dengan bangga kuperhatikan bekal itu semua, karena aku siapkan sendiri.

Taksi sudah dipesan, paspor disiapkan, dan semua detail telah kutuliskan. *meski ujung-ujungnya, ada saja yang tertinggal, mulai dari krayon si Billa hingga terbawa juga buku tak penting..:P hehehe

Tantangan berikutnya, bukan lagi packing. Tapi bagaimana menghandle anak-anak. Beruntung Billa sudah tak sulit lagi diatur, kecuali saat moodnya lagi jelek banget karena lapar atau ngantuk.

Sepanjang perjalanan, Billa menyenangkan sekali. Mulai dari antusiasnya bertanya tentang negeri Singapura, yang selanjutnya disebutnya sebagai "Negeri dengan Patung Singa Muntah Air" . Sejak dalam pesawat, dia dengan semangat melatih bahasa Inggrisnya yang masih tertatih-tatih, tapi selalu mengharukan mendengar perkembangan bahasa Inggrisnya. Billa sudah diberitahu, bahwa ada banyak bahasa di Singapura, dan salah satu yang digunakan adalah bahasa Inggris.

Sementara Aam adalah tantangan nomor satu. Mulai dari keaktifannya, lalu ketidakmampuannya untuk berbicara, membuat dia harus marah, menjerit dan menangis, jika tak dimengerti kemauannya. Apalagi menjelang berangkat, Aam tertidur pulas, sehingga selama di pesawat, adalah perjuangan tersendiri untuk membuatnya tenang.

Aam di Pesawat
Aku mulai dengan menyusuinya selama take off. Cukup berhasil, tapi sebentar. Lalu sibuk membolak-balik majalah Garuda. Kemudian utak-atik tombol televisi, kemudian menjerit, minta gendong dan banyak lagi hal lainnya. Perjalanan pesawat yang nyaris 2 jam itu, diisi dengan kehebohan Aam selama kurang dari 1,5 jam. Sisanya Aam keletihan dan tertidur menjelang landing. *fiuuuuh lap keringet.

Keluar dari airport Changi dimulai dengan koper yang gak ada, dan ternyata berada di lost and found. Hehehe.
Keasyikan jepret sana-sini oleh Ayah anak-anak, membuat koper kami dinyatakan tak diambil, dan harus diambil di lost and found. Pola pikir, bakalan lama ambil koper seperti di Soeta, ternyata tak bisa diterapkan di Changi.

Billa si Pramugari Cilik 
Selesai dari sana, kami antri taksi. Beruntung karena bawa bayi dan balita, aku dan keluarga dapat menggunakan jalur cepat, dan mendapat taksi tanpa lama. Perjalanan pun nyaman, tanpa macet. Its what i love about Singapore, no traffic jam like Jakarta...or even Pamulang...:)

30 menit kemudian, sampai di hotel Orchard Parade Hotel, yang berada di antara Orchard road dan Tangling road. Dan kami berada di wilayah yang 24 jam kondisinya "berdenyut" terus... alias selalu ramai. Lumayan asyik sebetulnya.

Kelebihan hotel ini, hanya pada posisinya yang dekat ke stasiun kereta, mall dan beberapa tempat makan yang halal. di depan hotel juga kalau kita menyeberang ada taman dan juga ada stasiun untuk naik bus Hop up Hop in.

http://hotels.online.com.sg/DB/hotelpics/singapore/Orchard_Parade_Hotel-Facade.jpg

Hari-hari selama di sana, aku dan suami isi dengan jalan-jalan. Awalnya sih ingin lihat perpustakaan dan mesjid, tapi terkendala waktu suami yang padat untuk training, maka kami memilih jalan-jalannya setelah sore hari. Dan itu berarti belum tentu bisa ke perpustakaan, apalagi ini keinginan sepihak, alias hanya dariku sendiri. :)

Pilihan kenyamaan anak-anakpun jadi utama. Kami memilih naik Sighseeing bus yang harganya lumayan bikin bolong kantong, karena untuk dewasa 33 dollar, dan anak2 23 dollar. Nyaris 1 juta rupiah, dihabiskan untuk naik bus yang bisa digunakan selama 24 jam itu. Tapi untuk keliling Singapura yang tak terlalu luas, pilihan ini cukup tepat. Karena aku dan anak-anak (terutama anak-anak terlihat antusias) memilih duduk di bangku atas yang terbuka. Sehingga bisa melihat semuanya.

Billa teriak-teriak kesenangan. Aam yang pendiam, juga tertawa-tawa. Ayahnya aja yang sedikit nyengir, karena harus mengeluarkan uang lumayan banyak. hehehe
http://www.singapore-tourist-info.com/hippo-city-sightseeing.jpg


Kami bisa melihat semuanya. Sekali-sekali berhenti di Marina Bay, jalan sedikit ke arah Patung Singa Muntah Air, juga ke little India, dan beberapa tempat lainnya. Kelebihan bus ini adalah selama 24 jam itu free, karena sudah bayar sekali. Kita bisa naik turun dimana saja yang ada stasiunnya, dan semuanya dekat dengan wilayah pariwisata.

Aku dan suami terkendala sikap anak-anak yang kadang kalau capek, bosen, lapar atau ngantuk jadinya tantrum. Jadilah kami berdamai antara ingin memaksimalkan uang yang keluar, dengan kenyamanan anak-anak. Maka tak semua wilayah kami datangi secara dekat, tapi cukup difoto-foto saja, atau hanya melihat saja dari jauh. Meski rasanya tidak puas, apalagi suami yang ngeluarin uang, terlihat bete sedikit...hihihi... Tapi secara mental, sudah cukup menyenangkan menyaksikan Singapura dengan bertukar-tukar bus Sighseeing tersebut.

Kegiatan lainnya kami isi dengan berenang di hotel, jalan-jalan di Orchard Road, kemudian naik MRT dan menikmati Sentosa Island di malam hari.

Meski bukan ini yang sebenarnya kuinginkan, tapi tentu harus ditepikan keinginan pribadi. Kalau ditanya, aku sih maunya ngelihatin, semua perpustakaan Singapura yang terkenal dengan cozy dan kelengkapannya, meski tak sebanyak Paris yang kabarnya samper 500an perpustakaan, tapi Singapura termasuk memanjakan para pembaca perpustakaan.

(Lewat Video you tube ini aku jatuh hati untuk melihat lebih dekat perpustakaan di Singapura, tapi tak tercapai cita-cita ini...:()



Uniknya, aku susah mencari toko buku, karena ternyata toko buku di sana, kalau di Mal, adanya toko Kinokuya, atau toko kecil untuk anak-anak seperti yang di Forum Mal, atau sekalian di Bras Basa Road, yang kabarnya pusat toko buku seken. Entahlah, yang ini aku tak melihat langsung.

Harga bukunya bikin ajib-ajib deh... alias elus-elus dompet. Aku hanya membeli satu buku, D for Dahl, buku tentang seputar diri Roald Dahl, yang bagiku adalah harta karun, karena hanya ada satu, dan harganya bikin elus dada. Kalau dikurskan ke rupiah, lebih dari 120 ribu rupiah. Aku memilih mengurangi jatah makan siangku, demi membeli buku ini.

*Nasib turis hotel berbintang tapi kantong backpakeran...:) soalnya hotelnya gratis dari kantor Ayah anak-anak, sementara isi kantong, hanya dari tabungan dan uang arisan...hihihi

Dari sekian banyak kejadian selama di Singapura, hal yang justru berkesan bagiku adalah, kehadiran dua teman di dunia maya (dari dunia blog multiply) yang sudah pernah kujumpai, dan kali ini dalam hitungan berjam-jam, berjumpa untuk ngobrol kemana-mana.

sempat promosi buku karyaku juga lhooo 


Moment bercanda bareng Fe dan L 

Didatangi oleh Wayan Lessy dan Yudith Fabiola, adalah berkah buatku. Ilmu, sharing, cerita dan hal-hal menarik mengalir deras di dalam obrolan kami. Tak cukup rasanya 5 jam berbicara dengan dua perempuan cantik nan cerdas serta soleha ini. Alhamdulillah sekali bisa berjumpa dua perempuan menarik ini.

Suka sekali dengan relationshipku dengan Fe dan L 

Bagiku, perjalanan di negeri tetangga ini terasa begitu lengkap dengan silaturahim yang kudapatkan. Allah Maha Baik, mengenalkan aku pada teman-teman soleha itu. Segala keletihan, keram kaki dan beragam konflik kecil yang muncul sepanjang perjalanan di Singapura, menjadi terbayarkan jika mengingat silaturahim yang kurasakan.

Mudah-mudahan, setiap perjalanan dan rejeki pergi ke negeri orang, selalu penuh hikmah, pengalaman, cerita dan berkah seperti kepergian ke Singapura tahun ini.

Perjalanan pulang ke Indonesia juga berjalan lancar. Aam tidur sepanjang perjalanan, Billa juga sangat kooperatif, dan banyak cerita yang bisa aku dan suami bagi bersama selama perjalanan di taksi menuju rumah. Sebuah hubungan yang berkualitas, mengingat selama ini, kami sangat jarang ngobrol sangat lama diluar konteks anak-anak. Perjalanan macet di Jakarta, juga menjadi penutup perjalanan kami dengan obrolan seru tentang Syiah, Suriah dan kisah beberapa teman. :)

Alhamdulillah...



*fiuuuh... berhasil juga ngeblog santai, tanpa mikir eyd, isi dan apapun. Ini adalah tulisan sebagai terapi jiwa. hehehe



Monday, July 29, 2013

Pamulang's One Day Story #1 : Seru aja!

gambar pinjem dari sini : http://serpongraya.files.wordpress.com/2009/07/pamulang.jpg


Siang  itu, aku harus pergi ke pusat kota Pamulang. Ibukota Kotamadya Tangerang Selatan. Di suasana puasa Ramadan, menjelang 10 hari lagi Lebaran. Ada rasa khawatir menyelinap. Karena kali ini, aku harus ke ATM mentransfer sejumlah uang. Kekhawatiran itu beralasan, karena dalam 3 hari terakhir ini, aku mendapat berita tentang kehilangan uang milik tetangga, tanteku dan teman pembantuku.

Tanteku dicopet di dalam angkot dekat Ciputat, dan kehilangan dompet serta BB nya. cara pelaku mencopet dengan melakukan "atraksi" pura-pura kena serangan jantung, dan dalam keadaan panik, si tante menyanggah tubuh si pemuda yang "terkena serangan jantung" tersebut. Ternyata, pelakunya tak dia sendiri, ada laki-laki lain yang juga penumpang, berusaha menolong juga untuk membawa pergi si pelaku. Dalam keadaan agak "hiruk pikuk" dalam angkot, si Tante tak menyangka jika dompet dan BB nya dalam tas beresleting telah lenyap. Itu juga karena diberitahu penumpang perempuan lain yang tergagap-gagap ketakutan. Uang 3 juta melayang. Uang THR untuk keluarga dan pembantunya. 

Belum lagi kisah tetanggaku yang dihipnotis di kawasan supermarket Giant Pamulang Square. Kabarnya dia kehilangan uang hampir 6 juta rupiah dan menyiksakan trauma yang mendalam, karena penghipnotisnya adalah laki-laki yang berpenampilan rapi. 

Cerita lainnya adalah dari pembantuku. Yang menceritakan kalau temannya yang juga ART baru saja terima uang THR, dan uang itu hilang lenyap di kawasan ramai (mungkin pasar) ketika ia berniat berbelanja. 

Cerita-cerita ini disampaikan padaku beberapa hari lalu. Akibatnya aku sempat kecut, ketika diminta suami yang sedang di offshore untuk ke ATM mentransfer uang untuk keluarga. 

Tapi, dengan Bismillah dan meminta perlindungan dari Allah, aku berangkat juga ke ATM. 

Siang itu cukup adem, tapi ternyata tak ada satupun ojeg yang berdiri menjual jasanya.

"Ojeg!...Ojeg!" teriakku pada dua orang pria yang ada di dekat tempat mangkal ojeg. Tapi aku dicuwekin. Tiba-tiba datang seorang pengendara motor, ternyata perempuan dan bertanya, "Mau pake ojeg, Bu?" 

Aku mengangguk ragu.

"Kalau gitu, ayo... mau kemana?" tanyanya membelokkan motor maticnya.

"Ke Gerbang Vila Dago," jawabku. Kawasan itu tempat terdekat untuk mengambil angkot dan juga menuju atm. 

"Ayo, sekalian, saya juga mau ke Kintamani. Gak usah takut, Bu. Saya biasa jualan bensin di pangkalan ojeg itu. Tapi hari ini bensinnya sudah habis, jadi saya ngojeg aja." Jelas perempuan berusia 30an tahun itu. Ia sepertinya mengerti wajah waspada dan ingin tahu yang muncul di aura mukaku.

Aku tersenyum. dan akhirnya menggunakan jasa ojeg perempuan. Ini adalah pengalaman pertama kali untukku. 

Sesampai di tempat tujuan, kuberikan ongkos jasa lebih banyak dari biasanya. Karena aku salut dengan perjuangannya mencari uang halal. 

Ketika naik angkot, kupastikan penumpangnya perempuan cukup banyak, dan aku memilih duduk di samping supir. 

"Weits! ada tivinya nih angkot!" desisku perlahan. Si Supir asyik mengikuti lagu dalam tivi tersebut. Aku tersenyum. Perjalananku sangat singkat, karena sebetulnya tidak begitu jauh posisi atm dan juga tempat tirai yang akan kutuju. Aku juga memastikan menggunakan ATM yang dekat dengan petugas keamanan (satpam) bank. Mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

Aku sendiri berpenampilan biasa. Pake sendal jepit, berjilbab kaos, celana panjang dan baju kaos panjang, dan tas kecil diselempang. Aku mencoba tak menjadi pusat perhatian. :) 

Kembali dari ATM, aku naik angkot lagi. Kupastikan supirnya sudah tua, dan penumpangnya banyak perempuan. Lalu aku duduk di dekat ibu-ibu yang baru saja belanja dari uang THR mereka.

Ternyata mereka sangat hebat dalam mengetahui perbedaan harga-harga barang dari satu tempat di tempat lain. Aku mendengarkan bagaimana mereka membicarakan perbedaan harga biskuit, beras dan mi instan. 

Aku sebetulnya tadi berniat  mampir ke supermarket, untuk membelikan apel buat mama. Tapi ya ampuuuun, itu yang antri di kasir, mengular panjaaaaang. Segera saja aku balik badan dan pulang. 

Sesampai di gerbang Vila Dago, aku menggunakan jasa ojeg lagi. Kali ini tukang ojegnya juga sudah berumur. 

Hemmm, aku jadi inget para orang-orang tua yang masih aktif bekerja di Singapura sebagai cleaning service. Sepertinya sekarang pun di kawasan Pamulang, mulai banyak orang-orang tua yang masih aktif bekerja.

Tak sampai 10 menit kemudian, aku sudah pulang ke rumah dengan selamat. Yup... hari itu aku merasa berkah pergi keluar rumah tanpa masalah. Terus terang, hari ini aku pun deg-degan, karena harus keluar rumah lagi, membeli sesuatu yang penting untuk di rumah. 


Mudah-mudahan hari ini baik, dan aku terhindar dari ujian dan malapetaka. Karena menjelang lebaran ini, kejahatan meningkat. Semua pencuri, perampok dan penipu berlomba-lomba mengeruk dana secara tak halal, tak perduli sekarang ini bulan Ramadan sekalipun. Yang penting bagi mereka, selama Lebaran nanti, mereka punya uang untuk berfoya-foya dan membeli barang-barang yang menyenangkan hati keluarga mereka. Tanpa peduli uangnya adalah haram. 

#sigh.... 

Friday, July 05, 2013

[Billa] Menjelang Usia ke 5 Tahun


Kakak baru usia 2 tahun, sudah bawel dan hapal huruf hijaiyah. Sekarang menjelang 5 tahun, kemampuan verbalnya makin menjadi-jadi. Alhamdulillah

Tidak terasa, beberapa minggu lagi, usia Kakak Billa akan memasuki 5 tahun. Aku mulai merasa begitu banyak perkembangan pada karakter dirinya.

Mulai yang biasanya suka ngambek, sekarang sudah nyaris terjadi.

Biasanya, sulit diajak kerjasama, sekarang sudah enak banget. Kooperatif dalam memilih channel tivi  (karena dulu selalu hanya boleh channel Disney Junior, sekarang sekali-sekali Bundanya atau Neneknya boleh lihat chanel tivi yang lain. Duh happynya...hehehe).

Juga tak susah dimintai tolong, misalnya membersihkan sendiri mainannya, ambilin diaper adeknya, atau jagain adeknya sebentar, ketika Bundanya mandi atau sholat dan banyak hal lain yang membuat Bundanya merasa lebih nyaman, paling tidak sekarang yang dihadapi tinggal fase tantrum dek Aam saja. :)

Seiring dengan perkembangan fisik (yang sudah mencapai 100 centimeter, akhirnya semeter juga tinggi si Kakak..ihihiih saking mungilnya), juga berkembang mental dan kecerdasannya.

Tak sekedar ia mulai senang tampil dan juga memadupadankan pakaiannya, Kakak juga mulai suka mengajukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ekstra serius, agar tak salah memberi masukan.

Misalnya, beberapa hari ini, pertanyaan yang sering diajukannya adalah:

  1. Bunda suka masak gak? Nggak suka? Kenapa? Kog Nyai suka masak, tapi Bunda gak suka? Kalau Bunda gak suka masak, terus yang kasih petunjuk Kakak untuk masak siapa? *tepok jidat.  
  2. Superman itu orang islam atau bukan, Bunda? Kalau orang islam kan gak mana bisa terbang seperti itu kan Bunda? *efek dari nonton Man Of Steel...  
  3. Bunda lihat gak di tivi itu? Warna pelanginya ada tujuh. Merah, Orange, Kuning, Hijau, Biru, Ungu dan coklat. Kenapa lagu pelangi-pelangi cuma bilang "merah, kuning, hijau di langit yang biru?" *Bunda mulai meringis... 
  4. Bun... eh Bund... (ini panggilannya gak pernah utuh deh! Kalau gak Bun, Bund, atau Bun-bun... hiks). Kenapa kita harus pipis dan pup setiap hari, sih? Bikin capek bolak-balik ke kamar mandi. *Nah kalau ini Bundanya lumayan bisa jawab deh.... Sok-sok jelasin terkait metabolism tubuh dan kesehatan. Walhasil si Kakak angguk-angguk kepala. Mudah-mudahan emang ngerti, bukan sekedar toleransi ama jawaban Bundanya. hehehe  
  5. Eh Bund, ini lho yang Kakak maksud! (Si Kakak memaksa Bunda melihat tayangan tivi. Tapi Bunda asyik jawabin message temen...heheh). "Ini yang Kakak gak suka. Kalau Kakak kasih tau ke Bunda, sesuatu di tivi, Bunda lihat donk. Ini bukti kalau cerita Princess Sofia ada di dua chanel, satu di Disney junior satunya Disney chanel. Kalau Bunda gak ngelihat, gimana Bunda bisa percaya omongan Kakak!" (reaksinya luar biasa marah, matanya berair, dan kakinya mulai menghentak). *Bundanya gak enak hati dan mulai mersa bersalah deh! Buru-buru tarok hape, dan meminta maaf. Beruntung anak kecil sangat pemurah dan mudah memaafkan. Kakak biasanya langsung berlari mendekati dan memeluk diriku dan mencium pipi.  "Lain kali, langsung lihat ya Bun, kalau kakak kasih bukti!" *deuuu masih protes dikit ternyata...hehehe
Banyak lagi sebenarnya, bentuk protes dan pertanyaan-pertanyaan. Sepertinya kudu baca lebih banyak lagi dan nanya lebih dalam lagi ke teman-teman yang sudah melewati fase ini. Mudah-mudahan aku bisa mengarahkan dan memberi jawaban dengan baik dan tak menyesatkan.

Love you, Kakak. :)

Romantika Cintaku dan Dia.

Foto keluarga di studio Star PIM 


Sebelum kami berjumpa, Dia suka perempuan bermata sipit, berkulit putih dan berambut lurus.
Aku selalu memilih pria berkacamata dan bertubuh lebih tinggi dariku.
Ternyata yang dia dapatkan perempuan bermata bulat dan kabarnya tajam, berkulit gelap dan rambutnya ikal. Sementara aku, jatuh hati pada keindahan mata yang belum tertutup kaca dengan postur tubuhnya yang lebih pendek dariku.

Dia nyaris tak pernah menyela orang tua, dan nada suaranya tak pernah tinggi, apalagi jika bicara pada orangtuanya dan orangtuaku.
Sementara aku? Sering kesulitan mengontrol tone suara jika bicara pada mama papa dan suka menyela pembicaraan.
Akhirnya, dia juga bisa marah dengan suara tinggi, terutama ketika  aku tak mampu mengontrol diri. Lalu, aku? Mulai belajar merendahkan suara dan mengurangi kebiasaan memotong omongan kalau orang tua dan dia berbicara. Susah, tapi bisa.

Dia selalu mengukur semua hal dengan kepastian. Sudah jamak jika ia memasang sesuatu di dinding, maka ia menggunakan alat ukur yang memastikan semuanya lurus, seimbang dan tepat pada tempatnya.
Sementara aku? Yang terpikir, hanyalah … yang penting dipasang. Atau yang penting semua tersusun. Tak peduli ukuran, letak atau keseimbangan.

14 tahun berlalu, membuat ia masih tetap bekerja dengan caranya, namun terkadang ia harus mengakui, cara demikian cukup menghabiskan waktu. Hingga akhirnya, sekali dua kali, ia menerima kenyataan jika ada pajangan, gambar atau sesuatu yang menempel di dinding yang tak rapi, namun terpasang. 

Pola kerjanya rapi, bahkan menyusun baju di lemari dan koper untuk berpergian pun terukur.
Jangan tanya tentang aku. Biasa menulis dengan tumpukan buku di sekitar, mengambil baju dengan menarik yang aku suka serta memasukkan baju dalam koper hingga padat sepadat-padatnya.

Bertahun beradaptasi, akhirnya ia menerima fakta, ada kalanya waktu tak berpihak padanya. Karena pekerjaan sering kali membuatnya tak sempat menyusun rapi semuanya. Ia harus menelpon dari jarak jauh, memastikan koper sudah siap sebelum berangkat. Tak bisa lagi mengomel melihat tumpukan buku, kertas dan alat tulis, karena menyimpan puluhan hingga ratusan kalimat untuk buku-bukuku. Semuanya tak rapi, meski aku berusaha, jika luang, kukembalikan pada tempatnya. Meski sangat jarang itu terjadi. Namun Dia tahu, menulis adalah duniaku, sama seperti aku tahu, pergi jauh meninggalkan keluarga sudah menjadi rutinitas pekerjaannya. Jadilah, kami tak saling menuntut. 

Bahkan, tadi malam, ketika makan sepiring rujak potong di Kafe Betawi menjelang nonton Man of Steel, ia memilih buah-buah yang ia suka saja. Sementara aku, tak perduli buah apa yang kuambil dan masuk ke dalam mulutku. Baginya, ia harus menyiapkan mental untuk rasa buah yang dimakannya. Sementara bagiku, kombinasi buah-buahan yang tak terduga rasanya, memberikan sensasi dan keunikan sendiri ketika menikmati kunyahan rujak di mulutku.  
Demikian pernikahanku. Bak utara dan selatan... bak sepasang rel kereta... tak pernah sama... tapi satu arah. Tak pernah satu rasa, tapi berniat indah nan rata. 

Baru 14 tahun. Adaptasi dilakukan, tanpa pernah putus.

[Aam] Setahun Usiamu...

Setahun sudah... :) 




Tahun lalu.... dini hari, aku menuntaskan pendengaranku pada juz terakhir ayat-ayat Allah.
Kutarik udara perlahan memenuhi paru-paru, meski bukan oksigen 100 persen segar yang kuhisap, karena pendingin udara kamar rumah sakit yang menggantikannya.

"Sudah subuh?" bisik suami perlahan.

Aku mengangguk.

Jantungku kembali berdegup lebih kencang dari biasanya.

Tak lama, wajah suster yang berdinas pagi menyelinap di antara tirai penutup tempat tidurku.

"Selamat pagi, Bu. Sudah siap? Sebentar lagi, saya bawa kursi rodanya ke mari ya..." Seutas senyum tulus meniti wajahnya.

Aku mengangguk.

Tarikan nafasku makin menderu.

Ini adalah kali ke dua aku akan menjalani operasi caesar. Jika dulu dilakukan, di luar jadwal dan keadaan, sehingga tak cukup waktu bagiku menyiapkan mental, hingga pasrah menjalaninya.
Namun, saat ini, aku yang memilih tanggal 20 Maret 2012, untuk menerima kehadiran putra ke duaku. Mental yang kukira telah siap, ternyata malah memompa derap jantung karena harus menjalani pengalaman operasi caesar kembali. Bayangan proses operasi dan setelahnya yang tak akan nyaman dalam hitungan minggu, berkelebat memenuhi otak dan pikiranku.