Tuesday, July 31, 2012

[Catatan Ramadan] ASI – 11 : Menyusui Di Tempat Umum, Siapa Takut?

Ayooo… ibu-ibu suka ke mal gak? Hehehe

Nah, semenjak jadi ibu menyusui, tadinya kupikir akan sulit jalan-jalan ke Mal, mengingat aku menjadi ibu ASI eksklusif. Tapi ternyata tidak juga. Meski untuk Billa, aku baru berani membawanya ke Mal di usianya ke 5 bulan, akhirnya aku cukup nyaman untuk bisa menyusuinya di mana pun.

Kenapa bisa ya?

Selain karena di beberapa Mal di Jabodetabek ini cukup ramah bayi, alias punya nursing room (apaan tuuuh? Ntar aku bahas someday yaaa..:) ) juga karena aku punya apron dan menggunakan jilbab cukup lebar.

Perlengkapan lain yang bisa dijadikan senjata dalam menyusui di tempat umum, yang mungkin saja tak ada nursing room, adalah gendongan batik atau jarik, serta baju menyusui.

Berhubung gendongan batik dan baju menyusui sudah pernah kubahas, maka kali ini aku akan cerita dikit tentang apron dan jilbab lebar.

Kalau jilbab lebar atau menutup dada sampai dekat perut, memang belum lama kugunakan. Umumnya jilbabku cukup sampai di bawah dada saja sedikit. Kadang2 bisa digunakan untuk menutupi proses menyusui, apabila lagi pakai baju menyusui. Namun jika baju yang kukenakan bukan baju menyusui, aku memilih menggunakan jilbab sampai perut. Sehingga cukup aman menutupi proses menyusui. (fotoku di atas adalah contoh jilbab yang cukup nyaman untuk menyusui) 

Lain halnya dengan apron. Kalau baca di Om Wiki sih artinya gini : An apron is an outer protective garment that covers primarily the front of the body. It may be worn for hygienic reasons as well as in order to protect clothes from wear and tear. The apron is commonly part of the uniform of several work categories, including waitresses, nurses, and domestic workers. 

Namun, yang aku bahas di sini, apron sebagai kain penutup bagian depan tubuh, yang fungsinya membantu kenyamanan ibu selama menyusui. Banyak contohnya di om Google lho… seperti contoh berikut ini..:)

 

 atau yang cakep nih model ini, jadi pengen beli ...hehehe (punyaku gak kayak gini sih, belinya online dulu, harganya kisaran 70an ribu deh. kalau yang buatan luar negeri bisa 300 ribuan, jadi kita cinta produksi dalam negeri aja deh, gak nyampe 100 ribu, atau kalau jago jahit mah, bisa bikin sendiri kali ya....) 


gambar nyulik dari sini 

Nah, apron ini selalu kusiapkan dalam tas bayi. Kemanapun pergi pasti kubawa. Meski aku menggunakan baju menyusui, berjilbab cukup lebar, terkadang aku tidak percaya diri jika menyusui di foodcourt tanpa apron. Jadi double and triple deh tingkat menutupi tubuhnya. Hahaha.

Untungnya si Aam cukup nyaman dengan kondisi ini. Dia mah yang penting minum ASI. Berbeda dengan Billa yang tak suka pake apron, dan gelisah, sehingga aku harus mencari nursing room dan membatasi tingkat kepergianku dan wilayah mal yang dituju. Kalau dengan Aam, sejak usia 2 bulan sudah kubawa ke mana-mana, dan dia terkategori bayi anteng… alhamdulillah…

Baiklah, sekian dulu ya cerita apronnya. Mudah-mudahan bagi emak-emak yang siap-siap menyusui, bisa menyiapkan peralatan perangnya jika ke mal. Hehehe 


***

Pamulang, puasa ke 11, terpikir untuk nyoba puasa deh....

Monday, July 30, 2012

[Catatan Ramadan] ASI – 10 : Memantau Feses Bayi Menyusui


Postingan ini menarik perhatian, karena di tulisan sebelumnya, banyak komentar seputar makanan ibu dan kaitannnya dengan kondisi bayi, termasuk feses (bahasa di rumahku sih “pup” bayi) hehehe.

Nah, salah seorang teman mpers, Rinda, memberi link menarik terkait Feses. Sekedar mengingatkan, nantinya akan diposting foto feses tersebut, jika tak berkenan, maafkan dan silahkan skip aja ya….

Sebelum kutulis isi link itu, aku ingin cerita sedikit tentang anak-anakku. Ya iyalah, kan tulisan ASI ini berdasarkan pengalamanku dengan anak-anakku, jadi apa boleh buat, hanya bermodal dua anak inilah yang bisa kubagi pengalamanku dalam tulisan.

Untuk Billa, sebagai bayi yang proses kehadirannya penuh cerita dan tubuhnya sendiri rentan dengan kondisi lingkungan sekitar, termasuk makanan, maka aku pun ekstra hati-hati dalam memberikan makanan.

Tak jarang, aku nyaris setiap jam memperhatikan diapernya, dan sering menggantinya. Dalam 24 jam aku bisa lebih dari 10 kali mengganti diaper sekali pakainya.

Karena anak pertama, aku masih rajin menuliskan jam berapa Billa pup, jenis pup dan kaitannya dengan apa yang kumakan hari itu. ^___^V

Makanya, aku rada panik, ketika pup nya Billa ada darahnya. Ketika kubawa ke dokter, ternyata ada jenis makanan yang Billa alergi serta harus kuhindari, antara lain tomat, cabe dan satu lagi aku lupa.

Sejak itu, feses atau pup baby Billa, selalu kupantau. .

Berbeda dengan Aam, karena anak kedua, aku tidak begitu rajin mencatat, selain emang sejauh ini kondisi kesehatannya lebih baik, sehingga, aku belum mengalami masalah dengan Aam. insyaAllah sehat terus ya, Naaaak… amin.

Nah, kembali ke link yang diberikan oleh Rinda, berikut gambar yang terkait dengan feses bayi yang ASI, termasuk minum ASI ekslusif. Untuk gambar yang lebih lengkap, misalnya bayi yang menyusu pakai formula,  silahkan lihat di link ini saja ya.

1.       Gambar pup bayi baru lahir :

Kotoran bayi yang pertama ini disebut Mekonium. Warnanya hijau kehitaman, lengket seperti oli motor. Mekonium ini terbuat dari cairan ketuban, lendir, sel kulit dan lainnya yang tertelan oleh bayi ketika berada dalam rahim. Tidak berbau. Setelah 2-4 hari, kotoran bayi ini akan lebih cerah warnanya, seperti hijau tentara, dan tak begitu lengket lagi. Kotoran dengan warna lebih terang ini menunjukkan masa transisi, si bayi telah mencerna ASI.

Aku pribadi tak pernah melihat pup ini, karena Billa 28 hari di rumah sakit, sehingga nyaris urusan ini diurus oleh suster rumah sakit. Demikian juga Aam, yang berada di rumah sakit selama 10 hari. Jadi, bagi ibu yang setelah melahirkan langsung membawa pulang bayinya, bisa jadi akan menemukan feses seperti ini ketika mengurus bayinya pertama kali.

 

2.       Gambar pup  bayi ASI eksklusif

Gambaran feses ini adalah untuk bayi yang minum ASI eksklusif. Kotorannya akan kuning dan kehijauan. Konsistensinya lembut, sekilas mirip cairan diare. Hehehe

Biasanya juga akan terlihat adanya biji-bijian, dan baunya tidak terlalu bikin muntah. Hihihi. Dan apabila terlihat warna feses yang hijau, ini bisa jadi menandakan bahwa ibunya makan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

(Terus terang, ini juga menjadi jawaban dari pertanyaanku selama ini, ketika Pup dek Aam berwarna hijau ceria… ternyata aku mengkonsumsi makanan yang berbeda dari biasanya… hemmmm)

  Dari feses bayi ini juga dapat dibandingkan, jika terlihat kotoran berwarna hijau dan berbusa ringan seperti ganggang, bisa jadi bayinya mendapatkan foremilk lebih banyak (foremilk adalah ASI yang rendah kalori yang muncul pada awal proses menyusui). Ini berarti kurang hindmilinya (ASI yang tinggi lemak dan bergizi tinggi). Apabila ini yang terjadi, maka si ibu harus memberikan asinya lebih lama lagi pada satu payudara. Dengan demikian, bayi akan mendapatkan keduanya. Foremilk dan hindmilk.


3.       Gambar Pup bayi yang makan MPASI

 

Nah, kalau ini adalah gambar pup bayi yang sudah makan makanan yang agak padat, seperti sereal beras, bubur pisang dan lainnya. Perubahannya akan terjadi berdasarkan yang dimakannya. Kotoran bayi akan cenderung solid, berwarna coklat, kira-kira lebih kental dari selai kacang. Dan baunya pun mulai “mana tahan”. Hehehe

Tak jarang, dulu Billa sering juga muncul makanan yang “mungkin tak terolah dengan baik” di perutnya. Hingga butiran pepaya, juice wortel dan lainnya juga akan sedikit terlihat pada fesesnya.

 

Demikian cerita pagi ini. Beruntung saat ini sudah pada puasakan ya? jadi tak perlu khawatir dengan nafsu makan, setelah melihat gambar-gambar di atas. *peaceee…

***

Pamulang, puasa ke 10, kepala kog ya mulai cekot-cekot…. Hiks.. 

Sunday, July 29, 2012

Hikmah menulis catatan ramadhan tiap hari, diminta nulis di jabartoday.com


http://jabartoday.com/headline/2012/07/29/0714/3951/tips-memudahkan-pemberian-asi-di-bulan-ramadhan
Alhamdulllah, ada saja jalan untuk berbagi dan mencari ladang pahala ya?

Setiap subuh, aku mencoba konsisten menulis satu tulisan bertema asi, ternyata membuat tim redaksi jabartoday.com tertarik untuk mengajakku menulis di sana.

kesempatan bagus untuk mengasah tulisan, berbagi pengalaman dan mendapatkan pahala di bulan ramadhan.

ayo, mampir ke sana, dan berikan komen teman-teman semua yaaa

[Catatan Ramadan] ASI-9 : Ciri-Ciri ASI Cukup Untuk Bayi

Foto Aam umur belum 1 bulan, tidur lelap pasca menyusui. 

 

Sering gak mendengar pertanyaan, “ASInya banyak ya?”  atau sebaliknya, “Wah, ASI mu sedikit itu, bayinya nangis mulu,” ?

Aku dulu, sering sekali ditanyakan hal seperti itu oleh keluarga besar ataupun tetangga dan teman, terutama ketika menyusui Billa.

Gimana orang gak meragukan jumlah ASIku, jika melihat Billa yang teramat mungil dan berbanding terbalik dengan tubuh besarku.

Lalu, jika ditanya, bagaimana perasaanku? Tentu, Sedih bangeeet… Apalagi seolah-olah aku dianggap berkarakter keras kepala sekali dengan tidak memberi tambahan Susu Formula bagi anakku, padahal sudah tahu Billa kecil dan beratnya kurang.

Putriku, Billa memang termasuk lamban dalam urusan berat badan. Hingga hari ini, dengan usia menjelang 4 tahun (menghitung minggu saja), tinggi badannya hanya 96 cm dan beratnya kurang dari 14 kg. *terakhir nimbang 13 kilo lebih dikit.

Lalu, apakah ini akibat ASIku tak cukup waktu dia bayi?

Aku yakin tidak.

Kenapa?

Karena Billa tumbuh menjadi anak yang happy, nyaris ceria setiap hari, tak pernah bisa diam dan jika dicek dengan flowchart manapun milik dokter anak, kondisinya masuk dalam lingkup normal.

Jadi, bagaimana aku begitu yakin, ASIku cukup untuk bayiku, meskipun banyak pihak mengklaim Billa itu kurang berat badannya ataupun cukup ekstrem ada yang bilang, kurang gizi?

Selain berkonsultasi dengan dokter anak, aku juga membaca tentang pola mengafirmasi diri sekaligus upaya menenangkan hati sang ibu, agar produksi ASInya tak terganggu. Dengan demikian, kita dapat berharap, ASI kita selalu cukup untuk bayi kita.

Berikut beberapa ciri-ciri yang menunjukkan ASI yang cukup untuk bayi (berdasarkan pengalaman pribadi saja, mungkin nanti ada banyak teman yang bisa menambahkan)

1.     Selama proses minum ASI, bayi terlihat nyaman, tidak gelisah dan ritme menghisapnya konstan. Apalagi jika perlekatannya sudah pas.

2.     Biasanya, kuperhatikan pada Billa dan Aam, saat keduanya sedang minum, akan terdengar bunyi “glek-glek” menelan ASI serta terasa sedikit getaran pada perut mereka yang menempel ke arah perutku. Itu menunjukkan jumlah ASI cukup banyak. *Tak jarang, Aam atau Billa berhenti minum ASI, melepaskan sebenar puting susu, menarik nafas dan lanjut minum lagi. Aku terkadang tersenyum melihat keadaan ini, mirip orang belajar berenang jadinya.

3.     Biasakan menyusui di satu payudara hingga terasa habis, baru kemudian pindah ke satunya. Agar si bayi mendapatkan ASI mulai dari kualitas foremilk hingga hindmilk (ntar kapan-kapan dicari tahu tentang hal ini ya? J )

4.         Salah satu ciri-ciri bayi sudah kenyang, biasanya dia akan berhenti dengan sendirinya. Bisa jadi langsung tertidur, (Namun, waspadai jika baru 2-3 menit menyusu sudah tertidur, itu termasuk ciri-ciri bayi malas menyusu. Ini kualami pada Billa, sehingga harus rajin dibangunkan dengan membuka bedongnya, menggelitik telinganya hingga menjawil-jawil pipinya, agar dia bangun). Atau dia akan melepaskan sendiri puting ibunya, lalu menghela nafas dan tersenyum (ini sering kualami dengan Aam).

5.    Umumnya, menyusui satu payudara bisa berlangsung 10-15 menit. Jadi waktu menyusui itu kisarannya 15-30 menit, tergantung tingkat kebutuhan si bayi. Waspadai jika bayi terus menyusu hingga 1 - 1,5 jam. Bisa jadi ia mengempeng saja, atau ASI kita lambat berproduksi dan bisa jadi kurang cairan tubuh ibu, sehingga meskipun sudah sejam menyusu, bayi masih merasa lapar. Ini bisa indikasi, ASI kurang banyak. Ibu harus bisa mewaspadai kondisi ini, dengan memperhatikan asupan makanan, jumlah cairan yang masuk (aku pribadi selama 3 bulan pertama menyusui, minum air putih lebih dari 3 liter sehari), serta mungkin si ibu kecapekan, hingga mempengaruhi hormon prolaktin.

6.   Yang pasti, alert atau tingkat kewaspadaan ibu terhadap bayi harus tinggi. Harus bisa belajar memperhatikan si bayi kenyang atau tidak,tidurnya lelap atau tidak (karena terkait dari kenyang atau tidak perutnya), serta ibu harus positive thinking atas ASI yang ada di tubuhnya. InsyaAllah, dengan terus belajar dan mempelajari kondisi diri dan bayi, lama-lama akan terbaca ciri-ciri bayi kita cukup minum ASI nya.

Jadi, bukan jaminan kog bayi kita mungil, atau tidak gemuk, lalu kita anggap ASI kita tak  cukup dan buru-buru mencari susu formula agar anak jadi gemuk. Toh gemuk tak selalu berarti sehat, kan?

Aku selalu memegang prinsip mamaku, bahwa bayi sehat adalah bayi yang happy. Tidak termenung gak jelas, tidak melamun atau bengong, tapi selalu ceria, jarang menangis tanpa sebab dan bergerak aktif yang terarah. Meskipun Billa kecil mungil waktu bayi, aku tetap yakin ASI ku cukup. Sebaliknya dengan Aam, yang cenderung kuat minum ASI dan mungkin memiliki karakter tubuh seperti diriku, membuatnya terlihat cukup besar untuk bayi usia 4 bulan dengan berat nyaris 7 kilo dan tinggi lebih dari 62 cm.. Membuatku insyaAllah, yakin, ASIku sangat cukup untuk Aam. ^_^V

***

@Pamulang, Puasa ke 9. Mulai kelimpungan nih… hehehe 

Saturday, July 28, 2012

[Catatan Ramadan] ASI-8 : Jaga Makanan

Aku memang bukan ahlinya, dalam urusan mengkorelasikan ASI dengan makanan. Namun ada kalanya, naluri atau feeling seorang Ibu, muncul, ketika terkait efek makanan yang dimakannya dengan kondisi bayinya.

Berdasarkan pengalaman pribadiku, ternyata ada korelasi antara jenis makanan yang seorang ibu menyusui makan, dengan bayi yang minum ASI dari dirinya.

Dokter anak yang menangani kelahiran Billa juga menyarankan agar aku tidak mengkonsumsi kacang-kacangan, ketika di hari 10, (Billa masih di RS dan aku sudah ngekost depan RSPI), ternyata wajah Billa merah-merah. Aku memang makan gado-gado siang harinya.

Boleh dibilang, selama menyusui Billa, aku harus ekstra hati-hati terhadap makanan dan minuman yang masuk ke perutku. Hingga usianya jelang 1 tahun, ternyata Billa cukup rentan terhadap kacang-kacangan, tomat, coklat, makanan yang pedas-pedas serta seafood.

Untuk kacang-kacangan, tomat, coklat dan seafood, efek alergi ke Billa langsung terlihat di wajahnya serta kulit tubuhnya yang langsung merah-merah dan berair. Gatal dirasakannya. Sehingga Billa cenderung rewel.

Sementara, terhadap makanan pedas yang kumakan, efeknya ke Billa, cenderung mencret dan pup nya sempat beberapa kali berdarah.

Menurut dokter sih, ini terkait juga dengan darah ibunya yang juga alergi seafood dan terasi. Aku menyukai dua jenis makanan tersebut, meskipun efek sampingnya adalah muncul bentol-bentol kecil berair di bagian kaki atau sekitar dekat telapak kaki.

Dulu, waktu masih SMP hingga menikah, sekujur kakiku penuh dengan bekas gigitan nyamuk, garukan bentol yang gatal dan luka-luka bekas garukan. Jorok banget, dan kesannya seperti kena “percikan bom” –itu istilah adek-adekku-. Kalau mertua bilangnya,”kurek” alias bekas koreng. Huaaa…

Tapi dulu aku gak gitu perduli. Tetep aja cuwek dengan kondisi kulit alergian seperti itu. Hingga akhirnya, setelah menikah, aku putuskan untuk mengurangi seafood dan terutama sambal terasi. Hasilnya memang sepadan, sudah 10 tahun terakhir ini, kakiku tak ada gatal-gatal dan bekas gatalnya pun tak ada lagi. Lumayan mulus. Hehehe

Nah, kembali ke cerita terkait bayi, karena aku alergian, maka kata dokter, kemungkinan besar, anaknya pun akan mengidap alergi juga, meskipun tak tahu alergi terhadap apa.

Ketika Billa pertama kali di rumah, Billa selalu bersin di pagi hari, ternyata ia alergi udara pagi dan boneka. Maka aku menyimpan semua boneka hadiah dari keluarga dan memandikannya di atas jam 8 pagi. Ini mirip dengan Mama dan adik-adikku yang alergi udara pagi, dan dijamin di rumah orang tuaku di Palembang, tiap pagi selalu ada irama bersin sahut menyahut. Hehehe

Setelah usia 6 bulan, bersin-bersin itu menghilang dengan sendirinya.  

Namun alergi terhadap makanan, masih terus terjadi, hingga usia 1 tahun. Makanya Billa baru kukenalkan dengan susu formula di usia 18 bulan. Untuk campuran makanan tambahannya, aku menggunakan ASI dan air putih.

Walhasil, selama setahun menyusui Billa, aku hanya makan nasi putih, daun katuk atau daun bayam di bening, dan ikan goreng lele. Aku bahkan tak berani makan telur ceplok. Khawatir pengaruhnya ke Billa. Setahun lho, aku hanya makan makanan jenis tersebut. Makanya aku gak heran, kalau Billa demen banget makan lele goreng dan sayur bening. Hehehe

Awalnya, aku tak begitu yakin, ada korelasi antara ASI dengan makanan, namun dokter anak yang kutemui, memberikan daftar makanan yang memicu alergi pada anak. Rata-rata seperti yang aku tulis di atas, yakni kacang-kacangan, makanan pedas, tomat, ikan laut dan lainnya. *aku kehilangan brosur dari dokter tersebut nih, mudah-mudahan ntar bisa ketemu lagi. L

Sebaliknya, dengan Dek Aam, aku yang mewaspadai kondisinya, khawatir seperti Billa. Maka hari-hari pertama, kuisi dengan jenis makanan yang sama dengan yang kumakan pada waktu menyusui Billa. Yakni lele goreng, nasi putih dan sayur bening.

Tapi aku bosan. Iseng aku cicip sambal bikinan Mama. Kutunggu reaksinya terhadap pup ataupun kondisi Aam. Gak ada masalah… Lalu perlahan, aku menyicipi jenis makanan lain, hingga ke cemilan coklat, teh dan seafood.

Sempat sih, Aam ngalamin gatal-gatal sekujur tubuhnya. Kembali kuatur makanannya hanya beningan, tapi ternyata Aam masih mengalami gatal. Akhirnya aku tukar sabun untuk mandinya, dari merek J ke merek Sebamed. Ternyata berhasil! Ternyata Aam “hanya” alergi pada jenis sabunnya. Sejak itu dia dipakein sabun Sebamed, hingga hari ini aman. Akupun nyobain jenis makanan lain lagi setelah itu.  

  Alhamdulillah,  ternyata Aam tidak mewarisi alergi seperti Billa. Aku bisa makan jenis apa pun selama dalam porsi wajar.

Aku coba makan kacang-kacangan dan coklat. Aam biasa aja.

Aku coba makan makanan yang pedas, Pup Aam normal dan Aam tetap tidur nyenyak.

Aku coba tomat, tak ada reaksi apapun pada Aam.

Asyiiiiik, berarti aku gak perlu diet jenis makanan nih selama menyusui Aam. ^_^V

Boleh dibilang, selama menyusui bayi, kita sebagai ibu, memang harus selalu waspada. Jangan anggap sepele merah-merah di wajah, atau sesak nafas ataupun pup yang berbeda warna atau berdarah yang dialami bayi. Bisa jadi itu pengaruh dari makanan si ibu.

Saranku yang paling penting adalah, di minggu-minggu pertama, makanlah jenis makanan yang aman, seperti sayur beningan, ikan air tawar serta daging. Untuk mengetahui bayinya alergi atau tidak,  pelan-pelan melakukan “percobaan” mengganti jenis makanan. Dan pada prinsipnya, jika makanan apapun dimakan dalam jumlah yang wajar, bukan berlebihan, misalnya sampe minum kopi atau teh bercangkir-cangkir sehari, atau makan coklat berbatang-batang, tentulah tak baik untuk bayi. Bayi bisa rewel, sakit perut ataupun alergi parah.

Jadi, para ibu sekalian, selalu waspada dengan jenis makanan yang masuk ke tubuh kita, karena bisa jadi ada pengaruhnya pada bayi, terutama jika bayi kita ternyata rentan atau alergi pada jenis makanan tertentu.

Berikut beberapa link informasi yang mungkin bermanfaat untuk dibaca :

1.    Fakta tentang Asi

2.    Pengaruh Makanan Pada ASI

3.    Tips Memperkecil Resiko alergi pada bayi.

4.  Artikel terkait alergi, untuk melihat korelasi antara anak dengan Ibu yang mengidap alergi juga.

5.    Cara mendeteksi alergi pada bayi.

6.    Tips mencegah alergi pada bayi

 

Semoga bermanfaat.

***

Pamulang, hari puasa ke 8. Ngantuk euy…. 

Friday, July 27, 2012

[Catatan Ramadan] ASI-7 : Baju Menyusui, Perlu Gak Sih?

Foto diambil di depan waterfall buatan di Guangzhou, aku pake baju menyusui lho.. 


Kalau gak gara-gara hamil, mungkin gak terpikir untuk memiliki baju menyusui ya? Hehehe…

Terus terang, ketika pertama kali menyusui, aku menggunakan baju daster dengan kancing bukaan depan. Meskipun pilihan warna menarik, serta berbahan kaos, ternyata ketika proses belajar menyusui, aku merasa tak begitu nyaman. Karena proses membuka kancingnya saja sudah lama, belum lagi daerah menyusui jadi sulit tertutupi…

Untungnya sih, selama proses belajar menyusui dan memberi ASI ini, berlangsung di ruang khusus menyusui di RS Pondok Indah, sehingga tak ada kaum hawa di sana. Cukup para emak-emak yang baru abis lahiran dan sama-sama belajar menyusui. Jadi gak gitu malu, kalau rada grogi atau terlihat tak  nyaman selama proses belajar menyusui tersebut.

Singkat cerita, akhirnya, aku pun mencari tahu perihal baju menyusui.

Tentu yang kutelusuri lebih dahulu adalah Online Seller di Multiply donk! Hehehe. Aku melihat seorang Mpers, sayangnya sekarang gak gitu aktif, Tria Yusa yang cantik , yang selain rajin ngeblog, juga menjual baju menyusui milik Milkyway. Aku coba beli satu dan ternyata cukup nyaman, meski harganya relatif gak murah. Hiks…

Akhirnya aku pun beli beberapa baju dengan varian bukaan serta model dan warna yang cocok untukku.

Berhubung aku menyusui cukup lama, nyaris 3 tahun. Aku juga sempat, minta dibuatin baju gamis dan baju untuk pergi pesta, sama Maya atau Bunda 3F dengan bahan dariku.

Sementara, untuk alternatif baju menyusui bahan kaos juga, sekarang ini, aku juga beli online dengan Mbak Tika (Yustika). 

Eits… jangan skeptis dulu dan bilang kalau aku promosiin Online Seller yaaa.. hehehe.. Toh tema tulisan hari ini, membahas penting gak sih baju menyusui?

Nah, kembali ke tema tersebut, ternyata, aku memang terbantukan sekali menggunakan baju menyusui ini. Sebagai perempuan yang menggunakan jilbab, rasanya tak cukup, menutupi proses menyusui ini hanya dengan jilbab saja atau apron. Boleh dibilang, menggunakan baju menyusui sangat membantu, terutama menghindari aku dari rasa segan atau malu, ketika si bayi menjerit-jerit minta ASI di mal atau tempat yang tak ada ruang menyusuinya.

Tak sekali dua kali, baik Billa ataupun Aam saat ini, meminta ASI di saat “tak tepat” bagi Bundanya. Hihihi.

Misalnya, ketika sedang makan siang di salah satu foodcourt yang tak ada ruang menyusui. Maka bermodal jilbab panjang, baju menyusui yang nyaman, bayipun akan tenang melakukan proses minum ASI, tanpa perlu orang lain tahu. “Selese” kata orang melayu… alias nyaman bagi si ibu, nyaman bagi si bayi. ^___^V

Jadi kalau ditanya, penting gak sih baju menyusui? Ya menurutku, penting banget ya…

Bisa bayangkan gak sih?, kalau pas pesta atau acara resmi keluarga besar, tahu-tahu bayi kita menangis minta ASI? Yaaaa, tetap bisa kog kasih ASI dengan pakaian yang dikenakan. Kalau pakai baju gamis tanpa kancing depan, ya angkat ampe atas bajunya, atau kalau pake kebaya, ya buka dulu kancing atau penitinya… hehehe Lumayan repot kan ya?

Nah kalau pake baju menyusui? Kan tinggal mojok doank berdua bayinya. Terus kasih deh ASInya, sambil kita ngobrol bareng suami atau nyambi makan cemilan. ^___^V 

*Pengalaman pribadi niiiih…

Emang sih, bisa aja komen, kalau udah tahu lagi menyusui, ngapain jugaaaa datang ke pesta-pesta…? Nah lho, kalau yang nikahan adik ipar? Atau sodara sepupu yang dekat banget? Atau kalau si ibunya sendiri bosenan di rumah, piye? Hehehe

Boleh dibilang, aku termasuk beruntung deh, hidup di jaman, manusia Indonesia nya kreatif bikin baju dan menjualnya dengan mudah. Aku gak perlu jalan keliling-keliling toko. Cukup dengan mencari di internet dan belanja deh… tapi syarat utama, teteuuup… belilah dengan smart, tempat OS yang dapat dipercaya, ukuran tubuh yang sudah terukur, dan jangan over budget yaaaa!

Oh iya, sekedar buat temen-temen yang gak yakin, kalau aku nyaman banget pakai baju menyusui, bisa lihat deh, foto-fotoku dengan tag  guang zhou, di seluruh foto tersebut, aku menggunakan baju menyusui. Dan sangat-sangat membantuku menyusui Billa selama di bus, taman, kereta api bawah tanah dan mobil. Tentu juga dibantu oleh si gendongan jarik alias gendongan batik. hehe

***

Ini beberapa toko online di luar MP, yang mungkin juga bisa dijelajahi tokonya : 

1. Toko MamaHamil

2. Toko MilkyWay

3. Toko Baju Hamil dan Menyusui

4. Toko Baju Menyusui 

5. Toko Baju Hamil yang modis 

6.  Toko Momsmiracle 

7.  Toko rekomen dari Anne 


ssst,.. aku gak dibayar sedikitpun ataupun tidak dikasih diskon lho oleh toko-toko di atas. Hanya membantu mempermudah mencarikan linknya saja. Dari banyak toko di atas, aku hanya pernah nyoba belanja di Milkyway. Pada akhirnya, aku lebih nyaman beli OS di MP, apalagi kalau ownernya aku cukup kenal, meski belum pernah ketemu. Hehehe 


***


Pamulang, hari ke 7, Kangen kumpul keluarga nih… hiks hiks.. 

Thursday, July 26, 2012

[Catatan Ramadan] ASI-6 : Apa Itu Kolostrum?

gbr pinjem di sini 

 

Alkisah, di beberapa daerah di Indonesia, ternyata ada kebiasaan membuang cairan susu pertama yang keluar dari payudara seorang ibu yang baru melahirkan. Kebiasaan ini,  menyebutkan kalau cairan yang pertama keluar itu adalah “sisa darah kotor” atau “susu kotor” sehingga bayi akan sakit jika meminumnya.

 

Aku sampai merinding membaca berita ini. Padahal, kolostrum adalah cairan emas. Karena ia mengandung antibodi dan nutrisi yang sangat banyak bagi bayi.

 

Aku pribadi bersyukur, termasuk ibu yang “melek” urusan ini. Bisa jadi faktor kemudahan informasi, faktor umur ketika hamil (9 tahun menanti anak, cukuplah menjadi modal mendapatkan banyak informasi, hehehe) serta faktor dukungan keluarga besar. Membuatku ketika melahirkan Billa (meski premature) tetap bisa memberikan cairan emas itu padanya.

 

Awalnya memang aneh, kog ASI yang keluar warnanya tak seperti umumnya ASI dan juga sangat sedikit. Ternyata oh ternyata.. itulah kualitas dan kuantitas kolostrum. Jumlahnya sangat sedikit dan warnanya kekuningan serta kental. Produksi kolostrum hanya terjadi di beberapa hari pertama saja (maksimal hingga hari ke-empat). Apapun kondisi melahirkannya, baik normal ataupun caesar, cairan emas ini tetap akan dihasilkan oleh seorang ibu.

 

Setelah lewat beberapa hari, barulah digantikan oleh cairan ASI yang selama ini kita kenal berwarna bening hingga putih susu.

 

Berdasarkan buku Seri Ibu dan Anak : Menyusui Bayi Anda (Karya Heather Welford) halaman 25, dijelaskan bahwa Payudara memproduksi kolostrum, cairan yang bernilai tinggi, kaya akan antibodi, untuk memenuhi kebutuhan bayi. Cairan ini juga mengandung zat-zat laksatif dan membantu bayi mengeluarkan kotoran. Cairan ini mempersiapkan sistem pencernaan untuk menghadapi ASI dan antibodi yang dikandungnya memberikan perlindungan unik melawan risiko yang ada di lingkungan barunya—dunia luar.

Warna kolostrum bervariasi, mungkin kental menyerupai krim atua lebih encer dan kuning pucat seperti benang, transparan atau berwarna gading. Biasa juga disebut “Cairan Emas”

 

Berikut, beberapa link terkait informasi mengenai kolostrum :

- Apa itu Kolostrum? 

- Susu istimewa untuk bayi baru lahir.

- Mengenal sejuta manfaat kolostrum. 


Demikian, semoga bermanfaat. 


***

Pamulang, hari ke 6 puasa. Hari pertama Kakak Billa masuk sekolah lagi nih!

Wednesday, July 25, 2012

[Catatan Ramadan] ASI-5 : Ketika Rasa Sakit Mendera

Billa lagi demen gigit-gigit, usia 7 bulan. 


Masa yang menguji ketahanan dan kesabaran seorang ibu, yang baru belajar menyusui adalah, fase ketika ASI belum banyak keluar, sementara produksi ASI telah terjadi. Maka pembengkakan di daerah payudara itu sangat menyiksa.

 

Aku pribadi mengalaminya di hari ke tiga pasca operasi caesar. Sementara salah seorang tanteku bercerita, pernah mengalami yang namanya Mastitis, atau radang kelenjar susu. Tanteku sampai ke dokter dan diberi pengobatan.

 

Ketika terjadi pembengkakan, salah satu tips yang diberikan oleh suster, di RS tempat aku melahirkan, adalah dengan melakukan massage pada daerah tersebut (dengan menggunakan minyak zaitun), mengompresnya dua tiga kali sehari, atau ketika mandi, dengan menggunakan handuk kecil. Gonta ganti pakai air hangat dan air dingin. Ini sangat membantu mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.

 

Aku cukup rajin melakukannya ketika melahirkan Billa. Selain memang karena sering dipompa (Billa masih di RS, sementara aku sudah keluar RS, sehingga harus menyetok ASI demi niat ASI eksklusif), juga karena aku baru pertama kali punya anak. Jadi pelajaran yang diberikan para suster cukup lengket di kepalaku.

 

Akibat menggunakan pompa ASI, maka lecetlah yang kudapat. Deuuuuh kalau lagi menyusui, nyerinya minta ampun. Salah satu tips, yang kupakai untuk mengurangi rasa perih adalah mengeluarkan sedikit ASI sebelum dan sesudah menyusui, dan melumurinya pada puting dan sekitarnya. Lumayan mengurangi rasa sakit dan cepat menyembuhkan, karena daerah tersebut jadi lembab dan tidak kering.

 

Kalau sekarang sih, aku tidak serajin itu lagi. Hanya sekali-sekali massage, namun tetap melumuri ASI pada daerah putting sebelum dan sesudah menyusui Aam. Mungkin karena sudah punya pengalaman menyusui Billa, ditambah tak harus menggunakan pompa, aku tidak mengalami rasa sakit yang berlebihan, ketika menyusui Aam. Alhamdulillah.

 

Fase sakit berikutnya, yang mungkin menguji tingkat kesabaran, adalah ketika si bayi mulai tumbuh gigi. Deuuuh ngebayanginnya aja aku udah ngilu dan merinding. Gigitan bayi yang gusinya gatal karena mau tumbuh gigi, ditambah uji coba si bayi dengan menggigit ketika minum ASI, benar-benar menguji kesabaran dan daya tahan ibu terhadap rasa sakit.

 

Terus terang, dulu, aku sempat marah juga ketika Billa sambil ketawa-tawa, menggigitku. Bahkan pernah, aku melepaskan Billa yang sedang menyusu, dan meninggalkannya detik itu juga, dan aku pergi sambil menjerit kesakitan.

 

Ibuku memang sudah memperingatkanku soal ini. Tapi aku tak pernah menyangka bahwa sakitnya nggak main-main. Hehehe.

 

Terhadapa Billa, aku suka memencet hidungnya jika ia menggigitku dengan sekuat tenaganya. Heheheh, berhasil juga membuatnya melepaskan gigitan. Kadang-kadang dengan bujukan juga bisa mempan, meski aku membujuknya dengan wajah meringis menahan sakit.

 

Entahlah kalau si Aam ini nanti ya? hiks…. Mudah-mudahan gak bikin aku naik darah karena kesakitan. Hehehe

 

Demikian, salah satu fase perjuangan jadi Ibu support ASI nih…

 

***

 

Pamulang, Puasa ke 5, bangunnya kesiangan nih. Hiks… 

Tuesday, July 24, 2012

[Catatan Ramadan] ASI-4 : Kondisi “Lebay” Di Awal Pemberian ASI

gambar pinjem di sini 


Mungkin saja, yang kualami ini tidak sama dengan yang dialami oleh ibu-ibu yang baru menyusui pertama kali. Bahkan dapat pula, reaksi si ibu terhadap kelahiran masing-masing anaknya berbeda.

Ketika aku menyusui Billa, fase empat hari pertama menyusui adalah fase tersulit. Aku tak menyangka bahwa aku akan terkena sindrom Baby blues.

Baby Blues Syndrome (sering juga dikenal sebagai postpartum distress syndrome) ini merupakan perasaan sedih atau gundah yang dialami oleh seorang ibu setelah melahirkan. Umumnya perasaan “lebay” ini berlangsung tak lebih dari 2 minggu. Bisa saja hanya beberapa hari, seperti yang kualami. Jika lebih dari 2 minggu, berarti udah termasuk dalam kategori Depresi atau postpartum depression.

Di salah satu link yang memberikan info sehat, menjelaskan beberapa gejala baby blues syndrome, di antaranya:

1.    Menangis tanpa sebab yang jelas

2.    Mudah Kesal

3.    Lelah

4.    Cemas

5.    Tidak Sabaran

6.    Enggan memperhatikan si Bayi

7.    Tidak percaya diri

8.    Sulit beristirahat dengan tenang

9.    Mudah tersinggung


Jika, seorang ibu yang baru melahirkan dan dalam proses memberi ASI bagi anaknya, kemudian mengalami beberapa gejala seperti itu, maka dapat dipastikan, si ibu mengalami baby blues syndrome.


Aku pribadi, awalnya tak percaya kalau kondisi ini akan mampir padaku. Penantian panjang terhadap Billa selama 9 tahun, rasa-rasanya tak mungkin mengakibatkan aku jadi “lebay”. Aku merasa sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa berbulan-bulan.

  Namun faktanya, jumlah ASI yang tak langsung banyak, proses belajar memberi dan menerima ASI antara aku dan Billa yang tidak langsung nyaman, serta rasa sakit pasca operasi caesar, mendukung munculnya perasaan tidak percaya diri, aku pun sulit beristirahat dengan tenang, lelah dan ujung-ujungnya menangis tersedu-sedu tanpa sebab yang jelas.

  Aku mengalami fase ini di hari ke dua hingga ke empat, pasca operasi. Aku ingat betul, ketika aku menangis tersedu-sedu, aku bilang ke suamiku, “Bang, jangan marahin Dian ya…. sepertinya Dian bukan ibu yang baik. Sepertinya Dian mengecewakan Billa, karena ASI Dian sedikit sekali keluarnya,” dan kalimat selanjutnya sudah tak jelas, karena aku sudah meraung menangis tersedu-sedu di dalam kamar RS.

  Bang Asis waktu itu hanya mengelus-elus punggungku, dan menarik tubuhku untuk mau dipeluknya. Dia tak banyak bicara. Namun keberadaannya, pelukannya dan tarikan nafasnya yang turut menandakan ikut prihatin, sedikit mengobati rasa gundahku.

  Bang Asis juga tidak mengomeliku sama sekali.  Dia hanya bilang, “Kita kan sudah lama menanti kehadiran anak, rasanya tak bersyukur sekali, jika kita mengeluh akan kondisi yang ada. Jika Dian tak nyaman, banyak-banyak istigfar saja. Ada Abang di sini.” Terus terang aku tak ingat detail kalimatnya, namun kurang lebih seperti itu yang dikatakan suami padaku. Rasa khawatir dicap sebagai ibu yang kurang baik pun luntur  perlahan.

  Memang butuh waktu 1-2 hari kemudian bagiku untuk membangkitkan rasa percaya diri dan aura positif di diri ini.

 

Bagaimana caraku mengalahkan baby blues?

 

Selain curhat dengan suami dan juga memperbanyak baca zikir, aku pun bersikap “seperti orang gila”, ngomong sendiri di depan cermin. Aku bilang…. “aku, ibu yang baik, aku pasti menghasilkan ASI yang cukup bagi Billa dan aku pasti mampu mengurus Billa dengan baik, seperti ibu-ibu yang lain.”  Kalimat itu  kuulangi terus, sambil memassage payudaraku yang membengkak karena sepertinya produksi ASI mulai muncul. Setiap kali bercermin, aku melemparkan senyum terbaikku untuk diriku sendiri, dan menganggukkan kepala, seolah-olah hari ini adalah hari yang terbaik untuk memberikan ASI.

  Aku lakukan semua di kamar mandi lho…. Soalnya malu juga kalau inget kelakuan itu. Tapi outputnya lumayan bagus, kog. Aku jadi makin percaya diri, meskipun Billa tidak cepat bertambah beratnya, namun mentalku sebagai ibu baru sudah lebih tertata dengan baik.

  Berbeda dengan kelahiran Aam, aku sama sekali tak mengalami baby blues. Kalaupun ada gejala kecapekan ataupun mudah tersinggung, itu lebih disebabkan kondisi di sekitar waktu itu. Tak lama aku merasakan hal ini. Karena segera aku pakai jurus “anti lebay” di depan cermin. Hehehe.

 

So, buat para ibu muda yang lagi menyusui atau akan menyusui, tak perlu khawatir dengan kondisi “lebay” ini. Ada solusinya dan bujuklah suami untuk selalu membantu menetralisir keadaan dengan mendukung kondisi kita. insyaAllah, “lebay”nya bisa berkurang atau hilang.

 

***

 

Pamulang, puasa hari ke empat, alhamdulillah bisa bangun untuk manasin lauk buat makan sahur suami yang bersiap berangkat ke offshore lagi hari ini.